Muttaqin Kholis Ali

Saya adalah seorang guru biasa di daerah sekitar Sumatera Utara. Saya sangat menyukai dunia tulis menulis, alhamdulillah sudah menyelesaikan penulisan buku dan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Membangun Peradaban Pendidikan Unggul Di Era VUCA
Sumber : Istimewa

Membangun Peradaban Pendidikan Unggul Di Era VUCA

Membangun Peradaban Pendidikan Unggul Di Era VUCA

Oleh : Muttaqin Kholis Ali,M.PdT

https://muttaqinkholisali.com

Istilah VUCA lagi-lagi mulai diperbincangkan ketika wabah Covid semakin bervariasi yakni dengan munculnya varian baru bernama Omicron. Lalu apa itu era VUCA dan apa hubungannya dengan dunia pendidikan kita?

Perdana pada tahun 1987 Warren Bennis dan Burt Nanus memperkenalkan istilah VUCA ini dalam teori kepemimpinannya, kemudian dijadikan pedoman pelatihan militer US Army War College. Hal ini sejalan dengan adanya pergulatan politik pada masa itu yang begitu cepat mengalami pergeseran sejak runtuhnya Soviet sampai terjadinya Perang Teluk.

Hingga kini istilah VUCA masih digunakan untuk pelatihan terkait teori kepemimpinan. Bahkan ada beberapa sekolah yang menawarkan sertifikasi VUCA karena dianggap sebagai materi wajib dalam perencanaan bisnis yang strategis.

VUCA terdiri dari empat kata yakni Volatility yang artinya dunia ini berubah sangat cepat, tidak stabil, tidak terduga, dan selalu bergejolak; Uncertainty yang artinya tidak ada yang pasti di masa yang akan datang; Complexity yang artinya kehidupan yang kompleks; serta Ambiguity yang artinya ketidakjelasan, membingungkan, serta situasi yang sulit untuk dipahami.

Secara sederhana bisa disimpulkan jika VUCA adalah situasi yang begitu cepat berubah, tidak menentu, membingungkan dan tidak adanya kepastian di masa yang akan datang. Dalam dunia bisnis, kemampuan untuk menghadapi situasi seperti ini sangatlah penting. Jika salah mengambil keputusan maka perusahaan akan merugi bahkan bisa gulung tikar.

Tak hanya dalam dunia bisnis saja, sejak kedatangan virus Covid-19 pun seluruh manusia di berbagai belahan dunia mulai memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tidak ada yang tahu pasti kapan wabah ini akan berakhir, bahkan beberapa orang pun mengalami kepanikan ketika mendengar berita-berita di luar sana, akibatnya perilaku masyarakat pun berubah dan terjadi pergeseran-pergeseran kebiasaan yang tidak pernah terjadi sebelumnya seperti selalu menggunakan masker ketika bepergian, adanya perburuan handsanitizer dan berbagai suplemen kesehatan, adanya kepanikan hingga beberapa warga memborong stok sembako yang memicu terjadinya kelangkaan barang pokok hingga melambungnya harga di pasaran.

Era VUCA bisa dibilang menjadi masalah tersendiri bagi setiap bangsa. Perlu strategi khusus agar kondisi di masyarakat tidak bergejolak. Karena itulah teori kepemimpinan yang baik harus benar-benar dikuasai oleh para pemimpin bangsa dan juga generasi muda agar negara ini tetap kokoh berdiri di tengah persaingan antarnegara yang semakin ketat.

Sebuah buku berjudul “Leaders Make the Future” karya Bob Johansen pada tahun 2009 menawarkan beberapa tips penting terkait cara menghadapi era VUCA ini yang diperuntukan bagi setiap pemimpin yaitu dengan cara VUCA Prime yang terdiri dari Vision untuk menghadapi Volatility, Understanding untuk menghadapi Uncertainty, Clarity untuk menghadapi Complexity, Agility ini digunakan untuk menghadapi Ambiguity.

Jika dijabarkan maka Vision adalah menerima setiap perubahan yang ada lalu membuat tujuan masa depan yang fleksibel agar bisa diubah ketika ada perubahan situasi dan kondisi. Understanding adalah melihat sekeliling, memperhatikan apa yang terjadi agar bisa membuat keputusan atau tindakan di tengah-tengah masa ketidakpastian. Dengan begitu, kesalahan dalam pengambilan kebijakan akan bisa diminimalisir karena adanya proses berpikir memahami keadaan sekitar. Clarity adalah menciptakan suatu komunikasi dua arah dengan berbagai pihak agar masalah yang rumit atau kompleks tersebut bisa dicarikan jalan keluar terbaik yang minim resiko. Sedangkan Agility adalah meningkatkan kemampuan diri dan tim dalam bekerja serta cekatan atau tanggap dalam mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah.

Setidaknya keempat sikap ini jika dimiliki oleh generasi muda tentu menjadi sebuah pondasi yang kokoh untuk menghadapi segala macam tantangan di masa yang penuh dengan ketidakpastian seperti sekarang ini. Ya, generasi muda ini harus diperhatikan dan disiapkan mentalnya sejak dini. Lembaga pendidikan pun harus mampu tampil menawan sebagai tonggak pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang lebih hebat. Lalu apa saja yang harus dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan?

Di era yang serba tidak pasti ini setiap siswa harus dibiasakan untuk berpikir kritis, kreatif dan selalu peka terhadap adanya perubahan dari berbagai bidang. Banyak hal yang harus dipelajari oleh siswa di masa kini termasuk penguasaan bahasa asing yang dijadikan sebagai bahasa pergaulan internasional agar ke depannya siswa kita memahami gejolak-gejolak yang ada di sekitar mereka sehingga mereka mampu memberikan solusi dari permasalahan yang ada.

Selain itu, siswa kita harus dibekali banyak keterampilan dan berbagai ilmu terapan yang bisa mereka manfaatkan untuk masa depannya. Di era VUCA ini banyak terjadi perubahan-perubahan di berbagai bidang termasuk munculnya berbagai macam pekerjaan baru yang belum ada di era sebelumnya khususnya bidang pekerjaan terkait dengan dunia digital seperti cyber crime, editor video, konten kreator, youtuber, ghost writer dan lain sebagainya. Jadi, sekolah harus mampu memberikan wadah untuk menggali bakat-bakat terpendam siswa dan menjadikannya sebuah potensi yang mengarah pada level entrepreneurship. Dengan demikian, siswa tidak akan menggantungkan masa depannya dengan melamar pekerjaan karena ia bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Tantangan berikutnya adalah sekolah harus memiliki tenaga pengajar yang mumpuni karena nantinya akan mencetak generasi muda yang tangguh, mandiri, kreatif dan peka terhadap setiap perubahan yang ada. Pelatihan dan peningkatan kapasitas tenaga pendidik secara berkala menjadi satu keharusan yang harus dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan khususnya keterampilan berbasis IT.

Metode pembelajaran yang ada pun harus diubah dari konvensional menjadi metode yang lebih modern dan tidak mengekang daya cipta siswa untuk berkreasi dan menciptakan suatu penemuan baru. Guru harus mampu menjadi fasilitator dan motivator handal bagi siswa. Biarkan siswa berimajinasi dan mewujudkan mimpinya menjadi sebuah karya inovatif. Satu hal yang tidak kalah penting yaitu setiap lembaga pendidikan harus menanamkan pendidikan karakter yang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Jadi, siswa akan menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, cekatan, dan bisa melihat peluang dari setiap perubahan yang ada namun tetap santun dan memiliki etika ketika mereka sudah mulai terjun ke masyarakat dengan keahlian mereka masing-masing.

Era VUCA memang tak bisa dihindari karena perubahan zaman adalah sebuah keniscayaan. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan segala hal untuk menghadapi setiap perubahan itu dan tetap optimis. Jadilah manusia pembelajar dan taklukan setiap perubahan.

Sumber Tulisan :

http://employers.glints.id

https://newmalangpos.id/

Penulis : Muttaqin Kholis Ali,M.PdT (Penulis Lepas, Guru Komputer dan Developer Website)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam literasi

09 Mar
Balas

Ulasan yang keren, salam literasi, ijin follow

10 Mar
Balas



search

New Post