Tak pernah terbayang sebelumnya bagi Adi pemuda desa dari keluarga pas pasan baik secara ekonomi maupun strata sosial, untuk naik pesawat.. September 2001 waktu untuk kali pertama ia akan naik pesawat terbang untuk misi organisasi. Tapi malam itu pikirannya bergelut antara ia harus berangkat atau mengurungkan. Kesempatan emas pikirnya, tapi bagaimana ia harus meninggalkan istrinya dengan putrinya yang tengah lucu-lucunya. Belum lagi bagaimana ia harus ngurus putrinya dan memenuhi tugasnya sebagai guru di PAUD. Apa mungkin istrinya mengajak putrinya dalam mengajar, bagaimana kalau putrinya rewel, bagaimana istrinya harus menghadapi kepala sekolahnya dan wali muridnya yang rata rata dari ekonomi menengah atas, pantas tidakkah untuk sekolah yang bisa dibilang favorit itu ada diantara gurunya yang bawa anak.

Setumpuk persoalan itulah yang malam itu.memenuhi pikirannya. Tapi bagaimana mungkin ia mengurungkan niatnya pergi ke Batam, padahal di hadapannya tanggung jawab besar sebagai sekretaris organisasi politik, yang dalam persepsi sebagian besar orang menyebut sebagai nyawanya organisasi "stand leader".

Mas! tiba tiba istrinya menghampirinya. Ya luar biasa rumahku dalam hati. Istri ku sangat tahu betul setiap aku mendapatkan persoalan besar yang sulit aku pecahkan. Berangkat saja mas, Mas telah terlanjur menerima amanah itu, bukankah jenengan sudah disumpah saat pelantikan sebagai pengurus itu? Itu bukan hanya sebagai amanah organisasi, tapi adalah amanah Allah. Bukankah ketika orang telah disumpah dengan Alqur'an dan mengawalinya dengan syahadat, itulah adalah perjanjian antara jenengan dengan Allah dan disaksikan malaikat? Diberangkatkan, Istrinyapun mengulangi pernyataannya, dan menguatakan. Insya Allah, Allah akan memudahkan perjalanan mulia ini, insya Allah, Allah akan memudahkan segala urusan jenengan, urusanku, dan anakmu. Bismillah, budhal mawon (berangkat saja).

Pagi itu jam delapan ia harus menuju sekretariat dan berangkat ke Bandara Juanda Surabaya. Istrinyapun sejak dini hari pukul 03.00 tampak sibuk mempersiapkan bawaan suaminya, mulai berapa baik yang harus dibawakannya untuk keperluan di Batam 10 hari, sarung, dasi, sisir, sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, menggelapkan sepatu, sarapan pagi, hingga subuh menjelang. Selepas sholat subuh istrinya masih juga belum memberhentikan aktivitasnya, membangunkan putrinya, memandikan putrinya, hingga meyakinkan putrinya agar tidak rewel saat ayahnya pergi. Disanalah,semoga Allah membalas semua yang engkau perbuat.

Assalamu alaikum! Akupun mengucapkan salam sambil mengecil kening istriku. Wa'alaikum salam, jawabnya. Akupun meninggalkan rumah dengan keyakinan yang mantap.

Pukul 08.30 akupun bersama ketua melaju menuju.Bandara Juanda Surabaya. Pukul 10.30 sampailah ke tempat yang dituju, dan sesaat kemudian pengeras suara terdengar memanggil, selamat siang, penumpang pesawat garuda air line dengan tujuan Jakarta segera bersiap menuju ke ruang tunggu untuk loading. Karena pesawat akan segera diberangkatkan.

Akupun bersama ketua menaiki pesawat, sesaat kemudian pramugari cantik nan molek menghampiriku dan dengan sopan mengharap untuk memakai sabuk pengaman karena pesawat segera tameng. Akupun bingung dan gemetar, maklum orang desa yang baru saja naik pesawat untuk pertama kalinya, akupun ahirnya pasrah pada pramugari yang melalaikan sabuk pengamanan padaku.

Takjub dan heran itulah yang ada dalam pikiranku, serasa terbang diantara awan-awan seperti film sumbokong atau kera sakti yang pernah aku lihat di TV masa kecil dulu. Sampai ke Bandara Sukarno Hatta, pesawat transit sesaat. akupun mendapat kesempatan melepas lelah sekedar menikmati kopi yang harganya lumayan mahal. Tak sebanding dengan rasa kopi buatan istri ku, pikiranku mulai mengingat rumah, pikirku. Akupun cepat-cepat memandang yang lain agar tak berkepanjangan yang dapat membuyarkan rencana-rencana yang harus aku dipresentasikan dihadapan peserta konggres se Indonesia.

Pesawatnya kemudian tameng menuju Batam, 30 menit berlalu tak terasa Bandar udara Batam menjadi saksi pertama untuk pertama kalinya di Batam Island. Rupanya cukup jauh lokasi konggres itu dari bandara, sepanjang mata memandang hanya jalanan mulus berkelok yang tentu jauh berbeda dari jalan jalan desak.

Batam yang selama ini hanya mampu kulihat di peta hari ini, Allah menyadarkannya menyaksikan langsung untuk sebuah acara besar konggres partai. Kesempatan untuk presentasi program tiba pada gilimanuk, gambaran untuk promosi produk Bojonegoro, mengembangkannya, memasarkannya, dengan mantap disampaikan semua. Dengan harapan peserta konggres tertarik untuk menanamkan investasinya.

Harapanku pun terjawab, mereka berencana akan ke Bojonegoro untuk penjajakan kemungkinan melakukan investasi. Hotel Gran speech tepi pantai, pemandangan sangat indah terlihat jelas dari ruang santai, telah membuatku untuk dapat melihat lihat langsung pasca acara konggres nanti.

Kesempatan terjawab jua, Batam Island, pulau yang berhimpitan dengan negara tetangga Singapura, begitu luar biasa malam itu, lampu-lampu kota diantara bangunan-bangunan tinggi lelap kerlip bagai bintang, hingga hampir tak bisa dibedakan. Sayang mengapa perempuan-perempuan yang masih anak anak itupun bebas berkeliaran dijalan-jalan kota dengan busana sangat minim. Juga keluar masuk hotel? Akupun diam diam bertanya, anak anak itu sangat disukai para turis Singapura. Batam Islam menyisakan nestapa untuk kartini-kartini Indonesia. Ya Allah ku mohon padamu dengan doaku, moga Allah segera menunjukkan jalan ya.