M.YAZID MAR'I, M.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Persekongkolan Jahat

Persekongkolan Jahat

Hampir sehari semalam suaminya tak kunjung jua pulag. Rupanya aktivitas seharian yang padat membuatnya tertidur, saat menidurkan putrinya. Ia baru terbangun begitu pintu rumah diketuk agak keras. Dalam pikirannya suaminya tidak pernah mengetuk pintu hingga sekeras itu. Sembari menghampiri puntu, ia menyempatkan melihat jam dinding yang bertengger dikamar, agak sedikit kabur namun cukup jelas terlihat menunjukkan angka 3. Artinya suaminya pulang jam 03.00 dini hari.

Melihat suaminya yang begitu capek, karena seharian harus melaksanakan amanat Partainya, iapun mempersilahkan suaminya untuk istirahat, dan tanpa sedikit bertanya ada apa, mengapa pulang semalam ini. Bukankan suaminya berangkat sejak pukul 06.00 pagi kemarin. Shalehapun segera meneruskan aktivitas sehari-harinya, tahajjud, memasak, mencuci. Namun karena adzanpun subuhpun tak membuat suaminya bangun, iapun ahirnya terpaksa membangunkannya. Mas …. Mas…, bangun …. Subuh! Adipun kaget, tampaknya ia tidurnya hari ini pulas sekali, hingga subuhpun tak terdengar. Adipun segera mengambil air wudhu dan sholat subuh, khwatir kedahuluan matahari terbit.

Aktivitaspun berjalan seperti hari-hari sebelumnya, mandi, sarapan pagi. Tapi karena hari itu hari ahad, kebiasaan mengantar anak-anak ke sekolah rupanya harus digantikan dengan mengantar anaknya ke rumah temannya untuk kerja kelompok, memenuhi tugas gurunya untuk membuat madding. Selepas mengantarkan anakknya iapun segera pulang, karena rupanya capeknya belum juga reda. Beberapa saat kemudian, istrinyapun mencoba menanyakan prihal seharian suaminya tidak pulang kemarin. Mas! Ada apa tampaknya serius banget, hingga jam tiga malam baru pulang? Adipun memberikan jawaban agak ketus, rupanya peristiwa seharian kemarin masih terbawa hingga kerumah. Rupanya harga kejujuran hari ini begitu mahal dik. Bagaimana saya tidak marah, Saya susah-susah mendokumentasi perihal kerajinan Bojonegoro, wisata Bojonegoro …. Hampir sebulan. E …. Begitu saya mendengar dana yang rencana diinvestasikan untuk masyarakat yang punya kerajinan itu turun, tiba-tiba dibagi-bagi untuk beberapa orang pengurus, padahal saya sudah janji kepada masyarakat jika turun nanti akan segera kami soialisasikan penggunaanya, dan kami sampaikan kepada mereka, dan beberapa kelompok masyarakat itu sudah tanya kepada saya. Rupanya itu yang membuat orang-orang itu mencabut kembali surat pernyataan ketidak percayaan. Dulu ia ke masyarakat bersama sama mengantar dan mengambil surat ketidak percayaan itu, ternyata iapun yang mencabut dan mengambilnya kembali pernyataan itu. Sudah … sudah tidak ada lagi yang bisa dipercaya Absurt!

Shalehapun dengan hati-hati menimpali, Mas! Pun mboten sah dipikir (Sudah tidak usah dipikir). Wit riyen kulo pun matur, jenengan medal mawon! (Sejak dulu saya sudah bilang keluar saja dari partai)! Adipun masih menjawab pertanyaan istrinya dengan sangat keras, rupanya peristiwa pada rapat partai kemarin masih menyisa di dadanya. “Gimana saya tidak memikirkan! Bagaimana saya harus keluar. Dahulu awal mendirikan partai, Aku hampir-hampir tidak pernah istirahat, siang malam aku harus ke kecamatan-kecamatan untuk meyakinkan orang-orang agar percaya padai partai. Dan akupun telah menepis pandangan banyak orang tentang partai, politik, orang partai, orang politik kotor. Aku tepis semuanya. Partai yang kita didirikan ini berbeda, jauh berbeda! Orang-orang di partai ini berbeda tidak seperti yang dituduhkan oleh orang-orang, sewmuanya amanah. Kita punya cita-cinta Indonesia sejahtera, kita punya cita rakyat makmur. Aku tidak akan keluar, prestise itu, kecuali aku dipecat, itu lain soal.

Shalehapun segera pura-pura kebelakang untuk ambil piring, alasan inilah barangkali yang mujarab untuk sementara meredakan ketegangan atas masukannya terhadap suaminya. Adipun menjawah gih monggo (ya silahkan).

September 2004, rupanya peristiwa yang sempat mengganggu pikiranya dua bulan itupun terulang kembali, saat harus menetapkan nomor urut calon legislative. Persekongkolon jahat menurutku. Orang-orang yang baru seumur jagung masuk partai ditempatkan nomor urut wahid (awal), sementara orang-orang lama yang berjuang di partai, pendiri di partai ditempatkan dinomor buncit (terakhir). Adipun menolak menandatangani berkas pencalonan itu. Sehari usai peristiwa itu, saat Adi sedikit melepas lelas sehabis mengajar dimadrasah yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya, bacaan alqur’an telah mengantarkanya menerima sepucuk surat dari partainya, dibukanya, kemudian dibacanya. Surat dari Partainya Nomor: 192/PN/IX/2004. Perihal: Pemecatan Saudara Adi dengan tidak hormat. Alasan pemecatan: memecah belah partai dan menghambat program partai.

Luar biasa! alasan yang sangat rasional untuk secepatnya memecatku, gumam Adi. Rupanya orang-orang itu telah melupakan semua jerih payah selama ini, rupanya orang-orang itu lebih penting mengorbankan orang lain untuk kepentingannya sendiri. Alhamdulilah ya Allah Engkau telah mengakhiri. Semoga peristiwa ini tak akan terulang lagi di partai ini, dan negeri ini. Semoga ini adalah pilihan terbaikmu Ya Allah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post