Dalam acara paningset, biasanya diikuti dengan rembug penentuan hari baik. Keluarga putra menawarkan diri untuk berembug. Bila keluarga putri sudah siap dengan pilihannya, kesepakatan bisa dilakukan pada saat itu juga. Namun bila perlu rembugan lebih lanjut, keluarga putri bisa meminta waktu. Hasilnya bisa disampaikan kepada keluarga putra dalam waktu yang telah ditentukan.

Menentukan hari baik memang bisa rumit, tetapi bisa juga mudah. Zaman dulu, hari baik selalu dihitung berdasarkan tanggal lahir (weton) dan perhitungan hari pasaran. Selain itu juga banyak pertimbangan lainnya. Namun, untuk saat ini penghitungan hari baik menjadi lebih sederhana dan mudah.

Pada dasarnya semua hari adalah baik. Tidak ada hari yang lebih baik dari hari lainnya. Artinya sama saja baiknya. Tinggal pilih saja mana yang dikehendaki. Namun, ada pertimbangan yang perlu diingat.

Kalau dari pertimbangan cuaca, musim kemarau biasanya lebih dipilih dibandingkan musim penghujan. Bisa dibayangkan bila waktu pernikahan ternyata hujan sehari suntuk. Pasti akan mengganggu kehadiran para tamu yang diundang.

Kalau dari pertimbangan kesibukan, biasanya masyarakat sekarang lebih memilih Sabtu atau Minggu sebagai pilihan terbaik. Harapannya pada akhir pekan itu, tamu undangan punya waktu longgar untuk mendatangi hajatan. Namun, hari Sabtu lebih dipilih karena pada hari Minggu dikhawatirkan tamu undangan banyak yang tidak datang dengan alasan hari keluarga.

Apapun hari yang dipilih, pertimbangan rohani merupakan pertimbangan terbaik. Artinya, hari baik atau buruk itu diambil berdasarkan ikhtiar batin dan doa. Bila ketetapan itu sudah diambil, kepasarahan pada Tuhan YME menjadi sandaran terakhirnya.

Sumber: Mencari Jodoh dan Upacara Perkawinan Adat Jawa (1984)