Mumtihanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rona Kisah Klasik (8)

Part 8

Bertemu Kepala Dusun

“Terima kasih ,Bu!” Tampak Ibu itu tersenyum kecut menanggapi ucapanku.

Aku dan Nina beranjak pergi dan segera menuju ke rumah Kepala Dusun. Tidak begitu jauh, hanya kurang lebih satu kilometer dari rumah yang tadi.

“Assalamu alaikum!” Kuketuk pintu rumah yang terbuat dari kayu bayam dan bercat warna hitam.

“Ada orang?” Giliran Nina yang mengetuk.

“Ada apa? Kalian siapa?” Seorang lelaki berperawakan tinggi besar membuka pintu. Wajahnya tirus dengan kumis dan jenggot yang cukup tebal, sorot matanya tajam. Nina terlihat takut dan mundur ke belakang.

“Namaku Windy, dan temanku Nina,” ujarku.

“Mau apa kalian kesini?” Lelaki itu mengelus jenggotnya.

“Mau bertemu Kepala Dusun, ada hal yang ingin dibicarakan.” Aku tak bergeming dari posisiku, membalas tatapan lelaki itu.

“Aku Kepala Dusun di sini, Apa yang kalian ingin bicarakan?”

“Oh, Maaf, Pak! Boleh Aku dan temanku masuk?” Aku berusaha tersenyum.

Terdiam sejenak, Pak Dusun menatapku dan Nina bergantian. “Baiklah, silahkan masuk!”

Memasuki rumah Pak Dusun, seperti memasuki sebuah museum. Hiasan dinding dan interiornya identik dengan barang-barang kuno. Kursi yang di gunakan juga tampak unik, berbahan rotan dengan meja yang terbuat dari bambu.

Aku memperkenalkan diri dan menceritakan maksud dan tujuanku kepada Pak Dusun. “Penelitianku berhubungan dengan kebiasaan penduduk setempat, Pak. Dosen Pembimbingku yang menyarakankan tempat ini dan bertemu terlebih dahulu dengan Bapak.”

“Sebenarnya penduduk di sini tidak begitu ramah dengan orang asing. Apalagi bagi mereka yang datang dengan tujuan tidak seperti yang mereka harapkan.”Sepertinya Pak Dusun menjelaskan begitu hati-hati.

“Aku ke sini maksudnya baik , Pak. Tidak ingin mengganggu kehidupan penduduk di sini. Hanya meneliti kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan.” Penjelasanku kupikir cukup untuk meyakinkan Pak Dusun.

“Menurutmu seperti itu, tapi belum tentu dengan mereka.” Saranku, kamu cari tempat lain saja.”Pak Dusun menatapku dalam seolah ada sesuatu hal yang perlu disampaikan lebih dari apa yang diucapkan tadi.

“Dosen pembimbingku mengarahkanku ke tempat ini, berarti ada yang spesial dan unik dari Dusun ini.” Aku pantang menyerah, buatku kalimat Pak Dusun membuatku semakin penasaran dan menginginkan tempat ini menjadi objek penelitianku.

“Kalau aku tak mengizinkan?” Tanya Pak Dusun.

“Bagaimana caranya agar Bapak mengizinkan aku?”

“ Kamu memang pemberani. Baiklah aku mengizinkanmu dengan catatan jangan pernah terlibat dengan kejadian apapun yang kamu lihat di Dusun ini.”

“Siap, Pak! Ada lagi?”

“Jangan pernah memasuki lokasi dari Rumah Ketua Adat yang terletak di ujung Dusun ini. Orang asing tidak boleh masuk ke sana, kecuali dengan izin Ketua Adat.”

“Mengapa, Pak?” Aku semakin penasaran.

“Tidak usah banyak tanya, atau aku cabut izin yang kuberikan!” Pak Dusun terlihat sudah mulai dongkol.

“Maaf, Pak. Baiklah, aku siap dengan persyaratannya.”

Nina yang dari tadi tak bersuara, menyikut lenganku, sepertinya tak sabar ingin pulang.

“Kalau begitu, Aku dan temanku permisi dulu, Pak. Aku akan kembali kesini dalam waktu dekat.” Nina berjalan lebih dahulu, terlihat lega saat kalimat permisi kuucapkan.

“Silahkan!” Pak Dusun mengikuti langkahku ke luar.

Tempat ini menarik. Aku takkan mundur. Bagiku ini adalah tantangan, seperti saat kendaraanku melaju di semak belukar dan jalanan berbatu.

(Bersambung)

Nama, tempat dan peristiwa fiksi belaka, jika terjadi kesamaan tidak ada unsur kesengajaan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

06 Nov
Balas

Terima kasih pak, salam literasi

06 Nov



search

New Post