Mumtihanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rona Kisah Klasik (1)

Part 1

Bertemu Preman

Malam telah larut, tapi aku masih di sini. Kemacetan ini menguji kesabaranku, sudah hampir dua jam aku terseok-seok di jalan raya. Motor yang aku pakai seolah ingin berteriak tak sanggup saat telapak kakiku berulangkali menginjak rem. 

Tiba-tiba dari arah kiri seorang pengendara terlihat naik ke trotoar. Daripada terjebak di sini, lebih baik aku melakukan hal yang sama, batinku.  Aku menancap gas dan naik ke trotoar, tampak sekilas beberapa pengendara terlihat memandangku dengan sinis. Aku tak peduli, motorku tetap melaju menyisiri jalanan bersemen ini.

Aku bernafas lega, akhirnya aku terbebas dari tahanan jalan raya. Namun tanpa kuduga di depan terlihat beberapa polisi sedang berjaga sambil mengatur arus lalu lintas. Aku menginjak rem dan berniat untuk turun kembali ke jalanan beraspal, tapi salah seorang polisi sudah terlebih dahulu melihatku. Aku bingung, STNK dan SIM tertinggal di rumah. Aku putar balik, dan menancap gas dengan kencang. Bunyi pluit dari polisi tak aku hiraukan. Terlihat dari kaca spion,  polisi itu sempat berlari kecil mengejarku.

Aku berbelok ke sebuah lorong kecil untuk mengantisipasi  jikalau polisi itu tetap mengejar. Aku berharap nanti ada jalanan alternatif di ujung lorong agar aku bisa sampai di rumah.

“Berhenti!” Seorang lelaki berjaket hitam menghadang jalanku.

Ternyata dia tak sendiri, ada dua orang lagi di sebelahnya. Wajah mereka tampak seram, salah seorang terlihat memegang sebuah pisau kecil dengan ujung yang cukup runcing. Aku berusaha menenangkan diri.

“Serahkan harta berharga yang kamu miliki!” Lelaki bertubuh kekar itu mengancamku dengan pisaunya, tangan kirinya melingkar di leherku.

“Baik, tapi biarkan aku turun dari motorku dulu, Bang!” Aku memohon pada mereka.

“Cepat!” Bentak lelaki lainnya. Akhirnya aku berhasil turun dari motor meskipun tangan lelaki itu masih melingkar di leherku. Mataku memperhatikan satu persatu wajah mereka. Kemudian dengan cepat aku memutar tangan yang memegang pisau itu dan membanting tubuhnya. Dua orang lainnya mencoba menyerangku. Aku berusaha menangkisnya dan memberikan tendangan ke arah mereka.

 “Ahhh!” Salah seorang diantara mereka terdengar mengerang kesakitan. Tanpa kuduga dari arah belakang lelaki yang telah kubanting tadi mendorongku hingga tersungkur. Helm yang kugunakan terlepas.

“Perempuan, Bang!” Lelaki itu setengah berteriak ke arah temannya. “Wah, lumayan juga,” ujar salah seorang lainnya. Aku segera berdiri dan memasang kuda-kuda. Terlihat mereka berkumpul dan tersenyum nakal padaku. Aku mengarahkan tendangan beruntun kepada mereka tanpa memberikan kesempatan menyerangku. Mereka jatuh tersungkur. Aku segera naik ke motor dan melaju meninggalkan mereka. Aku tersenyum, mereka tak tahu kalau aku memilki ilmu bela diri taekwondo.

Malam ini aku menginap di rumah Nina. Lorong tadi tak mempunyai akses menuju rumahku. “Ma, aku tak bisa pulang!” Aku menelepon Mama dan menceritakan kejadian tadi.

 

(Bersambung)

Nama, tempat, peristiwa adalah fiksi belaka, jika terjadi kesamaan tidak ada unsur kesengajaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post