Manusia adalah makhluk sosial. Mengapa demikian karena pada dasarnya tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Bahkan kita ada karena adanya penyatuan dua individu yang berbeda yaitu ibu dan bapak kita. Tentunya atas ridho Allah Swt.

Lalu saat seseorang tumbuh dewasa berinteraksi dengan lingkungan sosial seperti keluarga sebagai lingkungan sosial terdekat, teman bermain, teman sekolah/kuliah, teman bekerja, masyarakat sekitar, dan sang jodoh yang siap mendampingi selama hidup.

Selama seseorang menjalani hidup sering bersinggungan atau berinteraksi dengan individu lain. Jika yang kita lakukan baik tidaklah masalah. Akan tetapi jika salah, Apakah ada orang yang menegur atau tidak?. Jika ada teguran maka itu adalah tanda sayang.

Setiap orang berbeda menyikapi teguran ada yang merespon positif maupun negatif. Respon positif yaitu menjadikan teguran sebagai peluang untuk memperbaiki diri supaya menjadi pribadi yang lebih baik. Sedangkan respon negatif yaitu anti teguran, merasa paling benar, angkuh dan congkak, marah, dan baper (bawa perasaan). Pribadi seperti ini sugesti kebaikan tidak diterima.

Bahkan Allah juga dapat menegur kita secara halus atau bahkan ajab (kasar). Allah juga tidak membuka aib karena sayang kepada makhluk ciptaanya, memberikan waktu kepada umatnya untuk segera berbenah diri. Manusia dengan akal pikirannya hendaknya segera bertaubat sebelum terlambat.

Teguran dari sesama manusia dan Allah Swt adalah tanda sayang. Seyogyanya sebagai manusia kita harus memiliki keterbukaan pikiran, sadar diri, selalu melakukan intropeksi diri, keinginan kuat menjadi lebih baik, rendah hati, dan berprinsip bahwa manusia tidak ada yang sempurna.

Bersyukurlah jika masih mendapatkan teguran dari orang lain. Jika mendapatkan teguran dari Allah Swt secara halus itu juga tanda sayang. Maka segeralah direspon dengan melakukan dengan bertaubat.

Mulai sekarang janganlah apriori terhadap teguran. Teguran adalah obat hidup. Obat untuk kehidupan manusia menjadi lebih baik. Aamiin.