M.YAZID MAR'I, M.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MORAL FORCE

MORAL FORCE

Kondisi masyarakat Arab sebelum Rasulullah Muhammad SAW lahir, dalam sejarah sering disebut sebagai “masa jahiliyah” atau “badawiyah”, berarti bodoh atau tertinggal. Menurut konteks bukan berarti bodoh dan tidak tahu apa-apa. Karena masa itu telah muncul banyak ahli sastra dan perbintangan (astronomi). Bodoh dan tertinggal pada masa itu lebih diarahkan pada rendahnya ahlaq atau moral. Untuk itu datangnya Muhammad sebagai Rasul dan Nabi yang paling utama tidak lain juga untuk membenahi ahlaq dan moral. Pernyataan ini sesuai dengan hadist Nabi yang berbunyi: “Innama buitstu liutammima makaarimal ahlaq”, artinya sesungguhnya aku (Muhammad) diutus oleh Allah untuk menyempurnakan ahlaq (moral). Mengapa moral? Sejarahpun telah mencatat, bahwa kehancuran manusia dan bangsa-bangsa sebelumnya lebih pada karena rendahnya, menurunnya, dan hancurnya ahlaq atau moral.

Dalam catatan sejarah dan telah pula di abadikan dalam alqur’an, hancurnya Bangsa atau kaum Saba’ bukan karena ketidakmampuannya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan karena menurunnya ahlaq atau moral.

Saba’ yaitu kabilah yang tinggal di negeri Yaman. Nama Saba’ berasal dari nama Saba’ bin Yasyjub bin Ya’rub bin Qothan yang bertempat tinggal di Ma’rib. Dalam hadits Farwah bin Musaik, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang laki-laki. “ Ya Rasulullah! Kabarkanlah kepadaku tentang Saba’? Apakah Saba’ itu? Apakah dia itu (nama) nama suatu tempat ataukah (nama) wanita? Beliau pun menjawab: Dia bukanlah (nama) suatu tempat dan bukan pula (nama) wanita, tetapi dia adalah seorang laki-laki yang memiliki sepuluh anak dari bangsa Arab. Enam orang dari anak-anaknya menempati wilayah Yaman dan empat orang menempati wilayah Syam. Dalam riwayat Ibn Abbas terdapat tambahan, “adapun yang menempati Yaman adalah Madzhij, Kindah, Al Azd, Al Asy’ariyun, Anmar dan Himyar. Adapun yang menempati Syam adalah: Lakhm, Judzm, ‘Amilah dan Ghassan.

Abu Ahmad Said Yai, Lc menyebut Saba’ dengan nama Abdusy Syams (Hamba Matahari). Kerajaan ini bendiri sejak abad ke-10 SM yang kemudian terkenal dengan kemakmurannya, karena memilki dua kebun yang sangat subur karena mendapat aliran dari bendungan ‘Arim yang dibangun pada abad ke-8 SM oleh raja Saba’ bin Yasjub. Namun karena kekufurannya Allah menghancurkan bendungan itu, dan kekeringan dan kelaparanpun melanda kaum Saba’. Allah mengabadikannya dalam surat Saba’ ayat 15-17, yang artinya: (15). Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". (16). tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar[1236] dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr (17). Demikianlah Kami memberi Balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.

Allah juga menjelaskan pula kehancuran kaum Nabi Luth dikarenakan oleh kehancuran ahlaq atau moralnya, dikarenakan menyukai sesame jenis yang telah dilarang oleh Allah. Dan Hari ini kita melihat pula lahirnya komunitas yang serupa LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) di negeri ini. Akankah merosotnya ahlaq atau moral yang telah melahirkan penyakit yang mematikan AIDS, dan sejenisnya di dunia Barat harus dilegalkan di negeri tercinta ini? Bahkan kita tahu ada pula seorang muslimah yang telah bergelar Prof DR di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Muslim melakukan penafsiran untuk melegalkan tindakan serupa? Bukankan sudah jelas betapa sejarah yang menimpa kaum Nabi Luth dan bangsa-bangsa Barat?

Moral Force, kekuatan moral inilah yang harus dibangun di masing-masing kita baik secara pribadi dan komunal. Membangun ahlaq atau moral adalah keharusan asasi bagi kita semua. Maraknya korupsi, bukan karena kebodohannya! Melainkan lebih karena factor ahlaq. Maraknya kekerasan terhadap wanita dan anak-anak juga bukan karena kebodohannya, melainkan juga karena factor ahlaq (mora). Sebaliknya keberhasilan seseorang dalam berbagai jabatan tinggi yang bertahan lama, juga bukan karena kepandaiannya! Melainkan karenan ahlaq atau moralnya. Memulai lebih baik dari menunggu kehancuran! Dengan membiarkan menurunnya moral bangsa berarti membiarkan suatu kehancuran, dan memperbaiki mulianya moral bangsa adalah kejayaan bangsa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan Pak Yazid gak nyambung sama photonya. Saya kira cerita tentang poligami. Hehehe bercanda pak.

29 Apr
Balas

itu barusan anak anak pentas hadrah di kecamatan, nyari lainya gak kena-kena

30 Apr
Balas



search

New Post