Muslihah, S.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Di Bawah Rinai Hujan Dalam Perjalanan Pulang

Di Bawah Rinai Hujan Dalam Perjalanan Pulang

Karya Muslihah, S. Pd.

Guru SMP Negeri 4 Kota Cilegon

Dua pasang kaki bergegas menyusuri jalan

Bernaungkan mendung pertanda akan turun hujan

Dipancari temaram lampu jalanan

Ibu anak melangkah beriringan

Titik air mulai berjatuhan

Tanpa payung tanpa jas hujan

Beralas sandal jepit tangan bergandengan

Si gadis cilik senyum kegirangan

Titik-titik mutiara itu dimainkannya oleh tangan

Wajah menengadah dikecup mesra curahan langit

Tak menahu hati sang ibu berperang sengit

"Ayolah sedikit lebih cepat, Sayang.

Sekejap lagi badan kita akan kedinginan"

Seru sang ibu,

Berbalut baju warna ungu

Ia mulai gelisah karena malam dan hujan datang bersamaan saat masih dalam perjalanan pulang

"Sebentarlah, Mak.

Aku ingin lebih lama menikmati hujan

Bukankah ini rahmat Tuhan?"

Sang ibu melempar senyum tanda mengiyakan

"Bukankah hujan meredakan haus laparku karena seharian tak pernah jajan?

Bukankah hujan jua yang memalingkan hasratku berpeluk mainan?"

Lanjut si gadis cilik

Lalu, sang ibu terdiam, tahu diri.

Ah, si gadis paham, ia telah menggoreskan luka

Menyesallah ia

Maka, bermaksud tepiskan gundah gulana

ia lanjut berwicara

"Mak, kenapa ada hujan?"

"Karena bumi sedang membutuhkan"

"Apa itu bumi? Seperti kitakah? "

"Bumi tempat kita berpijak, tempat kita menaruh harapan"

"Kenapa harus di bumi?"

"Karena sudah titah Tuhan"

"Apakah itu artinya ayah pun dititahkan Tuhan untuk lebih dulu tidur panjang?"

"Ya,"

"Dalam tidur panjangnya apakah ayah menikmati indahnya hujan?"

"Ya,"

"Kenapa?"

"Karena ayahmu penebar kebajikan"

Demikianlah ibu anak berbalas wicara

Bibir keduanya terdiam

Jalan di depan masih panjang

Belum nampak gapura kampung halaman

Lalu,

"Mak, aku rindu ayah.

Seringkali aku berandai-andai,

Andai ada tiga pasang kaki berjalan bersama setiap hari.

Satu pasang kaki jalan di depan menimang mainan

Dua pasang lainnya di belakang sambil bergandengan tangan

Aku pun pernah berangan-angan

Aku bermain di halaman bersama kawan

Emak menyiapkan aneka pangan di meja makan

Dan ayah pulang bawa uang dan mainan"

Sang ibu tak beraksara

Rinai hujan menyamarkan genangan tipis di sudut netra

Punggung sarat dengan bakul gendongan

Satu jinjingan perangkat termos di tangan kanan

Bahu dan lengan hampir tak berdaya menahan beban

Tahukah kau, Nak

Emak pun tak kalah inginnya

Pekiknya tertahan dalam dada

Getar halus dari dua sudut bibir mengemuka

Merobek batin yang lama dikubur duka

Sang gadis sadar luka kembali ia goreskan

Namun tanya panjang mempendar tak kuasa ia simpan

"Mak...."

"Ya, Nak"

"Kenapa ayah sekejap saja bersama kita?"

"Karena sudah suratan Tuhan"

"Kita miskin pun apakah karena suratan Tuhan?"

Si ibu menjeda sejenak menata rasa berusaha mencari diksi kearifan

Lalu,

"Kita tak miskin, Nak.

Kita masih bisa makan

Meski tak seorangpun mengulurkan tangan,

Meski ubun-ubunmu hanya emak yang mengusapkan,

Meski bajumu terbeli hanya saat lebaran,

Kita masih punya gubuk untuk merebahkan badan,

Kita masih punya sejuta harapan,

Yakinlah, kita juga akan punya masa depan,

dan yang penting kita masih punya hati untuk saling menguatkan

Jadi, jangan sekali pun semua itu engkau abaikan!

Engkau paham?"

Gadis cilik mencerna kata lalu mengangguk

Sedikit ragu ia mengintip wajah yang tengah tertunduk

Gurat kesedihan nampak bergelayut

Gambaran nestapa senantiasa bergelut

Gadis cilik putri Karim

Enam tahun bersandang yatim

Setahun saja timangan Sang ayah diperkenankan

Padanya jiwa raga si ibu dikuatkan

Berharap Tuhan titahkan keberuntungan

Rinai hujan belum mereda

Kala gapura bambu sudah nampak di netra

Dingin tak melesap dari tulang

Ibu dan anak sampai di gubuk usang

Cilegon, 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

amazing

25 Oct
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih Bun

25 Oct



search

New Post