Murni Asih

Ir. Murni Asih, M.H. Pekerja social di PaSMA Kreatif. Pekerja Seni. Penasehat Paud Almira Kudus. Penasehat Teater Tiga Koma (Anak kampus UMK), Wayang Gojek. Tin...

Selengkapnya
Navigasi Web
PENARI
Astri...anakku, gapailah mimpimu, wujudkan cita cintamu, dunia menantimu. Salam cinta. Dokpri-asrti.

PENARI

19,07,21

Hari ke-509

#terusmenulis

#cerpenringan

#renungandiri

PENARI

"Hai Hujan, mohon janganlah turun dulu. Biarkan aku menikmati malam ku bersama kekasihku," pinta Bulan.

Hujan pun tersenyum melihat sahabatnya lagi kasmaran. Dengan senang hati dia mengiyakan permintaan Bulan. Lalu, menarik selimutnya agar rintik hujan nggak jatuh.

"Wahai Bulan sahabatku, biarlah malam ini menjadi malam mu. Kukabarkan pada angin, berhembuslah perlahan," lirih Hujan.

Bulan melambaikan tangan tanda terima kasih. Perlahan mulai menampakkan cahayanya, seiring malam yang merambah gulita.

Dikejauhan terlihat kekasihnya, sang Penari, sedang duduk menanti di tepi pantai. Sesekali sampurnya meliuk-liuk terbawa angin.

"Duhai, kekasihku. Peluklah aku dengan cinta."

Penari diam terpaku. Netranya pancarkan kebahagiaan. Nuraninya mulai bercerita. Lalu berjalan menyusuri pasir putih di tepian pantai.

"Kekasih, gemulaimu menguak bayangan malam. Lekuk tubuhmu menebarkan wangi kantil. Debur ombak menerpa kaki mungilmu."

Desir angin melesat pelan dan diimbangi gemericik air menimbulkan gema musik yang indah. Dan mulailah sang Penari yang bertelanjang kaki mengawali gerakan memutar.

Ah, sungguh indah jemari Penari. Lentik. Hidungnya mancung. Dan kulit tubuhnya terasa sedikit kasar ditangan. Ya, pasir-pasir ikut meraba tubuh sang Penari.

Tubuhnya bergoyang-goyang. Tangannya menyentakan sampur dan menangkapnya kembali. Lalu di urai. Kekasihnya Bulan hadir dan mendekap erat Penari.

Keduanya bergumul di gulitanya malam yang kian redup. Seredup dirinya. Berdua bercengkerama. Ah...

Dibalik itu sang malam pun tetiba menghampiri mereka. Sang Penari pun tenggelam dalam cinta anak manusia. Kegelisahannya terjawab oleh waktu.

"Wah, nikmat sekali seandainya kehidupan berjalan seperti ini. Saling mengerti, memahami, dan menghargai."

"Benar cantikku. Keren."

Nikmati saja selagi masih ada waktu.

Sang Penari mengangguk sambil menyibakkan sampur.

"Aku selalu merindumu," desah sang Penari.

Glek!

********

Tahukah wahai sahabat! Apa yang tersirat?

Jika kehidupan alam raya ini selaras dengan tatanan kehidupan, maka hanya satu kata "indah."

Hujan, Bulan, Bintang, dan seluruh ciptaan Tuhan saling melengkapi. Akan tertawa terbahak-bahak. Merenda hari penuh ceria. Hujan badai, banjir bandang pun tak mau mengusik kehidupan anak manusia. Duh, nikmatnya.

Salam cinta

Kota Santri,

19,07,21

#mediaguruindonesia

#pasmakreatif

Salam ee

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap dan keren luar biasa. Kedamaian dan kenyamanan hidup akan tercipta jika ada keseimbangan. Salam bahagia selalu, Bunsay.

19 Jul
Balas

Perumpamaan yg sgt elegan,,, keren, anggun... Ntah apa lagi Bund,, keren pokoknya mah... Salam sukses

19 Jul
Balas

Mantap...diksi personifikasi dari bulan dan alam dalam bercengkrama tentang harmonisasi dalam kehidupan manusia..apik bu

20 Jul
Balas

Nggak tahu bilang apa Bu Murni. Pokoknya...kerenlah perumpamaanya. Semoga segalanya kembali menebar damai di semua penjuru. Idul Adha menjadi harapan pengampunan Tuhan kepada kita. Selamat Idul Adha, mohon maaf lahir dan batin. Sehat bahagia selalu. Aamiin ya Robbal aalamiin

19 Jul
Balas

Mantap bunda Murni Asih. Sangat sepakat. Keseimbangan Allah diciptakan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan. Bahkan kalau alam semesta ini tidak ada keseimbangan, yang ada adalah kehancuran. Salah satu unsur terpenting dalam kehidupan dan sistem tata surya kita adalah keseimbangan. Tanpa adanya keseimbangan, sistem kehidupan dan tata surya akan hancur. Allah telah mengukur dan menciptakan alam semesta ini dengan tepat dan seimbang. ''.... Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?'' (QS Al-Mulk [67]: 3).

19 Jul
Balas



search

New Post