Mumtihanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rona Kisah Klasik (11)

Part 11

Mama Zein

Aku mengantar Kak Edi sampai ke rumahnya. Menurut dokter, cuma memar biasa, dua tiga hari sudah bisa pulih. Beberapa saat kemudian aku pamit.

”Cepat sembuh, Kak! Obatnya jangan lupa diminum, Ya!”

“Terima kasih, Windy!” Senyum Kak Edi mengembang.

“Kak, aku mohon maaf atas kejadian tadi.” Ada rasa bersalah yang bergemuruh di hatiku.

“Tidak apa-apa, tidak usah dipikirkan. Kamu hati-hati di jalan! Jangan kebut-kebutan.”

“Siap, Kak!” Aku memandangnya sejenak, kemudian berlalu dan melambaikan tangan.

Semoga kejadian ini tak membuatmu berpikir untuk menjauh dariku, Kak Edi.

------------

Aku pulang dan sampai tepat pukul empat sore. Mama juga terlihat sudah pulang. Sehari-hari Mama memang berjualan di toko perhiasan miliknya. Kadang jika senggang aku menyempatkan diri menemani untuk menjaga toko.

Saat kakiku baru saja melangkah masuk ke dalam rumah, terdengar suara perempuan dari belakang memanggil namaku. “Windy!”

Aku membalikkan tubuhku. Perempuan itu pernah aku lihat sebelumnya. “Ibu yang pernah memotretku di kafe,Kan?”

“Iya, benar!” Ucapnya tegas.

“Ibu siapa? Bagaimana bisa tahu rumahku?”

“Aku mamanya Zein. Kamu tega menyakiti anakku hingga tubuhnya jadi memar.” Suaranya terdengar penuh emosi.

“Itu karena kesalahannya sendiri. Sebaiknya Ibu tanya kronologi kejadiannya pada Zein.”

Aku hendak masuk kembali ke dalam rumah, tetapi Ibu itu menahanku dan berdiri tepat di hadapanku.

Matanya berkaca-kaca. “Kamu memang tidak punya hati, anakku mengerang kesakitan dan tak mau minum obat. Bagaimana caranya dia bisa sembuh? Semua ini gara-gara kamu!” Matanya nanar memandangku.

Suara Ibu itu rupanya terdengar oleh Mama. “Ada apa ini? Ibu kenapa teriak-teriak?” Mama terlihat tidak suka dengan sikap ibu itu.

“Tanya saja sama anak Ibu yang tak punya hati ini.” Ibu itu kemudian pergi tanpa memberikan kesempatan Mama membelaku atas pernyataannya tadi.

“Jelaskan kepada Mama maksud perempuan itu, Windy!”

“Aku mau istirahat dulu, bolehkan, Ma?”

“Baiklah, Mama menunggu penjelasanmu nanti.” Mama menghela nafas panjang dan beranjak masuk ke dalam rumah.

Sore ini , aku di rumah saja. Mencoba menenangkan diri dari kejadian tadi. Bagaimana kabarmu, Kak Edi? Aku masih mengkhawatirkanmu.

Zein, kenapa dia? Apakah benar Zein cemburu?

Menjelang magrib aku mencari Mama dan menceritakan kejadiannya.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen puisinya, Bunda. Salam literasi

10 Nov
Balas

Mantap Bu, cerpennya...semangat bu. salam

10 Nov
Balas

Salam sukses Bu! Cerpen yang bagus...

10 Nov
Balas



search

New Post