#Goes to Makkah al-Mukarromah

Sudah tak asing lagi, telingga ini mendengar celotehan “penjahit identik dengan penjahat”. Celotehan ini sering diucapkan oleh mereka yang sering dikecewakan oleh penjahit-penjahit andalannya. Biarkan saja telingga ini tetap mendengar, namun lidah ini tak boleh ikut-ikutan mengucapkan. Namun otak ini pun terpengaruh dari celotehan itu, sehingga otak terus berpikir untuk mencari penjahit yang baik hati sekaligus hasil jahitannya nyaman dikenakan.

Hari keberuntungan, datang seorang guru GTT yang berprosfesi ganda untuk mengambil titipan kain dan pakaian untuk contoh jahitan teman. Pucuk dicinta ulam pun tiba, kesempatan saya manfaatkan untuk menjahitkan sepotong kain yang sudah lama tersimpan di laci. Namun saya tak punya pakaian untuk contoh, akhirnya sang penjahit melakukan pengukuran. Saat pengukuran ada pemikiran yang agak mencurigakan, akhirnya pun saya ucapkan,”Pak guru, kok bajunya kelihatan sempit?”

Waktu yang dijanjikan telah tiba, hasil jahitan pun telah datang. Benar-benar rapi dan penjahit yang satu ini, bukan penjahat. Namun setelah saya kenakan, agak terasa kurang nyaman karena bagian dada kesempitan. Meskipun demikian, saya tetap mengambil dua potong kain, satu untuk seragam keluarga dan yang satu seragam korpri, sambil berpesan untuk menambah ukuran di bagian dada.

Penjahit yang satu ini, selalu menepati janji. Hasil jahitan diantar tepat waktu, namun setelah saya coba ternyata, masih terasa agak kesempitan di bagian dada. “Duh, Gusti..., mau apa lagi?”

Hari ini, harus saya kenakan baju korpri tersebut dan ternyata sekarang menjadi lebih nyaman dikenakan karena tubuh ini agak lebih langsing meskipun tak pernah berusaha berdiet. "Wowww..., benar-benar penjahit super profesional, yang dapat membuat ukuran sesuai kondisi pelangannya di masa yang akan datang".