Cerita Anak

*

Polisi Tidur

*

Azri dan Izra adalah si kembar beda kelamin yang kini duduk di kelas IV Sekolah Dasar. Keduanya termasuk murid yang pandai; pandai dalam pelajaran, dan pandai dalam berteman. Bedanya Azri di kelas IV.A sedangkan Izra di kelas IV.B. Namun ketika jam istirahat mereka selalu bersama untuk menikmati bekal yang dibawanya dari rumah, bersama teman-temannya.

Selesai makan siang di ruang makan sederhana yang disediakan sekolah, si kembar Azri dan Izra berbagi cerita dengan teman-temannya. Ada yang bercerita tentang pengalamannya, dan ada pula yang bercerita dari buku cerita yang merek pinjam dari perpustakaan sekolah. Pokoknya mereka seru-seruan berbagi cerita setiap selesai makan siang di sekolahan.

Jam sudah menunjukkan pukul 13.25, berarti 5 menit lagi adalah waktunya kelas Azri dan Izra bubar. Ayahnya sudah menunggu di depan gerbang bersama para penjemput murid lainnya. Sambil menunggu si kembar keluar, Pak Irfan ayah si kembar mengobrol dengan pedagang sate padang yang sering nongkrong disitu. Pedagang sate itu mengeluh karena jalan menuju ke sekolahan terlalu banyak tanggul, sehingga dia kesulitan mendorong gerobak satenya. Pak Irfan merasa prihatin dengan cerita pedagang sate itu. Dia berjanji akan menyampaikan keluhan pedagang itu kepada pihak terkait.

Bel tanda pulang berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Tak terkecuali Azri dan Izra. Hanya saja mereka terlihat agak santai karena mereka yakin ayahnya sudah menunggu di depan gerbang. Sampai di depan gerbang Azri dan Izra langsung melompat ke atas motor ayahnya, sehingga ayahnya kaget.

"Ayo, Yah, kita pulang, udah lapar nih", desak Azri. "Oke, tapi kita mampir dulu sebentar di kantor Kelurahan, ya?". "Memang ada apa di Kelurahan, Yah?", tanya Izra. "Ayah mau menemui Pak Lurah". "Tapi jalan kesana jelek Yah, banyak halang rintangnya". "Hahaha, memangnya arena latihan tentara, pakai halang rintang?". "Aduh!, tuh, kan?, baru saja Ara bilang jalannya jelek". "Hati-hati, Yah!, Ara takut jatuh", teriak Izra.

Sampai di depan kantor Lurah Pak Irfan menghentikan motornya. Kebetulan Pak Lurah sudah di luar ruangan hendak pulang. "Pak Lurah, minta waktu sebentar boleh?", mohon Pak Irfan. "Boleh, dengan senang hati Pak Irfan". "Begini, Pak Lurah, pedagang yang menggunakan gerobak mengeluh karena banyaknya polisi tidur di jalanan menuju ke sekolahan, sehingga mereka kesulitan mendorong gerobaknya", jelas Pak Irfan. "O, begitu, saya coba bincangkan nanti dalam rapat bulanan, ya Pak Irfan". "Baik, Pak Lurah, terimakasih. Saya permisi dulu". "Oke, mari, Pak.

" Yah, memang ada polisi tidur lagi bertugas?", tanya Azri setelah mendengar pembicaraan ayahnya dengan Pak Lurah barusan. "Ada, memang itu tugasnya", jawab Pak Irfan bercanda. "Wah, kalau begitu Azri mau jadi polisi yang bagian tidur aja kelak Yah", jawab Azri. "Hahaha, polisi tidur itu, tidurnya di tengah jalanan, dilindas oleh setiap kendaraan yang lewat", Canda Pak Irfan. "Hah!, apa polisinya tidak mati terlindas, Yah?", tanya Izra pula. "Kalau begitu Azri tidak mau lah, jadi polisi", jawab Azri kecewa. "Ah, kalian ini, mau aja dikibulin. Polisi tidur itu, ya, itu yang tadi kita lewati yang bikin kepalamu terantuk ke helm Ayah", jelas Pak Irfan. "Oh, tanggul jalan itu, ya, yang disebut polisi tidur?", timpal Izra. "Betul, betul, betul", jawab Pak Irfan meniru Upin Ipin.

"Besok Ara mau cerita tentang polisi tidur sama teman-teman di sekolahan lah", ucap Izra ketika mereka sampai di rumah. "Bagus itu!, biar teman-teman tau bahwa ada polisi yang kerjaannya tiduran aja seumur hidup", celetuk Azri. "Hahahaha".