Hari menulis ke-173 (859)

#TantanganGurusiana

.

Pecah Telur

(Pentigraf)

Oleh: Mursyidah

.

Setiap akan bepergian, Amaiku (Emakku) selalu berpesan, agar berhati-hati dalam perjalanan. Konsep 'berhati-hati' menurut beliau, termasuk membawa bekal berupa makanan atau uang secukupnya. Kata beliau, kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya nanti. Sebagaimana pepatah Minang, "Mujua sapanjang hari, malang sakijok mato (Mujur sepanjang hari, malang sekejap mata)".

Menurutku, nasihat Amai itu banyak benar dan untungnya. Kalau tidak membawa bekal ataupun uang, aku sering merasa khawatir. Entah itu haus dan lapar di jalan, atau terjadi musibah yang tidak disangka-sangka, seperti tersenggol telur dagangan orang sehingga pecah. Tentu diperlukan uang sebagai biaya penggantinya.

Karena aku pernah melakukan kesalahan, tersebab menganggap enteng nasihat Amai, aku benar-benar tersenggol sekeranjang telur asin yang dijajakan Cik Uniang (panggilan kakak khas Pariaman) di terminal Aur Kuning, Bukittinggi. Sialnya, aku tidak membawa uang tunai ketika itu. Biayanya memang tidak seberapa, karena telur yang pecah cuma 3 butir. Tetapi, ucapan si Uniang yang membuat aku malu, plus bingung. "Ndak baa doh, Ni. Ambo alah pacah talua tadinyo" (Tidak apa-apa, Uni. Saya sudah pecah telur/pelaris tadinya).

Pincuran Tujuah, 22062022