Murtiningsih

Guru Pembimbing di SMK N 2 Magelang...

Selengkapnya
Navigasi Web

Keputusan

Keputusan

# Cerpen #

Seminggu sudah ayah meninggalkan kami, rumah masih diliputi kedukaan. Rumah menjadi tanpa cahaya, semua penghuni rumah mendadak menjadi pendiam dan bisu. Bagi kami ayah adalah segalanya, beliau adalah panutan dan teladan untuk kehidupanku dan Kak Rara. Sejak meninggalnya ayah seminggu yang lalu, rumah ini benar - benar ikut kehilangan nyawa dan gairahnya, seakan ayah membawanya pergi bersama jasadnya.

Sejak meninggalnya ayah, kulihat ibu sangat bersedih. Beliau nyaris tak pernah keluar kamar, kami sungguh memakluminya, karena semasa hidupnya ayah sangat mencintai ibu. Betapa kami suka iri melihat kemesraan mereka berdua, setiap hari ayah memanjakan ibu, dan memperlihatkan kemesraan kepada kami anak-anaknya. Kami berdua merasa beruntung dilahirkan dari ayah - ibu yang sempurna, keluarga kecil yang berkelimpahan harta dan harmonis hidupnya.

Ayahku semasa hidupnya adalah ayah yang super sibuk Sebagai seorang pejabat di pemerintahan menuntut ayah untuk banyak berhubungan dengan kolega dan relasinya, makanya untuk sarana komunikasi ayah tak pernah ketinggalan. Ayah selalu mengikuti perkembangan teknologi. Ayah selalu memiliki handphone yang canggih, kami tak pernah protes walau beliau sering berganti handphone dengan seri terbaru, Karena kami berpikir itu memang penting untuk menunjang karir ayah di kantor. Dan yang membuat kami tak pernah protes karena ayah juga pasti membelikan untuk kami berdua. Hanya ibu yang tak pernah mau handphonenya diganti, ibu selalu mengatakan akan selalu setia dengan handphone jadul pemberian ayah saat ulang tahun pernikahan yang ke sepuluh, bagi ibu kenangan hanphone itu tidak bisa digantikan. Menurun ibu ponsel yang di miliki walaupun jadul tapi yang terpenting masih bisa untuk komunikasi dengan ayah dan kami.

Ibu masih kelihatan berduka, aku dan Kak Ra sibuk untuk menghibur ibu. Segala cara kami tempuh untuk menggembalikan senyum ibu. Kadang kami masuk ke kamar ibu dan mengajak bercanda, namun ibu selalu menunduk dan larut dalam kesedihan, ibu jadi terlihat lebih tua dari usianya.

Pernah suatu sore sengaja aku membawa kejutan untuk ibu.

"Taraaaa... Coba tebak, Noni bawa apa, Bu?" sambil kuperlihatkan bungkusan ditanganku namun, ibu hanya melihat sekejap kemudian sibuk dengan hanphonenya ayah, padahal sore itu aku belikan martabak manis kesukaan beliau, sungguh kesedihanku semakib sempurna melihat ibu yang masih larut terus dalam duka.

Sebanarnya tidak tidak hanya aku yang sibuk memikirkan berbagai macam cara untuk menghibur ibu, Kak Ra juga tak pernah lelah menghibur ibu. Kak Ra selalu memastikan walau ibu tidak keluar kamar, namun semua keperluan makan dan minumnya tak pernah diabaikan. Kak Ra selalu ingin memanjakan ibu dengan makanan kesukaan beliau, itu salah satu usaha Kak Ra untuk menghibur ibu. Ibulah yang mengajari kami, putri - putrinya untuk bisa memasak. Walaupun zaman sekarang apa - apa bisa dibeli dengan mudah, namun sungguh aku ingat nasehat ibu suatu sore.

" Non, Ra, kalian itu anak perempuan, kalian harus bisa memasak agar kelak disayang keluarga, lihatlah ayahmu yg selalu lahap dengan masakan ibu, demiakian juga kamu. "

Kami selalu diajarkan berbagai menu masakan, hingga kami menjadi cekatan dan trampil di dapur.

Kerabat dan sanak saudara yang lain juga tak kalah usahanya untuk menghibur ibu. Setiap sore pulang kerja pasti Tante Nani, adik ibu yang paling kecil pasti menyempatkan diri untuk mampir ke rumah untuk menghibur ibu, walaupun ibu belum ada respon tapi Tante Nani tidak pernah putus asa. Bagaimanapun Tante Nani bisa memaklumi dan bisa merasakan bagaimana rasanya di tinggal pergi orang yang dicintai, Karena Tante Nani juga pernah mengalaminya.

Sore ini hujan deras mengguyur tempat tinggalku , dinginya menusuk tulang. Sungguh aku khawatir dengan ibu, karena seharian beliau tidak keluar kamar. Perlahan - lahan kuketuk pintu, tidak ada jawaban. Pelan kubuka pintu, ternyata ibu tidak menguncinya. Kulihat ibu kaget ketika melihatku datang, dan buru - buru menyembunyikan handphone milik ayah dibawah bantal, kulihat wajah ibu penuh ketegangan.

" Ada apa Non? Kau mengagetkan ibu, masuk tanpa mengetuk pintu.

" Maaf, Bu, tadi Noni sudah ketuk - ketuk pintu, namun ibu tidak mendengar, Noni khawatir dengan ibu."

"Ibu baik - baik saja Non, kau tidak usah cemas." Itu kata yang keluar dari bibir ibu. Perkataan ibu tidak pas dengan raut wajah yang sangat kelihatan tegang dan sedih. Sungguh aku menjadi penasaran, namun demi melihat wajah ibu, aku jadi tidak ingin bertanya lagi.

" Non, tolong tinggalkan ibu sendiri, ibu perlu menenangkan diri. Maafkan ibu ya, sayang, " ucap ibu sambil mengecup keningku. Kutinggalkan kamar ibu dengan sejuta tanya di hati.

Hari minggu yang cerah, aku dan Kak Ra sedang asik melihat acara televisi, saat itu tiba - tiba kami dikagetkan dengan suara kamar ibu yang terbuka, pagi ini ibu keluar kamar dan mengagetkan kami, ibu berdandan sangat cantik, lengkap dengan tas kesukaannya.

" Ra, siapkan mobil, antar ibu ke yuki foto, " Aku dan Kak Ra saling berpandangan penuh tanya, ketika kami dikejutkan dengan suara ibu, " Cepat Ra, antar ibu sekarang, kamu dengar permintaan Ibu?.

Kak Ra langsung melompat dari kursi meyambar kunci mobil diatas meja dan langsung menuju garasi, memgeluarkan Honda Jazz miliknya. Menghidupkan mesinya dengan tergesa - gesa, aku segera duduk di jok belakang, ibu sudah menunggu di pintu gerbang.

Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Ibu diam seribu bahasa, kami berdua tidak berani bertanya apapun. Perjalanan jadi semakin panjang, lampu merah terasa lebih lama dari biasanya. Perjalanan dalam kebisuan ternyata tidak mengenakan, banyak tanya dalam benak kami berdua, namun sungguh kami tidak punya keberanian untuk bertanya kepada ibu. Kulihat wajah ibu tegang, gusar dan tidak tenang, semakin kusadari ibu terlihat semakin tua sepeninggal ayah.

Setengah jam kemudian kami bertiga sampai di Yuki Foto. Yuki Foto adalah tempat untuk cuci cetak foto yang paling terkenal di kotaku. Ibu bergegas turun dan kami mengikutinya dari belakang, tampak ibu sibum mencari sesuatu dari dalam tasnya, kemudian ketemu yang ibu cari, ternyata handphone milik ayah. Kami berduan tidak sempat bertanya kepada ibu, tapi ibu sudah memanggil pelayan toko.

" Mbak, tolong cetak foto yang ada di galeri, dengan folder cintaku, ya. "

Dengan ramah mbak penjaga toko menjawab

" Siap Bu,"

Sambil menerima handphone dari tangan ibu.

" Dicetak semua bu? ". Mendengar pertanyaan Mbak pelayan toko, kulihat ibu sangat kaget dan tiba - tiba meminta kembali handphone milik ayah, lalu berkata pada penjaga Yuki Toko, " Maaf ya Mbak, ibu tidak jadi cetak foto. "

Kami berdua hanya bengong, ketika suara ibu membuyarkan semuanya, Rara, Noni, ayo kita pulang, " Sesampai di rumah, kak Ra memasukkan mobil ke garasi. Aku membututi langkah ibu. Handphone ayah yang sepanjang perjalanan dalam genggaman ibu, sekarang diletakkan begitu saja diatas meja makan. Tanpa berkata apapun ibu masuk kedalam kamar, mengunci pintu. Aku dan Kak Ra yang sangat penasaran dengan Handphone ayah langsung memgambilnya. Duduk di sofa ruang tengah, kami berdua langsung membukanya. " Cepat dik, buka galeri dengan folder cintaku, foto apa yang tadi akan di cetak ibu. "

Kami berdua sibuk mencari galeri dan dengan mudah menemukan folder " cintaku " dengan menahan nafas kami membuka folder tersebut. Foto - foto awal yang kami lihat memang semua foto ayah dan ibu yang penuh kemesraan, selanjutnya kami dibuat kaget, disitu tersimpan foto ayah dengan perempuan lain, dan yang jelas itu perempuan yang kami tidak mengenalnya.

Kami saling bertatapan, foto yang sangat mesra, kami lihat ayah memeluk pinggang perempuan itu dari belakang dan mereka tersenyum sangat bahagia. Ada lagi foto yang tak kalah mesra, foto dengan panorama laut di senja hari, ayah dengan mesra menggandeng tangan perempuan dengan kerudung berwarna merah jambu itu. Kami berdua salaing bertatapan dan tidak bisa percaya ayah mempunyai perempuan lain selain ibu.

Dengan menahan nafas kami berdua buka semua galeri foto milik ayah. Sungguh kami banyak menemukan foto - foto ayah bersama perempuan berwajah lembut itu. Kami yakin itu bukan teman biasa ayah, karena banyak sekali momen - monen mesra Merek berdua.

Kami semakin penasaran ingin tahu siapa perempuan yang telah membuat ayah jatuh cinta lagi, tiba - tiba ada perasaan sakit hadir dalam hati kami. Ayah telah berbagi hati, tak terasa butir - butir bening menyudut di mata kami berdua. Sungguh kami mengerti mengapa ibu dua minggu tidak pernah keluar kamar, pasti ibu teramat sakit karena ayah.

Kami buka semua aplikasi yang ada di handphone ayah. Sayangnya kami tak menemukan apapun selain foto - foto ayah dengan perempuan berwajah lembut itu. Tidak ada petunjuk apapun tentang perempuan itu. Semalaman kami berdua tidak bisa tidur. Wajah perempuan yang berfoto mesra dengan ayah benar - benar menganggu.

Pagi ini kami berdua sudah bertekad akan mencari tahu siapa perempuan itu, kami siap Membela ibu yang saat ini pasti hatinya sangat hamcur. Kami sibuk mencari strategi untuk mengungkap jati diri perempuan berwajah lembut itu. Tiba - tiba ibu masuk ke kamar kami, wajah ibu tidak terlihat sedih, ibu sudah terlihat cerah kembali, " Non, Ra, bolehkan ibu minta tolong? " Kami menjawab dengan kompak, " Minta tolong apa, Bu? " Sambil menahan nafas ibu berkata, " Tolong lupakan foto perempuan di gakeri ayahmu, hapus semuanya, dan jual handphone milik ayahmu itu. "

"Ibu ingin mengenang ayahmu dalam kemanisan dan kebahagiaan, tigapuluh tahun kami bersama ayahmu tidak pernah menyakiti ibu, ibu tidak mau berprasangka buruk terhadap ayahmu, Karena sekarang ayahmu telah tiada." Ibu yakin siapapun perepuan itu pasti dia juga perempuan baik Karena tidak pernah merebut ayah dari pelukan ibu, Ibu mengahargai ayahmu, seandainya dia istri kedua ayahmu. Kami berdua saling bersitatap , mencoba mengerti keputusan ibu. Sungguh ibu perempuan yang sangat hebat.

#mencoba buat cerpen #cintaterbaikku#cintatakpernahsalah#Mgl 5 Mei 2018 #

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post