Jengis Khan adalah seorang penguasa yang berhasil menaklukkan berpuluh bangsa, menundukkan ratusan suku, ribuan dusun, kota, dan bahkan pada tahun 1227 telah menguasai Tiongkok, Asia Tengah, Asia Barat, dan sebuah benua antara laut Pasifik timur dan laut Kaspia di sebelah barat. Dia yang terlahir miskin tapi ditakdirkan mati sebagai penakluk benua yang membentang mulai laut Kaspia sampai laut Pasifik.

Ia terlahir di tengah-tengah padang pasir di Asia Tengah dari sebuah keluarga miskin yang dibuang dan tidak diakui oleh sukunya sendiri, suku Kiyat. Nama kecil yang diberikan sang ayah adalah Temudjin, yang arinya besi atau tukang besi yang sedang menggembleng besi. Meskipun miskin dan terbuang, orangtuanya selalu menanamkan kepercayaan dalam diri Temujin kecil.

Ibunya selalu berkata, "Kita saat itu tidak memiliki apa-apa kecuali bayangan kita sendiri. Kita tidak punya sahabat atau teman. Kita tidak mempunyai cambuk, melainkan ekor kuda. Tapi kita ini bukan orang sembarangan. Kita turunan bangsa Borjigun, bangsa perkasa dari padang rumput di zaman purbakala. Suaranya seperti guntur di gunung-gunung. Tangannya sekuat kaki beruang yang bisa mematahkan badan manusia menjadi dua semudah mematahkan anak panah. Di musim salju, mereka tidur telanjang di dekat api dari pohon-pohon besar yang dibakar, meskipun badan mereka dijatuhi percikan-percikan api, mereka hanya merasakannya seperti gigitan semut saja."

Kisah kehebatan nenek moyangnya inilah yang setiap saat diceritakan oleh ibunya, sehingga terpatri di kepalanya bahwa jiwa raganya adalah titisan bangsa borjigun yang perkasa, hingga menumbuhkan sebuah cita-cita besar dalam dirinya.

Begitulah, Kekuatan ucapan seorang ibu akan selalu melekat di pemikiran anak-anak. Manakala seorang ibu selalu rajin memotivasi dan menumbuhkan percaya diri pada anak-anak, mereka akan tumbuh menjadi pemberani. Begitupula sebaliknya, anak-anak akan sulit berkembang ketika sang ibu selalu mengerdilkan kemampuan mereka. Ingatlah selalu bahwa setiap anak istimewa dan punya bakat yang luar biasa.

Sumber: Di Bawah Bendera Revolusi, Ir. Sukarno

#TantanganGurusiana