#TantanganGurusiana Hari Ke 79

ASA

Sudah dua kilometer Indah melakukan perjalanan kaki menuju rumah kakaknya di desa sebelah. Dengan keyakinan Kakaknya mau membantu kesulitannya. Kalau saja Kakaknya tidak dapat membantunya, pastilah Husni putus sekolah. Sesekali air mata Indah menetes dan ia menghapusnya dengan ujung bajunya. Indah tidak mau meratap terus menerus, ia merasa inilah usaha yang terakhir harus ia lakukan demi husni.

Ayah husni baru 2 bulan lalu meninggal dunia karena gagal ginjal. Indah bekerja ke kota sebagai asisten rumah tangga, untuk membiayai pengobatan ayah husni dan juga sekolah husni. Indah tidak peduli tubuhnya lelah, yang terpenting anak dan suaminya. Namun malang tak dapat di...untung tak dapat diraih, ayah hisni wafat sebelum sempat melakukan cuci darah, Indah berhenti bekerja dan pulang ke kampung untuk merawat husni. Tak ada lagi harta benda yang tersisa, uang tabungan hasil bekerja pun telah habis, itulah sebabnya Indah menuju rumah kakaknya untuk meminjam uang.

"Kamu kira kita bank ya, bisa kasih kamu uang terus, bank aja ga seperti itu banget", ujar istri iparnya. "Iya Kak, maafkan Indah, kalau bukan karena untuk urusan sekolah Husni, saya tak akan berani merepotkan Kakak seperti ini. Kali ini aja Kak, nanti kalau sudah ada penggantinya, akan segera saya bayarkan", mohon Indah lagi. "Kamu mau bayar pakai apa Ndah, buat makan sehari-hari saja kamu sudah tidak bisa, apalagi mau bayar uang saya. Kali ini saya pinjamkan, supaya kamu cepat pulang, aku sudah tidak ingin lihat wajahmu lagi dan ingat ya, aku beri waktu 6 bulan, bila tidak kau bayar juga, rumah mu akan aku ambil", ujar Kak erna dengan setengah marah. "Ya ampun Kak, masa untuk uang bayaran husni saja jaminannya rumah, kita kan saudara Kak, masa tidak percaya sama saya Kak", rajuk Indah. "Saudara macam apa? kau datang ke sini saat kau sulit, itu kau bilang saudara. Mau tidak aku pnjamkan? ", tanya Kak erna sambil berdiri. "Iya Kak, saya mau pinjam, akan saya usahakan sebelum enam bulan sudah kembali", jawab Indah. "Ingat, ingat yaaa... nanti saat kau kembalikan uangku, lebihkan 25%", tambah erna dengan ketus. Indah hanya bisa menitikkan air matanya, "besar sekali 25%... ya Allah, bantulah hamba untuk mengembalikan uang ini secepatnya..", doa Indah dalam hatinya.

"Husni, kau belajar sungguh-sungguh Nak, supaya kau jadi anak yang berhasil, tidak susah seperti ayah dan ibu ini. Belajar yang giat, membantu orang tua, membantu orang di sekitarmu, hormati gurumu Nak, sayangi temanmu, InsyaAllah kau akan jadi manusia yang berhasil kelak. Kebanggaan kami Husni", nasehat Indah sambil memeluk Husni. "Iya Bu, Husni akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar dan belajar, maafkan Husni sudah merepotkan Ibu. Terima kasih ya Bu", jawab Husni sambil memeluk Bundanya. "Husni, besok ibu akan ke sekolah, menyelesaikan semua urusanmu dan ke pasar untuk membeli segala keperluan belajarmu, juga bekal untukmu di rumah. Ibu akan pergi lagi ke Jakarta ya, untuk membayar hutang Ibu kepada Teh erna, kamu kan sudah besar, bisa mengurus dirimu sendiri. Bisa kan Husni?", tanya Indah sambil mengusap kepala Husni. "InsyaAllah bisa Bu, Ibu nggak usah khawatirkan Husni, kalau ada sesuatu yang berat Husni bisa minta bantu Uwa Elis", jawab Husni.

"Baiklah ibu akan bersia-siap dulu ya, kamu lanjutkan belajarnya lagi ya", ujar Indah kepada Husni.

Bersambung ......