Munira Dharma Ningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MAtahari Pasti Datang Menggantikan Rembulan (4)

MAtahari Pasti Datang Menggantikan Rembulan (4)

Lima hari telah berlalu. Rani tidak bertemu dengan Atila. Itu karena Rina harus kerja sif malam. Ini karena ada salah satu rekan kerja yang sif malam mengundurkan diri. Setelah diatur ulang jadwal kerja di kantornya, Rina kebagian sif malam. Hari inipun dia masuk pukul dua sampai pukul sembilan malam. Sebelum masuk ke rumah dia bertemu Atila. Atila sedang ngobrol dengan Adi kakak iparnya di beranda.

“Hai Ran! Bagaimana kabarmu?” sapa Atila

“Alhamdulillah baik. Aku masuk dulu ya,” sahut Rani

Rani masuk ke dalam rumah. Jam kerja yang bertambah membuat dia merasa begitu lelah. Lima jam berada di depan meja siar melelahkan juga. Dia bukan hanya cuap-cuap. Tapi juga menyiapkan materi termasuk lagu yang diputar. Waktu itu memutar lagu tidak hanya dengan klik saja. Harus menyiapkan kaset yang akan diputar. Menyiapkan modulasi microfon, agar pas dengan suaranya. Karena suara setiap penyiar itu berbeda. Jadi di ruang siar itu disamping sebagai penyiar, Rani juga harus menjadi operator peralatan yang digunakan.

Hari Minggu Rani memiliki waktu yang banyak untuk santai. Rani kebagian sif pagi. Dari pukul enam sampai pukul sepuluh. Hari ini dia hanya sendirian di rumah. Ima dan keluarga mengunjungi orang tua Adi. Sementara ibu ada acara bersama ibu-ibu PKK kampung.

Cuaca sangat panas. Diambilnya koran hari ini di ruang tamu yang tidak sempat dia baca. Seperti biasa isi koran di hari Minggu hanya berisi berit-berita ringan. Ketika dia asyik membaca kolom cerpen, terdengar orang mengucapkan salam di luar rumah. Rupanya Atila.

Setelah pesta pernikahan itu, mereka berdua  memang tidak lama mengorbol berdua.

“Kelihatannya selama seminggu kamu sibuk, Ran?” tanya Atila.

“Ya, begitulah!” sahut Rani sambil mempersilahkan Atila duduk.

Mereka berdua tenggelam pada sebuah dialog yang hangat. Atila banyak menceritakan tentang dirinya. Dia bercerita tenang kesibukan yang sedang ia lakkukan. Ranipun menceritakan sedikit tentang kesibukannya selama seminggu.

Atila berusaha mengenal Rani lebih dekat dengan menceritakan dirinya.  Bagaimana dia harus rela keinginannya untuk kuliah. Bekerja di distributor sebagai helper. Dia lakukan itu untuk membantu kedua orang tuanya. Memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama adik-adiknya yang masih sekolah.

Atila juga menceritakan kisah asmaranya. Dia pernah dekat dengan seorang perempuan. Tapi karena orang tua sang perempuan tidak menyukainya ahirnya ia tinggalkan.

 “Bagaimana denganmu. Apakah kamu sekarang dekat dengan seseorang?” Tiba-tiba Atila menanyakan sebuah pertanyaan yang membuat Rani terdiam dan bingung.

 “Tidak, aku belum memikirkannya,” sebuah pernyataan keluar dari mulut gadis itu.

Atila memandang Rani yang tenggelam dalam lamunannya. Dua puluh menit mereka kehabisan pokok pembicaraan. Atila kembali terdiam begitu pula dengan Rani. Kembali, suasana menjadi asing bagi bagi mereka berdua. Ingin  sekali Atila kembali berbincang dengan gadis mabis di depannya. Gadis yang baru seminggu dia kenal.

Rani terdiam. Dia teringat satu tahun lalu hatinya begitu terluka karena laki-laki yang ia cintai. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi kedua orang tua sudah mengenal baik laki-laki itu. Banyak harapan yang Rani gantungkan kepad laki-laki yang ia cintai. Angan-angan Rani untuk mengakhiri hubungan mereka ke jenjang pernikahan harus pupus.

Setelah cukup lama mereka berdua terdiam, Atila memberanikan diri untuk menyambung pembicaraan.

“Oh iya, jadi kalaupun aku main ke sini menemuimu nggak ada yang marah doong!” senyum Atila mengembang dan matanya tak pernah terlepas dari Rani.

Rani membalas senyuman laki-laki di depannya. Seseorang pernah merebut senyum manis itu. Beberapa tahun lalu, seseorang lelaki pernah berkata kepadanya bahwa senyumannya seperti rintik hujan yang rintiknya menyejukkan mata siapa saja yang memandangnya. Tapi setelah beberapa lama, lelaki itu tak ada kabar. Dia menemukan hujan yang lebih menyejukkan hatinya daripada Rani

Senyum manis gadis cantik itu sepertinya mulai membuat Atila tertarik padanya. Baris giginya yang putih tertata rapi. Sorot matanya yang menggambarkan luka. Menyembunyikan sifat periangnya.

“Sekarang saya tidak memikirkan untuk pacaran. Saya mencari seorang istri bukan mencari pacar. Kalau dia mau menerima aku dan keluarga ku minggu depanpun akan aku nikahi, “ Atila menatap Rani, menunggu jawaban darinya.

Rani heran pada lelaki yang ada di depannya. Usianya masih muda. Tapi dia sudah mulai berpikir untuk menikah. Sementara banyak anak muda seumuran Atila masih ingin senang-senang.  Nongkrong bersama teman-temanya. Kalaupun sudah bekerja biasanya mereka lebih mementingkan berbelanja baju untuk memperbaiki tampilan. Agar perempuan tertarik.

“Walaupun perempuan baru kau kenal?!” tanya Rani penasaran.

 Bagi Rani seseorang yang akan menikah harus lebih dahulu mengenal satu sama lain.  Karena menikah itu menyatukan dua pribadi yang berbeda. Masa pengenalan itu tentunya untuk lebih mengenal sifat masing-masing. Saling memahami satu sama lain.

“Ya, tentunnya aku cari informasi tentang dia terlebih dahulu. Bukan asal comot. Tapi Ran, kenyataannya kedua orang tua kita, dulu mereka tidak saling mengenal sebelum menikah. Tapi mereka bisa bertahan sampai sekarang, atau bahkan sampai nanti. Mereka akan belajar, saling memahami dan memahami sifat mereka setelah menikah. Istilahnya pacaran setelah menikah, “ dewasa banget pemikiran Atila.

Hari semakin siang. Obrolan yang mengasyikan. Tak terasa sudah satu setengah jam.  Cuaca yang panas dan bikin gerah tidak terasa bagi mereka berdua. Tapi Atila sangat mengerti bahwa perempuan yang mulai ia kagumi itu ingin beristirahat. Karena ritme kerja mereka berdua. Atila libur di hari Minggu, tidak dengan Rani. Yang mendapat jatah libur secara bergilir setiap minggunya. Hari Minggu pun, seperti hari ini Rani masuk.

Atila pamit untuk pulang dan mengatakan bahwa dia akan tidak bosan datang lagi untuk bertemu dengan Rani.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren dik Mun.

06 Oct
Balas

Selalu ditunggu maasukannya mas. Salam literasi

06 Oct



search

New Post