Mumtihanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rona Kisah Klasik(15)

Part 15

Di Rumah Sakit

Hari mulai sore, setelah mendengarkan nasehat Bu Rida, aku pamit dan beranjak pulang. Banyak informasi yang kuperoleh, aku yakin bisa menjadi cerita menarik di laporanku nanti. Seperti biasa, motorku melaju diatas rata-rata. Aku merasa sedikit kedinginan, mungkin karena angin bertiup kencang sehingga menembus jaket yang kugunakan.

Setelah sampai di rumah dan beristirahat sebentar, aku segera membersihkan tubuh dan mengganti pakaian. Mama memanggilku makan malam, tapi sepertinya aku tak lapar. Tetapi demi menghormati Mama, kupaksakan diriku menikmati makanan yang telah di hidangkan.

“Kenapa makannya sedikit, Nak?”

“Tidak apa-apa, Ma, cuma kurang enak badan sedikit.”

“Mama buatkan teh hangat, Ya?”

“Tidak usah, Ma, mungkin kurang istirahat saja.”

Aku kembali ke kamar. Entah mengapa aku merasa kedinginan. Kuraba telapak kakiku yang berkeringat, terasa seperti memegang es. Kubaringkan tubuhku, tapi tiba-tiba ada sesuatu yang bergerak di tubuhku, berpindah-pindah dan pada akhirnya menuju ke kepala. Aku mulai merasakan kepalaku sakit, semakin lama semakin menyakitkan. Sungguh, rasanya melewati ambang batas rasa sakitku. Kucoba menahan tapi tak bisa, aku berteriak memanggil Mama.

“Mama…! Sakiiit!

Terlihat Mama masuk ke kamar dengan panik. “Kamu kenapa, Nak?”

“Kepalaku sakit sekali, Ma! Tolong aku!” Aku memegang erat lengan Mama.

Mama terlihat menelepon, entah siapa yang ia hubungi, aku sudah tak bisa fokus dengan pembicaraannya.

Mama memelukku, tapi nampaknya tak berpengaruh apa-apa, sakitnya semakin menjadi. Aku memegang kepalaku sambil mengucapkan kata-kata yang aku sendiripun tak tahu. Aku hanya tahu sakit ini menyiksaku.

Dua orang lelaki berbaju putih memegang dan membantuku naik kemobil. Sepanjang perjalanan aku meraung kesakitan. Pikiranku kacau, aku hendak melompat dari mobil, berharap sakit ini lenyap. Tapi kedua lelaki berbaju putih itu dengan sigap menahanku, Mama juga turut membantu.

Mobil berhenti, kedua lelaki itu membantuku turun. Selanjutnya aku setengah sadar, sakit ini membuatku tak bisa mencerna apapun di sekelilingku.

----------------------

Sesaat setelah berbaring, sakitnya mulai reda. “Jarumnya patah,Dok!” Kalimat itu terdengar sayup di telingaku. Air mataku tak pernah berhenti mengalir sejak aku di bawa ke tempat ini, samar-samar terlihat Mama juga menangis melihatku. Tiba-tiba rasa sakitnya berpindah ke perutku, aku meraung kencang.

Sakiiiiit…! Teriakanku seolah memecah dinding tembok ini.

(Bersambung)

Nama, tempat dan peristiwa fiksi belaka

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

14 Nov
Balas

Terimakasih pak, salam literasi.

14 Nov
Balas



search

New Post