Muniri, M.HI

Salah satu pengajar di STAI Al-Hamidiyah Bangkalan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Review Film Hichki: Tidak Ada Murid yang Buruk

Review Film Hichki: Tidak Ada Murid yang Buruk

Menurut saya film ini setara dengan film "3 Idiot". Barangkali wajib ditonton oleh guru-guru, khususnya bagi guru yang masih berpandangan selalu benar di depan murid-muridnya.

Menonton film ini, secara tidak langsung, kita tengah belajar tentang pola pendekatan terhadap murid-murid yang dianggap bermasalah, dan juga belajar tentang cara mengatasinya. Sabar, kreatif, dan inovatif merupakan cara mendampingi mereka. Jika disederhanakan, maka inti pesan dalam film ini: TIDAK ADA MURID YANG BURUK, YANG ADA GURU YANG BURUK.

Rani Mukerji di film ini berperan sebagai guru. Diceritakan, masa kecilnya sering dispelekan dan ditertawakan. Ia, mengidap kelainan, kepalanya bisa bergerak-gerak dan keluar suara aneh dari mulutnya, tanpa bisa mengendalikan. Keadaan ini, makin memburuk saat batinnya merasa tertekan.

Teman, guru-gurunya, bahkan ayahnya tidak memberikan perhatian yang layak. Namun, ia masih beruntung, Ibu dan adiknya tetap menguatkannya. Satu lagi, ia punya seorang guru yang memberikan perhatian dan motivasi. Motivasi dari salah satu gurunya inilah yang amat membekas, dan menjadi bekal untuk menjalani hidupnya.

Singkat cerita, ia diterima menjadi guru, setelah berkali-kali lamarannya ditolak di beberapa sekolah. Ia diterima di salah satu sekolah ternama, sekaligus didaulat sebagai wali kelas. Muridnya nakal-nakal, dan dableg, namun ia tetap mendampingi mereka dengan sabar. Berkali-kali masuk untuk mengajar belum semestinya bisa mengajar, karena suasana yang sengaja dibuat gaduh oleh murid-muridnya.

Suasana gaduh tersebut terus berulang, hingga tiba ada undangan untuk wali murid. Wali murid diminta agar menemui wali kelas dalam rangka membicarakan perkembangan anak didik, tapi ternyata tak satupun yang datang. Iapun beranggapan harus dirinya yang menemui wali murid. Dan ternyata, ia dapati fakta murid-muridnya yang nakal itu, kurang beruntung secara ekonomi. Hari libur, murid-muridnya ada yang bekerja sendiri sebagai montir, ada yang ikut ibunya jualan sayur di pasar, ada juga yang menjadi penjudi.

Ia yang melihat langsung kondisi ekonomi murid-muridnya sadar bahwa kenakalan mereka ada hubungannya aspek kejiwaan mereka yang ingin memberontak keadaan, dan ketidak percayaan diri untuk berhasil dalam hidupnya.

Besoknya, setelah masuk kelas. Ia memanggil satu persatu muridnya. Salah satu yang dipanggil, murid yang menjadi bandar judi, ditest kemampuan matematiknya, ternyata kemampuan hitungnya lebih cepat dari orang yang memakai kalkulator. Test ini dilakukan, bertujuan untuk membalik cara pandang murid dalam melihat dirinya sendiri, agar tidak lagi menyia-nyiakan kemampuan yang dimilikinya.

Perhatian terus diberikan, dan terus mendampingi murid-muridnya dengan penuh kesabaran. Alhasil, murid-murid nakal nan dableg bisa berubah, tidak hanya lulus ujian akhir semua, beberapa dari mereka mendapatkan nilai tertinggi, dan merekapun hidupnya bisa sukses.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen Pak..saya jadi penasaran pengen liat. Pembelajaran untuk para guru dan orang tua..salam sehat dan sukses Pak. Barakallah Pak

03 Apr
Balas

Aaamiiin Selamat menonton Bu.

03 Apr

Ini film yang bisa menginspirasi guru dan orang tua. Sukses selalu Pak Muniri

03 Apr
Balas

Terima kasih Pak

03 Apr



search

New Post