MUNZURO

Lahir di Desa Dermolo, Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah. Alumnus IKIP Semarang jurusan pendidikan Matematika lulus bulan Agustus 1998. Di akhir Studi S1ny...

Selengkapnya
Navigasi Web
Biduk Kehidupan 3

Biduk Kehidupan 3

 

Berbaktilah kepada Kedua Orang Tua

Ainun  merasa kesal dengan ayahnya, karena ia merasa kurang diperhatikan olehnya, dan merasa kebutuhannya selama ini kurang dicukupi oleh ayah dan ibu tirinya.  Ayahnya telah menikah lagi sejak dia masih duduk di kelas 3 SD, setelah 1 tahun ibunya meninggal dunia karena sakit.  Ayahnya menikahi janda yang memiliki 2 putra dan 1 putri. Ibu tirinya seorang pengusaha kaya sedangkan ayahnya sebagai pegawai negeri dan juga membantu usaha ibu tirinya.

Sekarang,, kedua putra ibu tirinya sudah menjadi pegawai negeri mengikuti jejak ayah Ainun, sedangkan putrinya memilih mengikuti jejak ibunya sebagi pengusaha. Sedangkan Ainun, memilih sebagai pengusaha tetapi tidak mau diarahkan oleh ibu tirinya. Ainun memilih cara sesuai dengan pemahamannya dengan dibekali modal oleh ayah dan ibu tirinya. Ainun tak bersedia menjadi pegawai seperti ayahnya karena ia memendam amarah kepada ayah dan ibu tirinya.

Karena usahanya kurang maju Ainun pun merayu ayahnya agar mendapatkan tambahan modal untuk usahanya.

"Yah, bisakah Ayah, menambahi modal untuk usaha Ainun?" Rayu Ainun sambil merangkul ayahnya.

"Emangnya, modal yang sudah kami beri masih kurang?" Balas ayahnya.

"Iya, Yah, masih kurang sehingga untung kurang besar" jawab Ainun.

"Anakku sayang, kamu kan masih dalam tahap belajar berusaha, mantapkan pengalamanmu dulu, dari modal tersebut, aturlah keuntungan dan sebagian keuntungan digunakan untuk menambah modal," nasehat ayah Ainun yang lumayan panjang.

Darah Ainun sekarang naik ke ubun-ubun, hembusan napasnya lebih keras dan semakin keras karena kurang suka dengan nasehat ayahnya. Dia pun melepaskan rangkulannya dan semakin menjauhi ayahnya.

"Ayah memang tidak adil, anak-anak ibu selalu diberi uang dan dicukupi kebutuhannya bahkan sampai berlebihan, sedangkan aku....?" Sahut Ainun dengan suara keras.

"Setiap aku mengutarakan kebutuhanku, ibu selalu mengeluh jika uangnya pas-pasan  hanya masih untuk menjalankan usahanya. Bilang gitu kok, masih membayar tanah bude Tinah," Suara Ainun semakin keras.

"Nak, yang digunakan ibumu itu kan uangnya sendiri, sehingga ayah tak ikut campur dalam pembelian tanah bude Tinah. Ayah hanya sekedar memberikan pertimbangan, memang benar tanah bude Tinah dapat digunakan untuk pengembangan usahanya,"Jelas Ayahnya dengan suara lirih sambil menarik nafas dalam-dalam karena merasa prihatin dengan sikap anaknya.

Sebenarnya ibu tiri Ainun sudah memenuhi kebutuhan dan uang yang cukup setiap bulannya, namun ada perbedaan sifat antara Ainun dan saudara-saudara tirinya. Ainun lebih suka berbelanja dan menghabiskan uang, sedangkan saudara-saudara tirinya hanya sudah belajar dan menyisihkan jatah bulanan untuk menabung sehingga setelah mereka lulus kuliah tabungannya semakin banyak dan dapat diinfestasikan untuk membeli tanah bude Tinah.

Ainun yang pemboros lebih banyak menyimpan dendam kepada ayah dan ibu tirinya. Ainun lupa,  ayah dan ibu tirinya lah yang telah berjuang untuk mendidiknya agar tak salah jalan. Ainun lupa, perjuangan ayah dan ibu tirinya saat dia berbaring di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya sejak kecil. Ainun hanya merasa diperlakukan yang berbeda jika dibandingkan dengan saudara-saudara tirinya. Padahal sikap dan perilaku Ainun sendirilah yang mengakibatkan perlakuan kedua orang tuanya.

Meskipun Ainun gadis pendendam dan pemarah, namun dia masih tetap menjalankan salat lima waktu dan mendoakan kedua orang tua seperti yang dianjurkan oleh guru agamanya. 

Doa inilah yang dilantunkan setiap selesai salat

 

Ainun pun mengetahui makna doa tersebut, "Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyanyangiku di waktu kecil."

Meskipun doa tersebut selalu dipanjatkan kepada Sang Pencipta, namun Ainun belum menyadari, Ika dalam doa tersebut ada kalimat "Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyanyangiku di waktu kecil.".

Pahamkah kita, pada saat kecil kita bisa melakukan apa saja? Menangis, makan, minum , dan bermanja-manja kepada orang tua.  Semua kebutuhan kita selalu diusahakan untuk dipenuhi oleh kedua orang. Mereka berjuang siang dan malam agar kita senantiasa sehat. Mereka tak pernah marah meskipun kita salah.

Ainun sebenarnya anak cerdas, dia pun masih mengingat nasehat Pak Hilal guru MADINnya, tentang kewajiban seorang anak seperti pada surat Al-Isra ayat 23  berikut ini.

Arti ayat tersebut pun telah diketahui Ainun, seperti berikut ini.

"Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya.".

Namun pengetahuan tentang berbakti kepada orang tua tak cukup, tanpa dibarengi keikhlasan, kesabaran , dan ketulusan ,serta menghilangkan amarah yang dapat menutupi kebaikan-kebaikan Kedua orang tua, meskipun hanya orang tua tiri.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post