Mursalim Nawawi, S. Pd. M.Pd

Mursalim Nawawi. S.Pd., M.Pd di lahirkan di Sidenreng Rappang 05 Oktober 1976, Bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan pada UPT SMA PPM RAHMA...

Selengkapnya
Navigasi Web
LEBIH BAIK MUNDUR DARIPADA MALU, HIKMAH DI BALIK MUNDURNYA GUS MIFTAH(T.1461)

LEBIH BAIK MUNDUR DARIPADA MALU, HIKMAH DI BALIK MUNDURNYA GUS MIFTAH(T.1461)

Ditulis oleh MNGBC

Keputusan Gus Miftah untuk mundur dari posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden menarik perhatian publik, bukan hanya karena jabatan tersebut penting, tetapi juga karena alasan yang ia sampaikan. Dalam sebuah wawancara, Gus Miftah menyebutkan bahwa jabatan hanyalah titipan dan sarana untuk berbuat kebaikan.

Menurutnya, pengabdian tidak harus dilakukan melalui posisi formal, tetapi bisa diwujudkan dalam banyak bentuk lain. Sikap ini mencerminkan filosofi mendalam bahwa keberanian mundur bisa menjadi jalan menjaga martabat

Proses Penuh Kebijaksanaan

Keputusan ini tidak diambil dengan gegabah. Gus Miftah melakukan shalat istikharah untuk memohon petunjuk dari Allah SWT, menunjukkan bagaimana spiritualitas menjadi dasar setiap tindakannya. Mundur setelah mendapat jawaban melalui doa adalah wujud dari kesadaran bahwa setiap langkah hidup harus sesuai dengan kehendak Ilahi

Menghindari Malu, Memelihara Kehormatan

Langkah Gus Miftah juga dapat dipandang sebagai bentuk kesatria: lebih baik mundur dengan terhormat daripada bertahan dalam situasi yang berpotensi menimbulkan masalah atau mengurangi efektivitas peran. Dalam budaya Timur, mundur sering kali dianggap sebagai kelemahan, tetapi Gus Miftah menunjukkan sebaliknya. Mundur adalah bagian dari menjaga integritas dan fokus pada kontribusi nyata bagi masyarakat.

Inspirasi dari Keputusan Gus Miftah

Keputusan ini memberikan tiga pelajaran utama:

1. Jabatan Bukan Segalanya:

Pengabdian tidak harus melalui posisi tertentu. Integritas seseorang tidak ditentukan oleh jabatan, tetapi oleh karya dan dampaknya.

2. Doa Sebagai Panduan:

Dalam mengambil keputusan besar, mendekatkan diri kepada Tuhan adalah langkah terbaik untuk memastikan jalan yang diambil benar.

3. Keberanian untuk Mundur:

Terkadang, menjaga martabat lebih sulit daripada mempertahankan posisi. Keberanian ini mencerminkan jiwa besar dan tanggung jawab moral

Mundurnya Gus Miftah menunjukkan bahwa martabat seseorang tidak ditentukan oleh status atau jabatan, melainkan oleh kebijaksanaan dalam bertindak dan keberanian mengambil keputusan yang benar, bahkan jika itu sulit. Keputusan ini menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk selalu menempatkan prinsip di atas ambisi.

Demikian yang dapat dituliskan, semoga bermanfaat

Salam perdamaian, #MN_GBC

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap refleksinya.....

07 Dec
Balas



search

New Post