Mursalim Nawawi, S. Pd. M.Pd

Mursalim Nawawi. S.Pd., M.Pd di lahirkan di Sidenreng Rappang 05 Oktober 1976, Bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan pada UPT SMA PPM RAHMA...

Selengkapnya
Navigasi Web
NISAN DENGAN TANGGAL KEMATIAN BESOK (T.1509)

NISAN DENGAN TANGGAL KEMATIAN BESOK (T.1509)

Sebuah Cerpen Horor/Misteri

Karya Mursalim Nawawi

Malam itu, hujan turun deras membasahi desa Tamanrejo, disertai angin kencang yang membuat pepohonan berderak-derak. Arman, seorang pekerja tambang yang baru kembali dari kota, memutuskan untuk bermalam di rumah tua milik keluarganya. Rumah itu sudah lama kosong sejak ayahnya meninggal, tetapi ia merasa tak ada pilihan lain mengingat kondisi cuaca yang buruk.

Setelah membersihkan beberapa bagian rumah, Arman duduk di ruang tamu, memandangi foto keluarganya yang berdebu. Ia mencoba menghangatkan diri dengan secangkir teh, namun pikirannya terganggu oleh suara gemerisik dari halaman belakang.

“Mungkin hanya ranting jatuh,” pikirnya, mencoba mengabaikan suara itu. Tapi suara itu terus berulang, seolah-olah ada seseorang yang berjalan di luar.

Dengan perasaan gelisah, ia mengambil senter dan keluar melalui pintu belakang. Angin dingin menerpa wajahnya saat ia melangkah menuju kebun kecil di belakang rumah. Di sana, di tengah kebun, berdiri nisan tua yang sudah berlumut, sesuatu yang selalu dianggap biasa karena keluarganya memiliki makam kecil pribadi. Namun malam itu, nisan itu tampak berbeda.

Tanggal yang Mengusik

Arman mengarahkan senternya ke nisan itu dan membaca nama yang terukir di sana: Arman Satria. Tubuhnya membeku seketika.

Di bawah namanya, tertulis tanggal lahirnya dengan benar. Namun, yang membuatnya gemetar adalah tanggal kematian yang terukir jelas: Besok, 23 Januari 2025.

“Ini lelucon siapa?” gumamnya, berusaha menenangkan diri. Ia mencoba menghapus ukiran itu dengan tangannya, tetapi tidak berhasil. Batu itu terasa dingin, seolah-olah menghisap kehangatan dari tubuhnya.

Suasana malam semakin sunyi, dan tiba-tiba suara langkah terdengar di belakangnya. Arman memutar tubuhnya cepat, namun tidak ada siapa pun di sana. Angin berembus kencang, membawa bisikan samar yang terdengar seperti namanya.

“Armaaan...”

Pertemuan dengan Orang Misterius

Kembali ke dalam rumah, Arman mencoba berpikir jernih. Mungkin ini hanya tipuan yang dibuat seseorang untuk menakutinya. Ia memutuskan untuk bermalam di dalam rumah sambil berencana menggali lebih dalam tentang nisan itu keesokan harinya.

Namun, pukul dua dini hari, ketukan keras terdengar dari pintu depan.

“Siapa di luar malam-malam begini?” tanyanya dengan suara gemetar.

Tidak ada jawaban. Dengan ragu, ia membuka pintu, dan di sana berdiri seorang pria tua dengan wajah pucat. Pria itu mengenakan pakaian lusuh, dan matanya kosong, seperti menatap jauh ke dunia lain.

“Kamu harus pergi sekarang,” kata pria itu dingin.

“Pergi? Apa maksud Anda?”

“Nisan itu bukan lelucon. Jika kamu tidak pergi sebelum matahari terbit, mereka akan datang untukmu.”

Pria itu menghilang begitu saja setelah mengucapkan kalimat itu, meninggalkan Arman dalam kebingungan dan ketakutan.

Kejadian Aneh Semakin Menjadi

Arman mencoba tidur, tetapi setiap kali ia memejamkan mata, ia mendengar suara-suara aneh di sekelilingnya: bisikan, langkah kaki, bahkan suara tawa kecil yang menggema di dalam rumah.

Ketika ia membuka matanya, ia melihat bayangan-bayangan bergerak di sudut ruangan, seperti sosok-sosok gelap yang mengintainya. Salah satu bayangan itu mendekat, menampakkan wajahnya yang menyerupai dirinya sendiri, tetapi dengan mata merah menyala.

“Waktumu hampir habis,” bisik sosok itu.

Kepanikan dan Pengungkapan

Saat fajar hampir tiba, Arman tidak tahan lagi. Ia memutuskan untuk pergi ke desa dan bertanya kepada tetua yang mungkin mengetahui asal-usul nisan itu. Ia menemui Pak Surya, tetua desa yang dikenal sebagai penjaga makam keluarga.

Pak Surya mendengarkan cerita Arman dengan wajah serius. Setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang.

“Arman, itu adalah nisan kutukan. Ada dosa besar dalam keluargamu yang harus ditebus, dan setiap generasi akan ada satu anggota keluarga yang diambil oleh mereka.”

“Siapa mereka?” tanya Arman.

“Mereka yang mati tidak tenang, karena tanah keluarga ini pernah menjadi tempat pembantaian. Arwah mereka mengutuk keturunan keluargamu untuk membayar dosa leluhurmu.”

Arman merasa dunia berputar. Ia tidak pernah mendengar cerita ini sebelumnya.

Akhir yang Tak Terhindarkan

Meski Pak Surya menyuruhnya pergi jauh dari desa, Arman tahu bahwa kutukan itu akan mengikutinya ke mana pun ia pergi. Ia kembali ke rumah, mencoba menemukan cara untuk melawan kutukan itu.

Namun, saat matahari terbit, suara ketukan keras terdengar lagi, kali ini dari dalam lemari tua di kamar tidur. Dengan tangan gemetar, ia membuka lemari itu.

Di dalamnya, ia menemukan dirinya sendiri tubuhnya yang pucat dan dingin, dengan mata yang terbuka lebar. Sosok itu tersenyum lebar dan berbisik:

“Selamat datang di akhir waktumu.”

Pagi itu, penduduk desa menemukan rumah keluarga Arman kosong, dengan pintu terbuka lebar. Di kebun belakang, nisan itu kini memiliki tanggal kematian yang terukir dengan jelas: 23 Januari 2025. Tidak ada jejak Arman sama sekali, seolah-olah ia lenyap tanpa bekas.

Dan malam berikutnya, nisan baru muncul di kebun itu, menunggu korban selanjutnya.

Demikian yang bisa di ceritakan, semoga menegangkan

Salam pemberani #MN_GBC

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post