SEBUAH CERPEN KEREN 'MASJID TANPA PEMUDA'(T1472)
Karya MN-GBC
Di sebuah desa kecil yang terletak di lembah hijau, berdiri sebuah masjid megah bernama Masjid Al-Falah. Bangunannya menawan, dengan kubah emas yang berkilauan di bawah matahari, serta halaman luas yang dipenuhi taman bunga yang dirawat dengan baik. Dari kejauhan, masjid itu seperti berlian di tengah desa. Namun, ada satu kejanggalan yang menyelimuti keindahannya: masjid itu nyaris kosong.
Setiap waktu salat, hanya segelintir jamaah yang hadir. Itu pun kebanyakan adalah orang-orang tua, dengan langkah tertatih dan punggung membungkuk. Imam masjid, Pak Salim, seringkali melirik shaf-shaf yang kosong dengan hati yang pilu. "Kemana pemuda kampung ini?" gumamnya suatu hari setelah salat Zuhur.
Pak Salim mencoba mengingat kembali masa-masa lalu. Dahulu, ketika masjid ini baru dibangun, pemuda desa selalu memadati shaf depan. Mereka aktif dalam kegiatan masjid, mengadakan pengajian, dan membersihkan lingkungan.
Namun, seiring berjalannya waktu, semuanya berubah. Pemuda desa mulai sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing. Ada yang merantau ke kota, ada pula yang lebih senang menghabiskan waktu di warung kopi, bermain gim di ponsel, atau bersosialisasi di media sosial.
Pak Salim memutuskan untuk bertindak. Suatu sore, ia mengunjungi warung kopi tempat para pemuda sering berkumpul. Dengan senyum ramah, ia berkata, "Anak-anak, mengapa kalian tak pernah datang ke masjid lagi?"
Seorang pemuda bernama Dani, dengan nada bercanda, menjawab, "Pak, masjid itu kan untuk orang tua. Kita masih muda, masih panjang waktunya buat ke masjid."
Pak Salim tersenyum, meski hatinya pedih mendengar jawaban itu. "Nak, masjid bukan hanya tempat untuk orang tua. Masjid itu untuk semua. Kalau kalian berpikir waktu masih panjang, bagaimana jika Allah punya rencana lain?"
Kata-kata itu membuat suasana hening sejenak. Namun, seperti angin berlalu, percakapan itu berakhir tanpa hasil. Pak Salim tahu, mengubah kebiasaan tidaklah mudah.
Hari Jumat berikutnya, Pak Salim memutuskan untuk menyampaikan khotbah yang menggugah hati. Ia berbicara tentang pentingnya pemuda dalam membangun agama dan bangsa. Ia mengutip sabda Nabi, "Pemuda yang hatinya terpaut pada masjid akan mendapat naungan di hari kiamat." Khotbah itu menggetarkan hati sebagian jamaah, termasuk Dani yang kebetulan hadir karena didorong ayahnya.
Malamnya, Dani tak bisa tidur. Kata-kata Pak Salim terus terngiang di benaknya. Keesokan harinya, ia memutuskan untuk mengajak teman-temannya menghidupkan kembali masjid. Awalnya, hanya beberapa pemuda yang datang, tapi perlahan jumlahnya bertambah. Mereka mulai aktif mengadakan kegiatan, seperti olahraga, kajian, hingga lomba adzan.
Masjid Al-Falah pun kembali hidup. Shaf-shaf yang kosong mulai terisi, bukan hanya oleh orang tua, tapi juga oleh para pemuda. Pak Salim, dengan air mata bahagia, berbisik dalam doa, "Ya Allah, terima kasih telah mengembalikan semangat pemuda-pemuda ini."
Desa itu kembali bersinar, tak hanya karena keindahan masjidnya, tapi juga karena masjid itu kini menjadi tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda yang penuh semangat.
Semoga bermanfaat ceritanya
Sidenreng Rappang, 18 Desember 2024
#MNGBC
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar