Mumtihanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rona Kisah Klasik (17)

#Part 17

Dijenguk Kak Edi

Hari ini, aku melalui serangkaian pemeriksaan. Kepalaku sedikit pusing, semalam aku tak bisa terlelap sama sekali. Semoga ini tak mempengaruhi hasil pemeriksaan nanti. Setelah selesai, perawat mengantarku kembali ke kamar inap. Mama menemaniku sambil sesekali mengelus rambutku.

“Assalamu alaikum!” Suara itu sepertinya kukenal.

“Waalaikum salam!” Mama dan aku hampir bersamaan menjawab.

Ternyata Kak Edi dan Nina datang menjenguk. Ada rasa bahagia dan haru melihat mereka. Saat ini aku memang butuh sugesti untuk menetralisir kondisi psikologisku akibat kejadian kemarin. Senyum Kak Edi seolah suntikan vitamin bagiku. Tubuh yang tadi lemah, menjadi sedikit bertenaga.

“Bagaimana keadaanmu?” Kak Edi menghampiriku. Nina terlihat berbincang dengan Mama.

“Sudah membaik,” ucapku. Aku tak sanggup menatap matanya, mungkin karena rindu.

“Wah, ternyata cewek kuat dan berani sepertimu, bisa sakit, Ya?” Nina datang menyela.

“Kalau menjenguk orang sakit itu diberi motivasi, bukan malah nyinyir.” Aku melirik jengkel.

“Kok, sekarang jadi sensitif.” Nina memencet hidungku.

“Sakit, Nina!”

Kak Edi dan Mama tertawa melihat kekonyolan kami berdua. Akhirnya aku dan Nina ikut tertawa bersama. Benar, kebahagiaan itu bisa menjadi obat di kala sakit.

Saat berpamitan, Kak Edi menatapku dalam. Aku mencoba membalas tatapannya, ingin rasanya mengatakan bahwa aku masih menginginkannya di sini. Dalam hati aku berharap, dia merasakan hal yang sama.

-------------

Pukul empat sore, dokter dan dua orang perawat datang membawa amplop berukuran besar. Di dalamnya ada beberapa lembar kertas, Mama mencoba membacanya dengan seksama.

“Anak ibu tidak memiliki gangguan kesehatan.”

Dokter itu menjelaskan pada Mama yang tampak bingung membaca hasil pemeriksaan yang dibawanya.

“Syukurlah.” Mama terharu, ada riak di matanya. Mereka pamit dan mengatakan bahwa aku sudah bisa pulang.

Mama memelukku erat.”Kita sudah bisa pulang, Nak!”

“Iya, Ma.” Aku tersenyum dan merasa lega mendengar penjelasan dokter tadi.

Mama terlihat berkemas dan menelepon taksi online . Aku tahu sebelumnya dia terlihat begitu khawatir dan lelah, namun begitu setia mendampingiku di rumah sakit ini. Kasih ibu memang sepanjang jalan.

------------------

Sesampainya di rumah Mama membawaku ke kamar.

“Mama buatkan teh hangat, Ya!”

Aku mengangguk sambil tersenyum. Baru beberapa saat Mama meninggalkanku, kepalaku kembali sakit. Semakin lama sakitnya bertambah, persis kejadian sebelumnya.

“Mama…!” Aku berteriak.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post