Naila N

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebuah Mimpi dan Cita-cita

Sebuah Mimpi dan Cita-cita

Sebuah Mimpi dan Cita-cita

(Oleh : Naila Nur Aini)

Sejak kecil, saya senang sekali pergi ke rumah sakit melihat dokter yang memeriksa pasiennya, melihat perawat yang sibuk kesana kemari, wangi rumah sakit yang khas, alat alat canggih di ruang operasi dan hal hal lainnya. Bagi saya semua nakes itu sangat hebat, saya sangat terkesan kepada mereka semua. Saya bercita-cita menjadi dokter. Saat saya masih kecil saya suka sekali bermain dokter dokteran menggunakan boneka sebagai pasienya, dan saya suka meminjam alat dokter kepada ibu saya saat ada kegiatan posyandu di rumah saya. Pada saat saya duduk di bangku Taman Kanak-kanak saya pernah mengikuti pelatihan dokter kecil, saya sangat senang sekali, saya bisa merasakan menjadi seorang dokter.

Setelah saya duduk di bangku Sekolah Dasar saya suka membaca artikel-artikel atau menonton video yang membahas tentang dokter, dari beberapa artikel yang saya baca bahwa saat SMA nanti biasanya yang menjadi dokter itu jurusan IPA, setelah saya mengetahui itu, saya mulai belajar untuk menyukai pelajaran IPA dan Matematika. Saya juga selalu bercerita setiap pulang sekolah kepada ibu saya bahwa saya ingin menjadi dokter. Jadi, ibu saya suka sekali memanggil saya dengan sebutan “bu dokter”. Saya menjadi semangat untuk terus belajar, supaya bisa menjadi dokter.

Di suatu hari, saya ingin sekali mengenakan jas dokter, pada akhirnya saya meminta ibu saya untuk membelikan saya jas atau kemeja dokter. Ibu saya membelikan saya kemeja putih persis seperti milik dokter. Saya mempunyai ide untuk membuat name tak dari kertas seadanya bertuliskan “Dr. Naila Nur Aini, Sp.A” dengan bantuan google. Saya juga membuat buku pasien dengan menggunakan kertas-kertas bekas, yang disatukan kembali, setiap hari saya selalu bermain dokter-dokteran sepulang sekolah.

Saat saya sudah melanjutkan pendidikan di MTs, terkadang saat berkumpul bersama keluarga, keluarga saya membicarakan tentang saya akan kuliah dimana nanti, menurut saya itu terlalu dini untuk dibicarakan, karena saya masih tidak mengetahui tentang dunia perkuliahan. Namun, saya bilang bahwa saya ingin menjadi dokter, dan Alhamdulillah mereka semua mendukung saya. Saya berusaha untuk terus semangat belajar, apalagi saat saya kelas 7, terhalang oleh corona, yang menyebabkan harus belajar secara daring. Namun, saya tetap belajar dengan sungguh-sungguh dan melawan rasa malas. Saya juga mengikuti webinar tentang donor darah, memang saya tidak terlalu mengerti saat itu, namun dengan senang hati saya mengikuti webinar itu untuk menambah wawasan.

Kelas 9 adalah masa-masa akhir, dan bagi saya kelas 9 adalah masa dimulainya berjuang menggapai cita-cita. Di kelas 9 ini saya harus lebih giat belajar dan meningkatkan nilai nilai supaya bisa diterima disekolah lanjutan impian saya. Saya juga browsing tentang universitas-universitas untuk fakultas kedokteran dan saya berimpian untuk bisa kuliah di fakiltas kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Namun, terkadang saya juga berpikir, apakah bisa saya menjadi dokter ? saya yang takut dan pusing saat melihat darah, dan saya yang juga sering malas belajar, saya juga tidak sangat pintar dan mudah lelah. Setelah saya melihat penjelasan tentang kedokteran, menjadi dokter itu tidak mudah. Waktu kuliah yang lama sekitar 7 tahun pendidikan, materi yang dipelajari sangat banyak, butuh perjuangan yang sangat besar dan juga biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, belum lagi biaya lain lain seperti kost, biaya hidup, karena di luar kota. Memang, sebenarnya belum waktunya memikirkan itu, namun setelah mencari tahu lebih awal, saya bisa mencicil untuk belajar materi materi di SMA atau materi yang nantinya akan di pelajari di perkuliahan nanti, saya juga selalu mencari kata-kata motivasi, dan video video sharing dari para mahasiswa fakultas kedokteran. Mereka bilang menjadi dokter itu tidak harus pintar saja, namun yang terpenting harus rajin. Dengan melihat video-video seperti itu, saya bisa mempersiapkan, dan menananmkan kebiasaan-kebiasaan yang baik tersebut.

Saya memegang prinsip “jika tidak terlahir dari keluarga dokter, maka pastikan keluarga dokter terlahir darimu” menurut saya itu adalah prinsip yang sangat bagus. Alasan lain saya ingin menjadi dokter adalah ingin mengangkat derajat keluarga saya. Saya mempunyai pilihan lain apabila memang tidak ditakdirkan menjadi dokter, saya ingin saya berkuliah di fakultas kesehatan, mungkin keperawatan atau ahli gizi.

Selain itu, saya juga berpegang pada DUIT (Doa, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakkal) saya mendapat ilmu itu pada saat saya Sekolah Dasar, namun saat itu saya belum begitu paham, sehingga saya tidak menjalankannya. Namun sekarang saya sudah mulai mengerti. Semuanya akan berjalan lancar, apabila kita selalu melibatkan Allah Swt. tidak ada yang tidak mungkin apabila kita mau berusaha.

Semoga impian-impian kita bisa terwujud ya, Aamiin ya Rabbal Alaamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

14 Jan
Balas

Mantap ulasannya keren

14 Jan
Balas



search

New Post