Singkat dan Padat Model Pembelajaran RADEC, Menyukseskan Pembelajaran Abad 21
Singkat dan Padat : Model Pembelajaran RADEC, Menyukseskan Pembelajaran Abad 21
Oleh : Muttaqin Kholis Ali,S.Pd
Guru menerangkan materi, murid mencatat, murid mengajukan pertanyaan jika ada materi yang tidak dipahami, guru memberi tugas, murid membaca buku teks sebelum ujian. Siapa yang familiar dengan tahapan ini? Ya, ini adalah siklus pembelajaran di kelas yang biasa kita alami dulu di sekolah.
Sayangnya, cara belajar seperti itu terbukti tidak efektif. Hasil studi PISA tahun 2015 menunjukkan capaian pembelajaran siswa di Indonesia hanya di peringkat 64 dari 72 negara1. Kita mungkin bisa membantah, ah kita-kita yang sudah lulus ini survive-survive saja, kok. Tetapi, masalahnya adalah zaman semakin berubah. Teknologi berubah. Cara pandang manusia berubah. Profesi berubah. Kalau semuanya berubah, masa cara belajar siswa di sekolah juga tidak berubah? Oleh karena itu, saat ini hadir sebuah model pembelajaran baru bernama RADEC.
Model Pembelajaran RADEC
RADEC adalah model pembelajaran yang digagas oleh Sopandi, dosen UPI. RADEC merupakan singkatan dari tahapan dalam pembelajaran yang efektif, yaitu Read, Answer, Discuss, Explain, dan Create. Metode pembelajaran ini mengakomodir kebutuhan siswa Indonesia yang diharuskan menguasai banyak materi dalam waktu singkat. Selain itu, RADEC juga dapat mengasah kesiapan karakter, kemampuan, dan literasi murid yang dibutuhkan di abad 21. Sebab, metode pembelajaran RADEC melibatkan keaktifan murid untuk belajar mandiri.
Penggagas RADEC dan Untuk Siapa RADEC ditujukan?
RADEC pertama kali dipopulerkan oleh Wahyu Sopandi, seorang dosen di UPI. Ia memperkenalkan metode ini dalam sebuah konferensi internasional di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 2017. RADEC ditujukan untuk siswa dan guru di seluruh Indonesia. Untuk siswa, RADEC memiliki tujuan memenuhi keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa di dunia kerja kelak. Sementara itu, untuk guru, RADEC memiliki nama yang disesuaikan dengan singkatan tahapan-tahapannya. Sehingga, guru dapat mengingat, memahami, dan mengimplementasikan model pembelajaran RADEC dengan mudah.
Implementasi RADEC
Model pembelajaran RADEC dapat diterapkan di semua tingkatan belajar, baik SD, SMP, SMA, maupun kuliah. Selain itu, RADEC juga dapat diterapkan di berbagai mata pelajaran. Salah satu kelas dalam SD Negeri di Sumedang menggunakan RADEC untuk menerangkan materi cahaya. Hasilnya baik, nilai rata-rata murid dalam post-test meningkat2. Di SD Negeri di Tasikmalaya, model pembelajaran RADEC digunakan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 5. Ternyata, RADEC dapat meningkatkan minat murid mempelajari Bahasa Indonesia3.
Uniknya, RADEC tidak hanya dapat diterapkan di kelas. Di masa pandemi ini, ketika sekolah-sekolah tidak dapat beroperasi, Google Classroom dapat menjadi pilihan media belajar. Salah satu sekolah menerapkan RADEC untuk belajar materi polimer, dan mereka menggunakan Google Classroom sebagai media pembelajaran. Murid membaca materi dan menjawab pertanyaan pra-pembelajaran di rumah, lalu berdiskusi, menjelaskan materi, dan membuat peta konsep di Google Classroom4.
Landasan Penciptaan RADEC
Sopandi, penggagas RADEC menegaskan penciptaan metode pembelajaran RADEC didasari oleh tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut, dikatakan bahwa Pendidikan Nasional memiliki tujuan untuk menjadikan murid menjadi manusia yang percaya pada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan yang mulia ini, proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah harus mampu mencapai sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang baik.
Selain itu, di abad 21 ini teknologi telah berkembang secara gila-gilaan. Banyak aspek kehidupan yang sudah tergantikan tugasnya oleh teknologi, misalnya kemudahan membayar dengan uang elektronik dan pemesanan tiket melalui daring. Malangnya, dua perubahan tersebut akan mempengaruhi kebutuhan tenaga kerja. Dengan adanya uang elektronik dan reservasi daring, penjaga tol dan kasir lama kelamaan tidak akan dibutuhkan lagi.
Murid-murid saat ini harus mampu beradaptasi terhadap kemajuan zaman. Penting bagi murid untuk menguasai kompetensi dan kemampuan yang dibutuhkan di abad 21, seperti kemampuan analisa dan berpikir kritis, kemampuan menguasai media digital, kemampuan berkomunikasi yang baik, dan kemampuan menghasilkan ide-ide kreatif. Kemampuan-kemampuan ini tentu saja tidak dapat diciptakan secara cepat, butuh waktu untuk mempersiapkannya. Persiapan itu bisa dilakukan dari sekolah. Karena itulah, RADEC diciptakan untuk memenuhi tuntutan Tujuan Pendidikan Nasional dan kemajuan zaman.
Tahapan dalam Model Pembelajaran RADEC
Model pembelajaran RADEC terdiri atas tahapan Read, Answer, Discuss, Explain, dan Create. Setiap proses dalam tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Read
Pada tahap ini, murid diharapkan dapat membaca seluruh informasi yang dibutuhkan terkait materi sebelum kelas dimulai. Secara mandiri, murid mencari informasi dari berbagai sumber, baik buku teks maupun internet. Hal ini bertujuan agar murid dapat terbiasa membaca buku teks juga untuk melatih kemampuan memahami secara mandiri.
Sebelum mulai membaca, guru terlebih dahulu memberikan beberapa pertanyaan pra-pembelajaran. Pertanyaan ini berfungsi sebagai panduan murid dalam membaca—bahwa mereka harus mampu menjawab pertanyaan tersebut setelah sesi membaca usai. Jika ada materi yang belum dapat dikuasai atau ada pertanyaan yang belum diketahui jawabannya, guru atau murid lain dapat menjelaskan kembali di kelas. Dengan demikian, kemampuan bersosialisasi murid juga akan ikut terasah karena adanya interaksi dengan semua elemen kelas.
2. Answer
Pertanyaan pra-pembelajaran yang guru berikan harus memuat kemampuan berpikir rendah dan tinggi, mulai dari pertanyaan hafalan hingga pertanyaan nalar dan pemecahan masalah. Pertanyaan-pertanyaan ini ditulis dalam bentuk work-sheet yang harus dikerjakan murid di luar kelas setelah mereka membaca. Melalui cara ini, murid dapat mengetahui sejauh mana kemampuan mereka dalam memahami bacaan. Mereka dapat mengidentifikasi materi yang mudah dan sulit menurut pribadi masing-masing. Selain itu, guru juga dapat mengetahui kemampuan siswanya yang berbeda-beda—ada yang senang dan tidak senang membaca, ada yang mampu memahami dan sulit memahami buku teks, juga ada yang lebih suka mendengarkan dibanding membaca. Identifikasi ini diperlukan agar guru dapat menyesuaikan treatment yang harus diterapkan kepada siswanya yang memiliki perbedaan cara belajar.
3. Discuss
Di tahap ini, murid mendiskusikan jawaban dari pertanyaan pra-pembelajaran dengan teman sekelompok. Murid yang paham harus menjelaskan kepada temannya. Begitu pula sebaliknya, murid yang tidak paham harus aktif bertanya. Yang terpenting bagi guru di tahap ini adalah memastikan keaktifan komunikasi dalam kelompok agar murid dapat memperoleh jawaban yang benar. Sesi diskusi dikatakan selesai jika murid sudah mampu menjawab semua pertanyaan atau jika mereka menghadapi kesulitan dalam menjawab pertanyaan.
Dari sesi diskusi, guru dapat mengetahui murid yang telah memahami materi. Kelak di tahap selanjutnya yaitu Explain, murid inilah yang akan menjelaskan di depan kelas. Selain itu, guru juga dapat mengetahui bagian materi yang sulit dipelajari secara individu. Pada tahap Explain, tugas guru adalah menjelaskan bagian ini.
4. Explain
Pada tahap ini, representasi murid menjelaskan pokok-pokok penting dari materi di depan kelas. Guru harus memastikan penjelasan murid tersebut tepat secara ilmiah dan dapat dipahami teman sekelasnya. Guru juga mendorong murid dari kelompok lainnya bertanya, menambah, memberi masukan, atau membantah presentasi tersebut. Di akhir kelas, guru menjelaskan kembali bagian materi yang sulit dipahami murid dalam sesi diskusi. Materi ini dapat disampaikan melalui video, demonstrasi, atau power point yang sekiranya dapat mengatasi kesulitan murid.
5. Create
Tahap terakhir adalah Create. Di tahap ini, guru dan murid bersama-sama memikirkan suatu ide kreatif yang mungkin bisa diciptakan berdasarkan materi yang sudah dipelajari. Untuk dapat memunculkan ide kreatif, bisa menengok kembali pertanyaan pra-pembelajaran yang memuat pertanyaan pemecahan masalah. Jika murid masih kesulitan menentukan ide kreatif, guru harus memberi inspirasi. Guru dapat memberi contoh penelitian atau pemecahan kasus yang pernah dilakukan orang lain.
Guru juga dapat memberi idenya sendiri, terutama jika murid masih belum bisa menemukan ide mereka. Akan lebih baik jika ide tersebut original, alias tidak pernah direalisasikan sebelumnya. Melalui kelompok atau individu, murid berusaha merealisasikan dan mengimplementasikan ide tersebut. Melalui tahap Create, diharapkan murid dapat belajar cara mewujudkan ide kreatif mereka sendiri sambil bersamaan melatih kemampuan berpikir, bekerja sama dan berkomunikasi.
Sopandi mengklaim model pembelajaran RADEC mudah dipahami dan diimplementasikan, namun bukan berarti tidak ada tantangan dalam proses penerapan RADEC. Tantangan muncul dari murid dan guru, keduanya memiliki masalah yang sama yaitu tidak terbiasa. Murid tidak terbiasa membaca sendiri tanpa penjelasan guru. Belum lagi, ada anggapan tugas guru seharusnya menjelaskan di kelas, murid hanya perlu mendengarkan. Sementara itu, guru tidak terbiasa tidak menjelaskan banyak materi. Guru juga takut murid-murid tidak dapat sepenuhnya mengerti materi kalau harus membaca sendiri. Tetapi, semua hal di dunia ini berawal dari ketidakterbiasaan. Tidak terbiasa tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak menerapkan RADEC, bukan?
Muttaqin Kholis Ali,S.Pd. Guru Komputer di SMA Negeri 1 Tambangan, Kab. Mandailing Natal, merupakan Pegiat Literasi dan IT dan sedang menyelesaikan Pendidikan Magister di Prodi PTK Universitas Negeri Padang, www.muttaqinkholisali.com 082285178213. Sumber Referensi :
Sopandi, W. (2017). The Quality Improvement of Learning Processes and Achievements Through the Read-Answer-Discuss-Explain-and Create Learning Model Implementation. Dalam. In Proceeding 8th Pedagogy International Seminar 2017. vol. 8, 132–139.
1 Adi, Y. P., Sopandi, W., & Hidayah, Y. (2019). Model Pembelajaran Radec (Read-Answer-Discuss-Explain And Create):. Indonesia Journal of Learning Education and Counseling, 2, 1-8.
2 Karlina, D., Sopandi, W., & Sujana, A. (n.d.). Critical Thinking Skills of Fourth Grade in Light Properties Materials. The 2nd International Conference on Elementary Education, (pp. 1743-1753)
3 Nurseptiani, K., & Maryani, N. (2019). MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MEMBANDINGKAN MODEL PEMBELAJARAN RADEC DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL ( Penelitian Eksperimen di SD Negeri Sukamaju Tahun Pelajaran 2019/2020 ). Madrosatuna : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2, 13-19.
4 Siregar, L. S., Sopandi, W., & Wahyu, W. (2020). Polymer learning design using Read, Answer, Discuss, Explain and Create (RADEC) model based on Google Classroom to develop student’s mastery of concepts. International Conference on Innovation In Research. IOP Publishing.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantap...RADEC