Murtiningsih

Guru Pembimbing di SMK N 2 Magelang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Parameter Keberhasilan Sekolah: Siswa Lulus, Melanjutkan Sekolah, atau Bekerja

Parameter Keberhasilan Sekolah: Siswa Lulus, Melanjutkan Sekolah, atau Bekerja

Parameter Keberhasilan Sekolah: Siswa Lulus, Melanjutkan Sekolah, atau Bekerja

#Mengikat Makna#

Tulisan ini merupakan refleksi kita sebagai guru dan juga kepala sekolah jenjang pendidikan menengah yang telah menyampaikan pengumuman kelulusan siswanya pada tanggal 3 Mei 2018. Bagi sebagian siswa jenjang pendidikan menengah, pengumuman kelulusan adalah puncak pencapaian prestasi. Mereka merayakan kelulusan dengan meriah bukan karena 3 tahun sekali atau sekali selama menempuh pendidikan pada jenjang ini tetapi mereka menganggap kelulusan adalah segalanya. Aksi corat-coret, konvoi, atau kegiatan yang sejenis dilakukan para siswa yang telah dinyatakan lulus. Bagi sebagian siswa, kelulusan adalah hal yang biasa dan ditanggapi dengan ekspresi dingin karena mereka merasa bahagia jika dapat diterima pada perguruan tinggi yang diinginkan atau dapat bekerja sesuai dengan cita-citanya.

Pada pengumuman penerimaan mahasiswa melalui jalur SNMPTN, siswa kami diterima dalam jumlah yang cukup banyak untuk ukuran sekolah kejuruan. Apakah kami merasa bangga? Dalam konteks tertentu warga sekolah merasa bangga dapat mengantarkan siswa siswa mampu menembus di PTN. Dalam konteks amanah sekolah kejuruan tentu kami belum merasa puas karema parameter kami yang utama bukan sebagaimana pencapaian sekolah umum (SMA). Keberhasilan kami sebagai sekolah kejuruan diukur dari seberapa hebat kompetensi yang dapat kami berikan ke siswa dan dapat diterima di dunia kerja, dunia industri sebanyak banyaknya.

Dalam sistem pendidikan di negara maju, pencapaian parameter tersebut akan mudah dicapai karena sejak awal sudah dipersiapkan siswa yang akan kuliah atau yang ingin bekerja. Di Jerman misalnya, mereka.yang akan melanjutkannke perguruan tinggi sudah didesain sejak pendidikan menengah sehingga tidak ada siswa yang salah memilih sekolah.

Bagaimana dengan sistem sekolah Indonesia?Tidak semua siswa yang ingin bekerja sekolah di sekolah kejuruan. Sebaliknya, ada anak yang memiliki persyaratan akademik untuk bisa ke perguruan tinggi justru memilih SMK sebagai sekolah pilihannya untuk melanjutkan kenperguruan tinggi. Akibatnya, ada anak salah memilih sekolah sehingga bekerja tidak mampu dan melanjutkan kuliah juga sulit bersaing.

Bagaimana kita harus bersikap? Ini adalah tantangan guru dan kepala sekolah dalam membelajarkan siswanya. Ketika sistem sudah berjalan maka kita tidak boleh mengambil alasan karena sekolah kami sebagai sekolah umum input nya kurang baik maka lulus saja sudah cukup. Jadi bagi guru dan kepala sekokah SMA tidak boleh berbangga jika hanya 10 persen anaknya diterima di SNMPTN dan 10 persen melalui jalur lainnya sedangkan 80 persen siswa nya tidak diketahui nasibnya. Pun kita juga tidak bisa berbangga jika 80 persen siswanya (SMA) mampu bekerja di dunia industri. Hal yang sama berlaku bagi guru dan kepala sekokah SMK. Guru dan kepala sekolah SMA baru dapat berbangga dan pamer jika seluruh siswanya melanjutkan dan sebaliknya bagi guru dan kepala sekolah SMK.

Agar parameter keberhasilan sekolah dengan jenis yang berbeda dapat diwujudkan, maka dibutuhkan sinergi yang luar biasa. Guru mata pelajaran, guru pembimbing, kepala sekolah, pengawas, dan stakeholder lainnya harus bersinergi mewujufkan tujuan sekolah. Semua harus fokus pada tanggung jawabnya. Menurut suami saya kalau memberi briefing selalu mengingatkan jika perlu kita berikan waktu 30 jam sehari semalam untuk sekolah kita, tidak cukuo 24 jam jika hasilnya harus luar biasa.

Jika ingat kata kata ini terus pikiran kami protes. Kapan kami harus menulis, kapan kami mengurus rumah, kapan kami mengurus suami, kapan kami mengurus cetak buku, kapan kami mempromisikan buku yang sudah diedit dan dicetak dengan biaya sendiri?

Renungan untuk kegiatan pentas seni dan wisuda esok. Semoga bermanfaat.

#asiknyajadiguru#cintaterbaikku#cintatakpernahsalah#refleksidiri#Mgl,3mei2018#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semua memang membutuhkan kerjasama yang baik dan solid...njih bunda. Tamat Sarjana saja pun masih banyak yang "bingung" (baca:nganggur). Konon pula hanya SMA. Seperti yang bunda bilang semestinya untuk SMK harus bisa membuat lulusannya siap memasuki dunia kerja. Tetapi dunia kerja yang akan dimasuki juga mampukah menampung jumlah tamatan kita yang kian hari kian bertambah? Semoga selalu ada solusi jika kita mau berusaha dan tak lelah berdo'a. Salam sehat dan sukses selalu...bunda cantik. Barakallah.

22:44
Balas

Iya Bunda Raihana, smg Allah memanpukan kita dalam mengantar anak2 didik menggapai ridhoNya, baarakallah

05 May



search

New Post