Oleh : Musiyah, S. Pd. I

Siang itu, bunda punya janji sama Bu Intan sahabatnya waktu sekolah dulu. Mereka berdua memang sangat akrab. Sehingga tiap punya masalah selalu sharring agar mendapatkan solusi terbaik. Seperti saat itu, Bu Intan sangat galau dengan apa yang menimpanya.

Dengan mimik yang sedih, Bu Intan mulai bercerita. " Coba bayangkan Bun. Dia itu sahabat terdekatku, baik saat masih sekolah maupun sekarang saat kami sama-sama bekerja dengan profesi yang sama. Tapi tega-teganya dia bersikap seperti itu?" Katanya sambil berlinang airmata.

Sambil tersenyum bunda menjawab,"Minum dulu Bun, ambil nafas. Dan pelan2 ceritanya. Dia bersikap bagaimana sih?". Bu Ontan menjawab,"Dia itu tega memisahkan aku dengan sahabatku. Begini. Karena dia sahabatku, aku cerita kegalauan hatiku. Eh ternyata, apa yg kuceritakan ke dia, malah justru dia ceritakan ke sahabatku. Coba bayangkan sekarang sahabatku itu mulai menjauhiku??? Tega banget kan??? Dia itu sahabat tapi seperti kedondong. Halus diluarnya, dalamnya masya kedondong " Bunda akhire menjawab, "Bun. Sabar. Orang yang benar-benar menganggapmu sahabat tidak mungkin menerima begitu saja cerita dari oranglain. Bahkan dia gak akan percaya ketika mendengar cerita seperti itu. Justru sekarang jenengan sudah ditunjukkan sama Allah bagaimana sikap dan sifat orang yg jenengan anggap sebagai sahabat itu. Insyaallah Allah akan memberimu sahabat sejati entah kapan itu terjadi. Semangat ya Bun!" Bu Intan langsung memeluk bunda dan berkata, "Terimakasih ya nasehatnya, supportnya. Aku bahagia punya sahabat sebaik dirimu. Berteman tanpa pamrih".