MENTARI BERSINAR DI BOJONEGORO

Sejak pertemuannya dengan penggiat literasi sore itu di pondok kuliner Bojonegoro, memotivasinya untuk menjadi bagian penting sejarah, kendati kebanyakan orang menganggabnya hal biasa. Sore itu bersamaan dengan gemericik hujan yang mengiringi langkahnya menuju gubuknya yang tak jauh dari tempat pertemuan. Tiba-tiba terlintas bayangan gurunya yang telah lama menghadap Tuhannya di alam baqa, “Anak-anak” begitu ucapan gurunya. Kitab (buku) yang tengah anak-anak baca dan pelajari hari ini, serta telah pula menjadi referensi bagi kita untuk mengenal Tuhan yang menciptakan kita, untuk referensi bagaimana kita beribadah terhadap Allah, bagaimana kita berprilaku kepada mahluk Allah, bagaimana kita menata negeri tercinta ini, serta bagaimana kita membangun hubungan dengan Negara-negara dan bangsa-bangsa lain di dunia. Semua itu anakku ditulis dan dibukukan pada masa keemasan Islam, kurang lebih 1000 tahun yang lalu. Jarak yang terlalu panjang anakku untuk kembali mengembalikan sejarah itu. Hari ini kita sekedar pemakai dan penikmat, umat islam tak ada lagi semangat untuk menemukan, untuk menulis.

Bayangan itu semakin kuat tatkala Adi telah sampai kegubuknya. Tampaknya malam itu pikiran Adi berkecamuk. Memulainya, sementara usia sudah semakin senja, atau tetap maju dengan sisa-sisa usia. Ketika ia harus menentukan pilihannya, bayangan gurunyapu hadir kembali dan seperti mengandengnya tanganya dan istrinya, segeralah anakku. Dan malam itu pula Adi memutuskan untuk bertemu dengan para calon penulis buku Bojonegoro di pagi harinya.

Dik, Adi mencoba meyakinkan istrinya. Alhamdulillah pagi ini Allah telah mentaqdirkan kita untuk bertemu dengan 75 orang hamba Allah yang akan menafsirkan ayat-ayatNya, hingga mudah dipahami hambaNya. Adi sengaja mengajak istrinya dalam komunitas penulis buku pagi itu. Bagi keduanya tentu merupakan hal baru. Jika semua ini ayat-ayat Allah ditafsirkan melalui lisannya dan bergumul dengan anaknya dan akan didiknya baginya sudah cukup. Minimal telah sekian benih yang disemai untuk agama dan negerinya.

Tapi pagi itu, diruangan yang tak sebegitu luas. Mengapa ruangan itu telah berubah menjadi padang pasir yang begitu luas, dan hampir-hampir tak dapat terjagkau padanganku. Motivasi Mas Ihsan, Mas Eko selaksa mengajakku untuk menjalajah dunia dengan pesawat luar angkasa yang melesat secepat kilat menyambar dan menghunjam tajam di lubuk hatiku. Adi termenung dan membisu. Rupanya apa yang menjadi andalannya selama ini melalui lisannya bersama anaknya dan anak didiknya, menurutnya akan kehilangan sejarah. Enam Hari ! Enam hari Bapak/Ibu harus mampu menyelesaikan naskahnya dan menyetor ke Media Guru untuk di edit, di buatkan cover, dan kemudian dicetak.

Dua hari pelatihan itu dilaluinya dengan rasa suka cita untuk sebuah mimpi yang lama terhempas, mimpi untuk menyusun kembali ayat-ayat Allah yang telah ia tulis selama ini dan telah berserakan entah kemana. Keinginan kuat untuk dapat kembali menafsirkan ayat-ayat Allah dan meneruskanya kepada generasinya, baginya adalah bagian penting bagi hidupnya Doanya semoga Allah memudahkan jalannya, jalan 75 penulis yang telah meneguhkan niatnya. Bojonegoro! The Biges Moslem society in The word, Bagai mentari bersinar di kotaku.