Sudah hampir tengah malam, belum ada tanda – tanda hujan akan berhenti. suasana di luar rumah begitu sepi. Sesekali  terdengar petir dan kilat yang menyambar. Hujan turun sejak menjelang sore, menyebabkan sebagian besar orang memilih tinggal di dalam rumah. Udara begitu dingin serasa menusuk tulang. Tiba  – tiba lampu padam, keadaan menjadi gelap gulita. Kunyalakan senter dari gawaiku, kucoba mencari lilin di tempat biasa aku menyimpannya.  Duhh , aku lupa kalau lilinnya habis, belum sempat membeli lagi. Aku mencoba mencari senter atau lampu alternatif yang bisa menerangi sekeliling lebih terang, tak juga kutemukan.  Aku merasakan bulu kudukku berdiri. Keringat dingin mulai mengaliri keningku meski udara dingin. Sejak kecil aku memang takut gelap.

Akhirnya dengan mengandalkan penerangan dari senter gawaiku, aku segera masuk kamar, kuletakkan gawai di atas meja yang ada di samping tempat tidurku, bergegas aku naik ke tempat tidur. Aku bersembunyi di bawah selimut  dan berusaha memejamkan mata berharap segera tertidur, namun tidak bisa.  Kurasakan keadaan semakin mencekam, bayangan – bayangan menakutkan berkelebat dalam benakku. Ingatan ketika aku pernah melihat mahkluk mengerikan seakan menari di pelupuk mataku. Membuatku semakin tidak berani membuka mata.

Gedubbbraaakkkk !!!  terdengar suara benda jatuh sangat keras berasal dari kamar kosong di sebelah kamar tidurku. Jantungku seakan berhenti berdegup. Bunyinya seperti benda yang sangat besar jatuh dari atas. Padahal  kamar itu kosong. Hanya ada tempat tidur dan almari  saja. Aku semakin menggigil ketakutan, tidak berani sedikitpun bergerak. Mulutku terus berkomat- kamit membaca  Alfatehah, ayat kursi dan doa – doa. Tidak berapa lama timbul keberanianku.  Aku turun dari tempat tidur dan memeriksa apa yang terjadi di kamar sebelah. Rupanya gulungan karpet yang aku sandarkan di pojok kamar roboh ke lantai.

Semangat literasi

Rumahku, 1122020