Mulyani

Mulyani anak kedua dari 3 bersaudara yang lahir di desa Padang Tarok 8 September 1981. Bekerja sebagai guru sosiologi SMAN 1 Koto Salak dan dipercaya memegang j...

Selengkapnya
Navigasi Web
Penerapan Budaya Positif tanggung Jawab Bersama

Penerapan Budaya Positif tanggung Jawab Bersama

Penerapan Budaya Positif; Tanggung Jawab Bersama

Oleh

Mulyani, S.Pd., M.Pd

Pendidikan merupakan ladang bagi guru untuk membentuk karakter murid melalui pembiasaan dan penanaman nilai-nilai positif. Selayaknya petani sudah semestinya memanfaatkan, mengolah dan merawat ladang dengan sebaik-baiknya agar benih-benih yang ditanam tumbuh dengan subur. Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, menganalogikan guru sebagai petani dan murid umpama benih. Guru sebagai pendidik, pamong yang umpama petani memiliki peran dan tanggung jawab menuntun, membimbing, membentuk dan mendidik murid-murid yang diumpamakan sebagai benih atau bibit. Setiap anak dengan keunikan dan potensi yang sudah ada pada dirinya membutuhkan sentuhan tangan dan bimbingan guru agar kelak menjadi anak-anak yang siap untuk hidup dengan kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya.

Di sekolah, guru memiliki peran dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan positif melalui pembiasaan, penanaman nilai-nilai dan budaya positif yang bisa mendukung tumbuh kembang anak kelak menjadi anak-anak berkarakter sesuai profil pelajar Pancasila. Kebiasaan yang telah membudaya dengan sendirinya akan membentuk budaya positif di sekolah. Semua itu akan tetap berjalan ada ataupun tidak ada pengawasan. Namun saat ini, motivasi intrinsic belum sepenuhnya muncul ataupun dimiliki semua warga sekolah. Ketaatan, kepatuhan ataupun kedisiplinan masih terbentuk apabila ada pengawasan. Padahal terwujudnya sebuah budaya postif tak telepas dari kesadaran semua warga sekolah untuk saling berkolaborasi menumbuhkan dan menciptakan lingkungan yang berbudaya.

Sering terjadi didepan mata fenomena murid terlambat hadir ke sekolah, masuk kelas, bolos, tidur saat jam Pelajaran, tidak mengumpulkan tugas dan sebagainya. Menyikapi fenomena tersebut, perlu adanya kesepakatan bersama sehingga akan menjadi keyakinan bersama. membentuk keyakinan kelas atau sekolah dapat dijadikan satu dari sekian pilihan yang ada. Melalui keyakinan kelas atau sekolah, warga sekolah dapat memahami dan menyerap makna nilai-nilai kebajikan yang diyakininya. Selain itu juga, warga sekolah dapat menerapkan restitusi. Restitusi merupakan Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu murid mengatasi permasalahan yang dihadapi. Murid berupaya memperbaiki kesalahannya dan Kembali kepada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat.

Budaya positif akan mengakar kuat jika semua warga sekolah telah memiliki motivasi intrinsic. Oleh karenanya melalui kegiatan diseminasi budaya positif menjadi wadah untuk berbagi dengan rekan-rekan sejawat di SMAN 1 Koto Salak. Kegiatan ini dilakukan pada jumat tanggal 20 Oktober 2023 di kantor majelis guru. Topik-topik penting yang dibahas dalam kegiatan tersebut meliputi disiplin positif, teori motivasi, keyakinan kelas, posisi control dan segitiga restitusi. Disiplin positif “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Menurut Ki Hajar Dewantara, disiplin positif merupakan kemampuan seseorang mengontrol diri, dan menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai agar tercapai tujuan mulia yang diinginkan.seseorang yang memiliki disiplin diri bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.

Sering kita mendengar, disiplin dikaitkan dengan peraturan, tata tertib, patuh dan taat dan cendrung berujung adanya hukuman. Disiplin positif merupakan perilaku yang mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal yang lahir dari kesadaran diri sendiri atau motivasi instrinsik. Terdapat beberapa nilai kebajikan yang dapat ditumbuhkan oleh warga sekolah seperti profil pelajar Pancasila, Sembilan pilar karakter, Petunjuk Seumur Hidup, Keterampilan Hidup (LIfelong Guidelines and Life Skills) dan sebagainya. Sekolah dapat menerapkan nilai-nilai kebajikan universal tersebut. Dalam implementasi kurikulum Merdeka profil pelajar Pancasila menjadi salah satu muara yang hendak dicapai dengan beberapa elemen nilai-nilai kebajikan pada profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkhebinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis.

Berikutnya adalah motivasi perilaku manusia. Menurut Diane Gossen, terdapat tiga motivasi perilaku manusia yaitu 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukan. 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Ini yang akan kita laksanakan. Motivasi yang akan membuat murid memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal. Selain dari motivasi perilaku juga tentang hukuman dan penghargaan. Dimana hukuman selalu meninggalkan rasa ketidaknyaman, rasa sakit dan mengecewakan. Sementara penghargaan juga memiliki sifat yang sementara dan dapat merusak hubungan. Saat guru memberikan penghargaan kepada murid, bisa jadi akan menimbulkan rasa iri, atau bahkan hanya menyenangkan diri guru semata.

Budaya positif lainnya adalah keyakinan kelas. Keyakinan kelas berbeda dengan peraturan, dimana pada konsep ini merupakan suatu kesepakatan yang dibuat bersama-sama antara guru dengan murid. Semua anggota kelas punya andil untuk berkontribusi membentuk keyakinan kelas yang dilakukan melalui curah pendapat. Keyakinan kelas dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan positif seperti Kami senang hidup bersih. Ini mencerminkan budaya positif tentang kebersihan. Semua kita saling mengasihi dan menyayingi, pernyataan anti bullying. Dengan paparan Bahasa yang positif juga akan berdampak positif bagi warga sekolah.

Perlu disadari, bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan dasar. Terdapat lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan bertahan hidup, kasih sayang dan diterima, kebebasan, kesenangan, dan kekuasaan. Apabila salah satu atau dua kebutuhannya tidak terpenuhi maka akan terlihat perilaku yang tidak diharapkan. Jadi guru perlu memahami kebutuhan murid. Guru punya andil, peran dan juga memiliki posisi control. Berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. Dari lima posisi tersebut, sebaiknya guru menerapkan posisi control sebagai manajer. Meskipun sulit namun perlu mempelajari dan memahami apa yang menjadi kebutuhan murid. Karena setiap perilaku yang dilakukan baik maupun buruk pasti ada alasannya.

Segitiga restitusi menjadi metode yang dapat dilakukan untuk membantu permasalahan-permasalahan terkait perilaku yang dilakukan murid. Agar murid menyadari kesalahan yang diperbuat dan berkenan memperbaikinya. Adapun tahapan yang perlu dilakukan oleh guru menstabilkan identitas, validasi Tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan. Dengan restitusi, diharapkan murid bertanggung jawab atas perilaku yang diperbuatnya dan semakin tumbuh karakternya, karena restitusi memiliki ciri yaitu: belajar dari kesalahan, memperbaiki hubungan, sebuah tawaran bukan paksaan, menuntun untuk memperbaiki diri, focus pada karakter bukan Tindakan, dan mencari kebutuhan dasar yang mendasari Tindakan.

Demikian beberapa budaya positif yang perlu dikembangkan di sekolah dan telah didesiminaksikan kepada teman-teman sejawat. Melalui forum berbagi ini, kita saling memahami dan menyamakan persepsi untuk terus membangun dan menumbuhkan budaya positif. Budaya positif akan semakin mengakar kuat dengan adanya motivasi instrinsik dan menjadi tanggung jawab bersama seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di sekolah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post