DILEMA PENULISAN RAPOR, SEMUA HARUS TUNTAS(T.1469)
Ditulis oleh MNGBC
Dalam dunia pendidikan, penulisan rapor merupakan salah satu momen penting yang menentukan hasil belajar siswa selama satu semester. Namun, tidak jarang guru menghadapi dilema yang sulit ketika nilai siswa harus "disesuaikan" atas permintaan atasan demi memenuhi target tertentu, seperti persentase kelulusan atau laporan prestasi sekolah yang sempurna.
Fenomena Dongkrak Nilai
Praktik menaikkan nilai siswa yang sebenarnya kurang memenuhi kriteria sering terjadi dengan alasan administratif. Guru sering kali diminta untuk memastikan tidak ada siswa yang "tinggal kelas" atau mendapatkan nilai terlalu rendah, meskipun hasil evaluasi objektif menunjukkan sebaliknya. Dalam beberapa kasus, hal ini dianggap sebagai bentuk kepedulian terhadap siswa agar tidak merasa terpuruk, tetapi pada kenyataannya, hal ini justru menimbulkan dilema moral dan etika bagi para pendidik.
Dampak pada Guru
Guru yang diharapkan menjadi garda terdepan dalam menjaga integritas pendidikan sering kali terjepit di antara idealisme dan tuntutan administratif. Mereka merasa sulit untuk menolak permintaan atasan yang menginginkan "hasil sempurna," tetapi di sisi lain, tindakan ini melukai hati nurani mereka sebagai pendidik. Nilai yang diberikan bukan lagi cerminan kompetensi siswa, melainkan angka yang diatur demi memenuhi kepentingan tertentu.
Dampak pada Siswa
Siswa yang nilainya "dibantu" tanpa upaya nyata akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari kegagalan. Mereka mungkin merasa nyaman dengan keadaan ini, tetapi hal tersebut justru menurunkan motivasi belajar dan menghambat pengembangan karakter seperti tanggung jawab, disiplin, dan kejujuran. Dalam jangka panjang, siswa yang terbiasa "dibantu" akan kesulitan menghadapi tantangan dunia nyata, di mana kompetensi dan kemampuan harus dibuktikan.
Menghadapi Dilema
Untuk mengatasi dilema ini, dibutuhkan keberanian dari semua pihak, baik guru maupun pemangku kebijakan sekolah. Beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Mengutamakan Transparansi
Penting untuk menciptakan budaya diskusi terbuka antara guru dan atasan terkait hasil belajar siswa. Jika ada siswa yang nilainya kurang, fokuskan pada solusi untuk membantu mereka meningkatkan kemampuan, bukan sekadar memperbaiki angka.
2. Menyediakan Program Remedial yang Efektif
Daripada memanipulasi nilai, sekolah bisa menyediakan program remedial yang dirancang khusus untuk membantu siswa memperbaiki pemahaman dan keterampilan.
3. Menanamkan Nilai Kejujuran
Baik guru, siswa, maupun pimpinan sekolah harus menyadari bahwa nilai rapor adalah cerminan proses belajar yang sesungguhnya. Kejujuran dalam pelaporan hasil belajar akan memberikan dampak jangka panjang yang positif bagi siswa dan reputasi sekolah.
4. Mendorong Perubahan Kebijakan
Pemangku kebijakan di tingkat yang lebih tinggi perlu menyadari tekanan yang dialami guru akibat target administratif yang kurang realistis. Sistem penilaian harus dirancang untuk mendukung pengembangan siswa, bukan sekadar angka-angka.
Kesimpulan
Dilema penulisan rapor adalah refleksi dari tantangan sistem pendidikan kita saat ini. Penting bagi semua pihak untuk bersama-sama menjaga integritas dalam pendidikan. Guru tidak boleh dibiarkan menghadapi tekanan ini sendirian, dan siswa harus diberikan kesempatan untuk belajar dari hasil yang objektif. Pada akhirnya, pendidikan bukan hanya soal angka, tetapi pembentukan karakter dan kompetensi yang akan membekali siswa dalam kehidupan nyata.
Demikian yang bisa di tuliskan, semoga bermanfaat.
Salam kemajuan pendidikan, #MN_GBC
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sangat benar.... inilah kompetensi KARBITAN. Kalau dibiarkan bersaingan dalam pasar tenaga kerja akan kesulitan. Sebenarnya lebih baik matang di sekolah tetapi dipasar tenaga kerja kompetitif. JANGAN SAMPAI KELULUSAN 100% TETAPI YANG DITERIMA DI DUNIA KERJA HANYA 40%. Lebih baik LULUS 80% TETAPI DITERIMA DI DUNIA KERJA 100 PERSEN. SELAMAT BERJUANG Bp.