Mursalim Nawawi, S. Pd. M.Pd

Mursalim Nawawi. S.Pd., M.Pd di lahirkan di Sidenreng Rappang 05 Oktober 1976, Bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan pada UPT SMA PPM RAHMA...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEBUAH CERPEN ROMANTIS 'RINDU YANG TERTAHAN'(T1437)

SEBUAH CERPEN ROMANTIS 'RINDU YANG TERTAHAN'(T1437)

Karya MN-GBC,

Rindu itu seperti ombak. Ia datang tanpa permisi, menggulung hati yang rapuh, membawa kenangan yang tak pernah ingin kulupa. Dan malam ini, rindu itu terasa lebih kuat.

Aku duduk di sisi ranjang, memandangi foto lama yang kini menjadi satu-satunya jejak dirinya. Bayu. Pria yang selalu membuatku merasa istimewa, kini hanya tinggal kenangan.

"Maaf, aku harus pergi," katanya waktu itu, dengan suara yang bergetar.

Aku menatap matanya, mencari kepastian di balik kalimat itu. Tapi tak kutemukan apa-apa, selain kebingungan dan rasa bersalah.

"Apa kita tidak bisa memperjuangkan ini bersama?" tanyaku.

Bayu menggeleng pelan, "Ada hal yang harus ku selesaikan, Ana. Aku tak bisa membawamu ke dalam masalah ini. Percayalah, ini untuk kebaikan kita."

Dan begitu saja, ia pergi. Meninggalkan aku dengan ribuan pertanyaan yang tak pernah terjawab.

Hari-hari setelah kepergiannya adalah perjuangan melawan sepi. Aku mencoba mengisi waktu dengan pekerjaan, bertemu teman, bahkan mencoba membaca buku-buku yang dulu kami sukai bersama. Tapi semuanya terasa hampa.

Aku menahan diri untuk tidak menghubunginya, meski setiap malam, jariku selalu berhenti di nomor teleponnya. Aku takut, bukan karena aku tidak mencintainya, tapi karena aku tidak tahu apakah dia masih mencintaiku.

Waktu berlalu, tapi rinduku tak pernah pudar. Setiap tempat yang pernah kami kunjungi bersama terasa seperti lorong kenangan yang tak berujung. Aku ingin melupakannya, tapi aku tahu, itu mustahil.

Suatu malam, saat hujan turun dengan deras, aku mendengar suara ketukan di pintu. Hatiku berdebar, berharap itu dia. Dan benar saja, Bayu berdiri di depan pintu, basah kuyup, dengan mata yang terlihat lelah.

“Ana,” suaranya serak, “aku kembali.”

Aku ingin marah, ingin menanyakan semua alasan yang membuatnya pergi. Tapi air mataku justru lebih dulu jatuh.

“Kamu tahu, Bayu?” kataku sambil terisak. “Setiap hari aku menahan rindu yang seharusnya tidak pernah ada, jika kamu tetap di sini.”

Bayu menghela napas panjang, lalu memelukku erat. “Maafkan aku. Aku pergi untuk memperbaiki diriku, untuk memastikan bahwa aku bisa menjadi seseorang yang pantas untukmu. Dan sekarang, aku ingin kita memulai lagi.”

Malam itu, rindu yang selama ini ku tahan akhirnya tumpah. Aku tahu, luka itu akan sembuh perlahan. Karena meski ia sempat pergi, akhirnya ia kembali, untuk menetap di hatiku selamanya.

-Tamat-

Makassar, 14-11-2024

Semoga cerpennya bermanfaat

Salam MNGBC

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post