Mursalim Nawawi, S. Pd. M.Pd

Mursalim Nawawi. S.Pd., M.Pd di lahirkan di Sidenreng Rappang 05 Oktober 1976, Bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan pada UPT SMA PPM RAHMA...

Selengkapnya
Navigasi Web
BELAJAR KEIMANAN DARI PAK SOMAD SI PENJUAL SIOMAY(T783, T.28)
Masya Allah di balik sibuknya menjual siomay, ia tak pernah lupa kewajibannya Pada Sang Penciptanya

BELAJAR KEIMANAN DARI PAK SOMAD SI PENJUAL SIOMAY(T783, T.28)

Saat azan salat isya berkumandang, penulis bergegas mempersiapkan diri untuk ikut berjamaah di mesjid kompleks seperti kebiasaan harian penulis selama ini.

Menunaikan shalat fardu dengan sholat berjamaah ini sudah menjadi komitmen penulis, mengingat pahala sholat berjamaah di masjid lebih banyak 27° bila dibandingkan hanya sholat sendiri-sendiri.

Jarak rumah dengan masjid yang tak terlalu jauh kira-kira sekitar 300 meter, membuat penulis kadang mengunakan sepeda atau motor. Kali ini penulis memakai motor agar lebih cepat sampai.

Memasuki pintu gerbang masjid deretan kendaraan jamaah berderet rapi walau tanpa tukang parkir. Mata penulis tertuju pada sebuah motor yang lampunya menyala, dan bagian kiri kanannya yang ada kotak yang sepertinya membawa makanan, terbaca di salah satu sisinya tertulis siomay panas.

Terlihat pancinya mengeluarkan uap panas dan aroma pentolan pun menyeruak tapi penjual tak ada. Penulis pun bertanya-tanya dalam Hati melihat hal ini, kemana penjualnya yah?

Lalu langkah ku lanjut memasuki pintu mesjid, terlihat seorang bapak yang menggunakan tas kecil dan handuk leher menggunakan topi mulai mengganti pakaiannya dengan kopiah dan sajadah kecil keluar dari tas yang ia bawa. Pikirku sejenak, mungkin itu penjual siomai yang ada di parkiran masjid.

tak lama kemudian, iqamah pun di kumandangkan muadzin, hingga jamaah mulai merapatkan diri untuk pelaksanaan jamaah salat Isya.

Sang imam pun mulai melaksanakan rakaat Per rakaat hingga selesai sholat jamaah nya, akupun kembali mengamati bapak yang tadinya aku sangka penjual siomai yang motornya terparkir diluar.

Ia nampak berzikir, dan berdoa lalu dilanjutkan sholat sunnat Isya dua rakaat. Hal yang samapun kulakukan. Setelah selesai ia lalu mengganti pakaian salatnya dengan pakaian yang tadinya di tanggalkan, lengkap handuk dileher dan topi bundarnya.

Saat akan sampai ke motor yang diparkir diluar, benar feeling ku tadi, ternyata ia penjual siomay yang diluar tadi. Akupun mendekati sambil memesan siomay, maklum dikantong ada uang Rp. 50.000 terselip.

"Bapak yang jual siomay? " Tanyaku memulai percakapan.

"Ia pak, mau pesan berapa? Jawabnya, sambil bertanya berapa tusuk siomay yang akan aku pesan.

" Rp. 20.000 pak, nama bapak siapa?", jawabku sambil merogoh kembali uang di kantong, sambil bertanya nama si bapak siomay

"Saya bang somad pak, Saya penjual siomay keliling yang sering jualan di dua desa sini", jelasnya sambil menyebutkan nama

"Oh, pak somad yah, apa memang bapak sering masuk masjid saat berjualan? Tanyaku lagi pada pak somad yang lagi sibuk meracik siomay pesananku lengkap dengan bumbu kacang pedas yang dimasukkan kedalam kantong plastik.

"Ia pak, selama jualan siomay, tiap mendengar azan saya langsung berhenti dan mencari mesjid terdekat untuk salat sejenak, setelah itu baru lanjut jualan, dan itu saya lakukan karena ini sebuah kewajiban seorang muslim melaksanakan salat, dan bila salatnya mau pahala tinggi, maka salat bermasalah di mesjid" Terang pak somad yang masih sibuk menusuk siomay dari panci besarnya untuk disatukan dalam satu tusukan.

"Masya Allah pak", pujiku pada pemahaman pak somad yang melebihi orang-orang lain yang sudah mendengarkan azan, dekat dari masjid, mendengarkan iqamah tapi tak memenuhi panggilan Allah.

"Iya pak, sebagai umat islam kita harus meramaikan mesjid sebagai rumah Allah, apalagi shalat berjamaah, pahalanya sangat besar bila dibandingkan shalat sendiri-sendiri, selama masih sehat, insha Allah saya akan berkomitmen melaksanakan sholat fardu berjamaah sebagai kewajiban shalat yang harus kita kerjakan" Terangnya lebih meyakinkanku

Tak lama menunggu siomai pesananku sudah dikemas, lalu uang yang kupegang kuserahkan ke pak somad "ini ongkos nya pak" Ucapku memberikan selembar uang biru yang sedari tadi kupegang

Ini banyak sekali, ada uang Rp. 20.000,nya pak" Ucapnya karena tak memiliki uang kembalian yang cukup.

"Oh tak ada pak, biarlah uang kembaliannya milik bapak, karena saya salut dengan perjuangan bapak, sibuk mencari uang untuk keluarga dengan jualan siomay tapi selalu taat menjalankan ibadah sholatnya dan mengutamakan sholat jamaah dan selalu di mesjid lagi" Ucapku sambil menepuk punggung kekar pak somad.

"Terima kasih pak, kalau begitu saya pamit berangkat jualan pak, sekali lagi makasih pak", iapun lalu memasukkan uang Rp. 50.000 itu ke tas pinggangnya, lalu meminta izin meninggalkan tempat itu untuk menjajakan siomaynya.

"Semoga jualan mu hari ini laris manis pak Somad" Ucapku pilu melihat kepergian sepeda siomainya. Ternyata pak Somad yang tiap hari berjualan siomai untuk hidup keluarganya selalu menjalankan kewajiban utamanya sebagai seorang muslim yang taat, menunaikan shalat fardu dengan berjamaah di mesjid, tanpa harus menunda atau meninggalkan kewajiban sholatnya pada Allah SWT.

Demikian cerita singkat ini, sesuai dengan apa yang penulis alami, semoga bermanfaat

Salam perubahan, #MNGBC

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ceritanya Pak Nawawi, sukses selalu

28 Jan
Balas

Cerita yang inspirstif...sehat selalu Pak

28 Jan
Balas



search

New Post