Bubur Procot, Pelengkap Tasyakuran 7 Bulan Kehamilan
Bubur Procot, Pelengkap Tasyakuran 7 Bulan Kehamilan
Tantangan Hari ke-115
#TantanganGurusiana
“Jawa identik dengan kata jawal yang artinya lambang. Orang jawa sering menggunakan lambang-lambang dalam memaknai setiap keinginan atau tindakan,”Tutur Bapak Haji Mawardi. Petuah yang selalu saya ingat dan saya gunakan untuk berusaha memahami setiap tindakan orang-orang jawa.
Hari ini Minggu 7 Juni 2020, saudara ipar saya akan menyelenggarakan acara tasyakuran tujuh bulan kehamilan putrinya. Sebagai saudara dan sekaligus tetangga paling dekat, saya pun ikut mengambil bagian pada acara persiapan tasyakuran dengan kata lain “sambatan”. Pintu dapur saudara ipar saya bersebelahan dengan pintu dapur saya, yang memang sengaja diinginkan oleh suami agar mudah jika ingin meminta makan. Hehehe....satu alasan yang tidak dapat saya tolak pada waktu merencanakan pembuatan rumah. Posisi pintu dapur yang berdekat ini memudahkan kami jika memiliki hajat besar sehingga kami dapat menggunakan kedua dapur untuk memasak.
Sepanci santan, 1 kg gula merah, 2 kg tepung beras, dan tambahan santan siap saji diberikan saya agar dibuatkan bubur cocoh atau bubur procot. Nama bubur procot baru saya ketahui di desa Bandengan, istilah procot mungkin sebagai harapan agar bayi yang dikandungnya dapat lahir secara lancar. Wih..., ujian kemampuan diri, dapatkah saya membuat bubur procot yang diinginkan? Karena pembuatan bubur procot ini, kali pertama yang harus saya lakukan. Bubur yang akan saya buat untuk 50-an “contong” dari daun nangka. Contong dibuat seperti corong namun tidak ada lubangnya. Daun nangka yang kecil sehingga setiap contongnya hanya memerlukan sekitar 2 sendok makan bubur procot. Akankah semua bahan saya campurkan?
Santan saya rebus, gula merah pun kemudian saya masukkan dan saya tambahi sedikit garam agar tambah mantap rasanya, daun pandan pun diambilkan saudara yang lain dari kebun belakang rumah dan saya tambahkan. Harus mikir lagi...apakah tepung beras saya gunakan semua? Padahal yang dibutuhkan hanya 50-an contong. Saudara ipar saya sering bilang 1 kg, tapi yang diantar ke dapur saya 2 kg. Gula 1 kg pun sudah saya rebus semua. Akhirnya saya ambil 1 kg tepung beras dan saya aduk dengan air agar encer tidak menggumpal jika direbus dengan air santan. Ujian lagi, gunakan perasaan dan perkiraan tingkat tinggi agar bubur procot yang saya buat pun rasanya mantap. Berapa banyak santan yang harus saya kurangi? Perkiraan pertama, tak mungkin 1 kg gula merah untuk 1 kg tepung beras sehingga saya ambil 2 gelas gantol santan rebusan yang ada di panci. Santan direbus dulu agar lebih matang dan tahan lama.
Maklumlah, sambatan ala desa tidak menggunakan takaran resep ala pemasak profesional dan saya pun lupa berkonsultasi dengan Mbah Goegle. Tepung beras yang sudah diencerkan, saya masukkan ke dalam rebusan santan di panci. Alhamdulillah, semua langsung bercampur tanpa ada gumpalan. Aduk, aduk, dan aduk terus hingga mengental dan matang. Namun sebelum matang, bubur sudah mengental dan kelihatannya kurang air serta sudah mulai gosong di bagian bawah panci. Akhirnya saya ambil panci lain seadanya, saya rebus air sesuai perasaan dan setelah air mendidih, saya pindah bubur dari panci yang satu. Aduk dan aduk lagi hingga matang. Setelah itu masukkan ke contong dari daun nangka yang sudah diolesi minyak goreng.
Pada bagian terakhir adalah penilaian. Menurut adik ipar saya, rasa manisnya mantap. Menurut kakak ipar saya, kematangannya kurang. Menurut ibu saya, terlalu manis. Dan menurut saya sendiri manisnya mantap sesuai selera saya dan kematangannya memang sedikit kurang karena takut gosong lagi, serta saya rasa gurih santannya kurang mantap tapi sudah cukup untuk masakan ala desa.
Pengalaman pertama dalam membuat bubur procot. Anggap saja sukses untuk seorang pemula yang hanya mengandalkan perkiraan dan perasaan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terlihat enak bu, sperti bubur sumsum tp beda penyajiannya ya bu?
Iya, Bunda enak juga.
Menggoda selera untuk mencoba....perlu alamat saya buk? Hahahh
Hehehe....kasihan suami, saya lupa mengambilkannya. eh malah nggak kebagian.
Sukses bu
Terima kasih. Ingin mencoba untuk yang kedua kali, tapi kapan ya?
maaf bu.tanya. klau sdh di masukkn contoh sprti itu apa tdk tumpah bu. ? kalau di rumh sya penyajian spt itu . seprti membuat apem. bhn dari tepung beras tp di kukus.
Bubuh cukup kental, sehingga tidak tumpah. Dulunya saya pikir menggunakan tepung beras ketan tapi ternyata hanya menggunakan tepung beras.
Maknyos bun
Hemmmmm, eunak tenan, sayangnya saya belum sempat menikmati hasil kecuali pada saat mencicipi.
Adat dan budaya perlu dilestarikan
Iya, untuk adat yang baik dan perlu kita arahkan sesuai dengan syariat agama.
Kok bisa pakai daun nangka ya Bu? Kalau di tempat kami pake daun pisang dibuat takiran.
Tak tahu Bucan, saya sendiri kok tak pernah tanya ya? asal ikut-ikutan saja.
Tak tahu Bucan, saya sendiri kok tak pernah tanya ya? asal ikut-ikutan saja.
Tak tahu Bucan, saya sendiri kok tak pernah tanya ya? asal ikut-ikutan saja.
Enak ya Bu dimakan hangat-hangat.
Hemmm. eunak tenan.
Enak ya Bu dimakan hangat-hangat.
Enak juga.
Enak sepertinya buk
Iya, pengennya membuat ulang.
Mantap bu. Salam literasi.
Terima ksaih. Slam literasi.
Kalau dapur sy dekat dengan dapur Ibu, sy sdh datang minta buburnya. Tapi sy gak mau 1 contong, sy mau 1 mangkuk, krn sy sdh bisa membayangkan betapa lezat cita rasa bubur procot itu. Salam Ibu.
enak yang satu contong Bucan, sebab nanti rasanya pengen nambah lagi. Salam kembali Bucan.
sudah langsung bisa disantap ya bun, g harus pake gula lagi?
Nggak usah udah manis kok.
tingkepan ya Bu
Iya Bunda
tingkepan ya Bu
tingkepan ya Bu
tingkepan ya Bu
tingkepan ya Bu
Iya. Bunda.
Unik
Iya , baru saya ketahui di desa Bandengan Jepara.
Itu bubur yang harus ada pada acara selamatanbtingkeban ya..? Ingin coba rasanya bu.....hehe...tulisan yang kerennn
baru saya temui di desa Bandengan. Di desa asal saya tidak ada meskipun masih satu kabupaten.
Mantap Bun di desa tempat saya tinggal skrg juga ada ...
Terima kasih, telah singgah dilink saya. Barakallah.