M.YAZID MAR'I, M.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Akhiri Dukamu

Akhiri Dukamu

Cinta tak harus memiliki. Sore itu Arif bagai terbakar bara api. Betapa tidak, seorang yang dulu pernah dicintainya pulang dari seberang tanpa disertai suaminya, kendati dengan membawa sakit yang bisa dibilang cukup berat. Ingin rasanya meluapkan rasa marahnya pada lelaki itu, mengapa ia begitu menyia-menyiakan istrinya yang tidak lain adalah perempuan yang pernah dicintainya. Tapi bagi Arif tentu tidak mungkin. Bagaimanapun perempuan itu hari ini bukanlah istrinya.

Perasaan bersalah menyelimuti dirinya sore itu.Mengapa dulu ia tidak berterus terang saja, bahwa ada rasa cinta terhadapnya. Ya sudahlah! Arif menyudai lamunannya.Yang penting bagaimana ia harus segera dapat menolongnya dan meringankan penyakit yang dideritanya.

Informasi tentang pendarahan yang terus menerus, membuatnya makin gelisah.Jangan-jangan kanker seftic.Tapi pikiran negatif itupun segera dibuang jauh-jauh. Karena baginya husnudhan (berbaik sangka) adalah bagian dari do'a. Maka malam-malamyapun ia habiskan dengan memanjatkan do'a bagi sang Kuasa, semoga analisa dokter itu salah. Jikalau betul semoga Tuhan segera mempertemukan dengan orang yang diberi kuasa Tuhan untuk segera menyembuhkannya.

Belum sampai ia bermaksud mempertemukan dengan temannya yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakitnya atas kuasaNya, khabarpun diterimanya bahwa keluarganya telah mengajaknya berobat di suatu kota, sebut saja Tuban.

Assalaamu'alaikum, iapun segera menelponnya, sambil menanyakan apakah suaminya menyertainya. Tidak jawabnya. Ingin rasanya ia menelpon suaminya di seberang. Tapi Arif segera mengurungkan niatnya, ia tidak mau mencampuri urusan pribadi keluarga itu. Namun iapun tidak tega membiarkan perempuan yang pernah dicintainya itu sendiri tanpanya, atau mendampiginrya malah tidak mungkin, karena bukan istrinya.Maka Arif selalu menyempatkan menelpon untuk memberikan support, membesarkan hatinya. Menguatkan keyakinannya bahwa ketika Tuhan memberikan ujian kepada hambanya, sungguh itu adalah sebagai bagian dari bukti kasih sayang Tuhan kepada hambanya. Sebagaimana yang pernah dialami Ibrahim untuk menyembelih anaknya, juga yang pernah dialami Nabi Ayub dengan sakit yang dideritanya.

Aisyah! Arif memulai pembicaraanya. Kamu harus kuat! Kamu harus yakin! Tuhan akan menyembuhkan sakitmu. Aku akan tetap menyertaimu walaupun Tuhan tak mentakdirkan untuk memiliki.

Aku yakin suatu hari nanti, keadaan akan berubah, tetaplah bahagia bersama suamimu dan keluargamu. Bagiku hanya satu, ingatlah aku pernah mencintaimu.

Assalamu'alaikum, Arif mengakhiri telponnya. Dan dalam hatinya selalu berdoa semoga Tuhan segera menyembuhkan sakitnya. I am always love you. Maafkan hambaMu ini jika ini sebuah kesalahan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post