Nanang nurrochim

kajian risalah senja...

Selengkapnya
Navigasi Web

kumpulan cerpen ''Nada senja''

‘’nada senja’’

(kumpulan cerpen)

DAFTAR ISI

1. Kata pengantar~

2. Nada senja~

3. Nasehat sang captrain~

4. Eterngolden (part 1) ~

5. Couple golden (part 2) ~

6. Kita pelupa abadi~

7. ‘’Apa aku izarelmu?’’~

8. Petaka sendu berpayung biru~

9. Pada pembotakan terakhir~

10. Nasehat lama (jahhid fitrah) ~

11. Sepatu ayah (jahhid fitrah) ~

12. Manhattan police (dimas dwi) ~

13. Arti pengorbanan~

14. Belati merpati~

15. Kang santri~

16. Surat bertahan~

17. Halte saat hujan (arrizal ocha) ~

18. Sang pengejar pelangi (arrizal ocha) ~

Kata pengantar

Segala puji bagi allah S.W. T yang telah menciptakan manusia yang dibekali akal untuk berfikir, mata untuk metihat, dan telingan untuk mendengar. yang telah memberi kita nikmat hidup. astaga, benar begitu indah hidup ini. alangkah eloknya allah menata kehidupan ini dengan begitu dinamisnya, tapi sayang manusianya saja yang selalu mengedepankan ambisi dan kemauannya saja untuk terus mengexploritasi arti kehidupan ini. astaghfirullah. Shalawat serta salam tak henti kita ucapkan semoga dapan menolong kita di akherat kelak. „‟jika kau ingin mengenal dunia, maka membacalah. jika kau ingin dikenal dunia maka menulislah.‟‟ucapa terima kasih tak henti saya ucapkan untuk teman-teman yang selalu men-support saya dalam berbagai hal. jahhid & dimas dan ocha (yang bersedia menyumbangkan cerpennya), untuk semua guruku, dan yang terpenting untuk kedua orang tuaku yang telah memberi kehidupan

„berarti‟ bagi anak ini dan untuk. akhirnya, kumpulan cerpen ini bisa terbit. awal langklah yang akan membuka 1001 masa depan yang cerah, amin.

Salam kangen juga buat teman-teman yang lagi lulusan di walisongo, buat „dia‟ dan orang-orang dirumah. semoga dengan adanya buku ini dapat membantu kalian mengerti makna arti hidup yang sesungguhnya. membuka cakrawala tentang pengetahuan.

Kampung damai, 1 syawwal 1439/juli

2018

NUR ROCHIM

buku ini kupersembahkan untuk keluarga;kakak, ibu. semua.dan untuk kawanku disana yang sedang wisuda;alwi,

izul. Dwi ifah.dan yang lainnya yang tak

mungkin kusebut satu-satu.dan untuk para pembaca, semoga kalian bisa mengambil setiap makna dari cerita ini.apabila ada kesamaan tokoh, itu hanya kebetulan yang

disengaja. Selamat membaca..!!

tumpukan ikan.aku tersenyum getir.tapi kali ini berbeda.tak ada lagi ayah, ibu.satu kertas Nada SENJA masih kupegang ditangan kiriku.sementara

tangan kananku sibuk menarik koper yang berisi semua kebutuhan kuliahku.sesekali aku

Daun-daunkecil yang basah berterbangan dibawa angin dingin. Tidak hanya itu, ranting lapuk. Bunga-bunga dan daun-daun ikut terbang menari olehnya. Bau tanah petrikot begitu menyengat. Membawa hirupan rasa lega.langkahku menyusuri tiap jengkal papan kayu didermaga ini.10 tahun terakhir dermaga ini telah pesat pembangunannya.yang kini telah menjadi pelabuhan kota kedua.ingataku langsung tersambung kenangan 10 tahun silam bersama almarhum ayah, mendengar nasihatnya di tengah sepit yang penuh

melihat gerbang kedatangan.tapi „dia‟ tak kunjung datang juga.padahal seharusnya dia tahu hitungan menit aku harus segera menaiki perahu besar yang akan membawaku ke kota ibukota.aku memutuskan duduk sejenak mencoba mengingat kenangan lama.nostalgia bersama ayah dan awal pertemuanku dengan

„dia.tentang kenangan 10 tahun silam

***

“Nak! Sarapannya di meja. Ibu sudah siapkan tadi”, teriak ibuku di dapur sembari terdengar suara panci-panci dicuci.

Aku tidak menjawab. Aku masih asyik di depan kaca lemari. Ini-itu berganti gaya rambut sesekali aku celupkan ujung jempolku pada minyak jelantah lalu kugosokkan pada rambutku lagi. Sudah tiga hari aku seperti ini. Melihat gaya yang cocok untuk rambut lurusku. Akhirnya aku menatap di tatanan terakhir. Kurapihkan sedikit celana, baju, dan dasiku walau sudah lama tidak diganti. Warna yang tadinya putih biru kini terlihat seperti kuning biru. Tapi tetap, aku merasa akulah cowok ganteng. Apa mungkin aku terlalu berkhayal?tidak..

“ribut! Cepat makan! Kamu ujian loh!”

Kali ini ibu berteriak lebih ringan dan terdengar panci-panci itu mulai ditatanya. Aku sudah merasa pe-de. Kuambil tasku, kutebarkan senyumku, aku merasa senang pagi ini. Karena sekarang ujian dan aku telah siap sempurna. Akan kubantai soal-soal ujian nanti. Derap langkahku dibarengi suara decitan kayu rumah susunku. Kuambilkan kursi dari kayu itu. Lalu kusandarkan diri menatap sarapan di meja, sepiring nasi putih dengan toples garam di sampingnya. Yah, memang seperti inilah hampir setiap hari makananku. Terkadang hanya ubi atau singkong dari kebun nenek. Tapi setidaknya sekali sepanen aku cicipi ikan teri hasil borongan ayahku, hasil dari kerja dengan tauke besar. Walaupun tidak banyak, tapi cukup untuk sekedar pencicip makanan laut. Adalah lima menit kuhabiskan sarapanku begitu enak bagiku, sampai-sampai wajahku berkeringat. Tidak sadar ibuku berdiri di belakangku menatapku gemulai. Di tanganyanya kain lap yang masih dipegangnya, lalu ia mengelus-elus rambutku. Beberapa detik kemudian, wajahnya berubah terlipat seraya ia cium tangannya yang digunakan untuk mengelus rambutku.

“Kamu pakai minyak jelantah lagi toh?”

Belum selesai ia dapatkan jawabku, aku berdiri meraih tangan ibuku. Mana kupeduli bau minyak jelantah, yang penting aku agak mirip teman-temanku yang di kota berambut klinis. Kuraih tangan ibuku, aku cium tangannya, lalu sekejap aku lari keluar seraya mengucap salam terbirit-birit.

“Assalamu‟alaikum Bu! ribut berangkat.” “Wa‟alikum salam Nak! Hati-hati!” ibuku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum simpul. Ia melihatku sampai pintu. Saat aku melirik ke belakang, ia melambai-lambai kepadaku.

Pukul 05:59 masih terlalu pagi untuk mereka yang di kota. Tapi bagiku, ini kurang dari cukup. Bagaimana tidak? Setiap hari perjalanan ke sekolahku tidaklah mudah. Aku harus menempuh 1 kilometer untuk menuju dermaga. Terkadang aku harus menunggu kapal untuk menyebrang. Tapi, terkadang kalau aku beruntung, ayahku pasti sudah siap menunggu di dermaga menungguku, terkadang pula aku harus satu kapal dengan bawaan orang, bahkan tak jarang aku menunggu sampai jam 06:30 hanya untuk menyebrang. Sungguh perjuangan untuk menyebrangi Kapuas ini. Setelah penyebrangan Kapuas, aku harus kembali berlari. Ya pasti aku berlari. Jarak tepi sampai sekolah sekitar setengah kilometer. Itupun harus kulewati jalan setapak kecil. Semua itu tidak sanggup terbayang. Aku hanya menjalaninya saja setiap hari.

Langkahku begitu riang menyusuri jalan kampungku. Asap embun pagi masih terlihat jelas mengepul di antara rumah susun warga. Mataku melirik sana-sini mencoba menyapa mata yang ada. Kulihat Pak Sihol yang kali ini berlari-larian menangkap ayam jago-nya. Pak Alex pun (satu-satunya tukang bengkel di kampung) sudah terlihat berjibaku dengan motor dari warga. Aku hanya tersenyum melihat mereka. Sebuah keunikan tersendiri di kampung tempat kelahiranku. Aku memang sengaja santai. Aku sudah tahu ayahku pasti sudah menunggu di pinggir dermaga. Dua hari yang lalu, sebelum ia pergi melaut, ia berjanji akan siap di dermaga untuk mengantarkanku. Akhirnya langkahku tiba di tepi dermaga. Kulirik sekitar seraya kujinjitkan kakiku, pandanganku menerawang sekitar, hanya ada satu kapal di sana, itupun terlihat penuh dengan kotak-kotak. Tiba-tiba kepala ayahku muncul dari balik kotak-kotak itu. Lalu ia melambai seraya tersenyum kepadaku. Langsung tanpa berpikir dua kali aku berlari padanya lalu kucium kedua tangannya seraya kudekap pelukannya.

“Yah, kapan pulang?

“Nanti siang nak! Nanti ayah jemput lagi. Kita pulang bareng Nak. Oh, ini lihat tangkapan ayah! Banyak.” Ucap ayah seraya menepuk tumpukan kotak-kotak itu. Ayahku menarik mesin sepit, perahu melaju ke depan. Suara gemuruh dari mesin sepit seolah menjadi kicauan burung di pagi ini, kutatapi ayahku. Ia memilih berdiri seraya memegangi mesin sepit. Rambutnya menari-nari bergoyang karena tiupan angin. Gelembung-gelembung di kapal terus menyembul ke atas. Kapal pun membelah sungai Kapuas. “Bagaimana but, dah siap ujian belum?” tanya ayahku membuka percakapan. Aku hanya tersenyum lalu menatapnya.

“Pasti lah ayah. Tadi malam ribut sudah membaca. Jangankan soal, jika ditanya guru pun ribut akan membabat tuntas. Hehe!”

Ayahku sekejap tertawa bersamaku, dan tangannya ia daratkan di rambutku. Lalu ia mengelus-elusku.

“Hebat Nak. Ayah bangga padamu.”

Kenangan saat kenaikam kelas dulu tentu masih terngiang di benak ayahku. Saat dia mendapat surat dari sekolah bahwa diriku termasuk siswa berprestasi di kelas, ranking satu, apalagi di sekolah standar terbesar di kota. Sejak saat itu, ibu dan ayahku memberiku perhatian lebih, makan setiap hari hanya nasi garam dan terkadang singkong atau ubi, tapi sekali sepekan kudapati meja makan ada lauk spesial, ikan teri yang disiapkan khusus untukku. Walau setelah itu, kutahu ibu dan ayah tidak memakannya. Mereka hanya “berlagak” untuk membuatku senang. Ya begitulah orang tua. Selalu ingin yang terbaik bagi anaknya, walau sampai harus berkorban. Adalah sekitar sepuluh menit perjalanan menyebrangi Kapuas ini. Terasa amat sebentar karena kami terhanyut dalam gurau dan tawa. Perahu sepit ayahku mulai merapat ke dermaga. Gerakan ayahku mulai mematikan mesin sepit. Spontan gelembung-gelembung yang menyambut ke atas serta suara gemuruh sepit mengurang. Perahu ayahku sudah dekat menempel di dermaga seberang itu.

“Sudah sampai Nak!” ujar ayahku sementara tangan kanannya meraihku membantuku naik. Lalu aku tersenyum padanya dan berkata,

“doakan ribut Pak! Semoga lancar.” Ayahku langsung membalas senyumku lalu tangan kanan-nya ia tempelkan di wajahku, aku mencium tangan ayahku.

“Pasti Nak. ribut pasti terbaik. Oh iya, kok ribut lupa sih!”

Lika-liku gerakan ayahku membuka tas bagian depan mengambil topi dan dasi yang sudah jadi, lalu ia memasangkannya padaku. Aku sedikit merapihkannya. Aku pun tersenyum malu, baru kusadar aku lupa memakainya.

“Gimana sih but? Katanya sudah kelas tiga SMP?” gurau ayahku senyum menepuknepukku. Aku hanya tersimpul malu.

“Sudah sana berangkat! Nanti siang ayah jemput lagi. Ok!”

Aku langsung beranjak melompat ke dermaga, lalu kulambaikan tangan serta mengucap, “hati-hati Pak! Assalamu‟alaikum.” “Wa‟alaikumsalam”, jawab ayahku seraya menghidupkan mesin sepit. Suara gemuruh mulai terdengar lagi. Aku langsung mengambil nafas dalam-dalam manatap ke depan, sekaranglah saatnya yang kutunggutunggu. Perjuangan kedua setelah Kapuas, yang akan membuat bajuku basah karena mandi keringat. Saatnya aku berlari. Ya, aku siap berlari. Aku menarik nafas lagi, lalu berteriak kencang dan mulai berlari sementara kedua tanganku aku cantolkan pada ikatan bahu tasku. Aku telah mulai berlari.

Kicauan burung di antara barisan pohon tak beraturan begitu nyaring menggema. Matahari pun belum sampai menusuk bebarisan pohon ini. Langkah lariku di antara jalan setapak berukuran lebar 1,5 meter ini begitu lungsut. Aku sangat hafal jalan ini. Sudah hampir tiga tahun aku melakukan ini. Dari dermaga kayu seberang tadi, sekitar jalan setapak 150 meter dengan pepohonan khas Borneo tertata tidak rapih di kiri-kanan jalan setapak tadi. Lalu, setelah kulewati jalan setapak tadi, aku harus bertemu jalan aspal yang akhirnya akan bertemu perumahan orang pinggir kota, lalu aku berjalan ke pertigaan mengambil jalan kiri dan kudapati sebuah lapangan sepak bola. Nah, di belakang lapangan itulah sekolahku. Oh iya, aku lupa. Satu hal penting bagaimana bila cuaca hujan, apakah aku tetap sekolah? Jawabannya tidak. Tapi tidaklah aku hanya berdiam diri di rumah, berbaring di atas kasur, bersantai-santai, tidak. Tapi malah perjuangan lebih keras. Aku harus pergi ke kantor kelurahan dengan mantel pinjaman dari tetangga sebelah atau memakai payung antik warisan nenekku. Di sana aku harus menunggu Pak Lurah untuk sekedar meminjam handphone-nya, karena masih minim di sini orang yang mempunyainya. Aku harus menelepon pihak sekolah atau ke guru bagian konseling (BK) lalu kusampaikan bahwa di daerahku hujan, dan terkadang mereka langsung memahaminya dan terkadang tidak. Tetapi mulai setahun lalu, aku bersyukur karena Pak Roni guru BK sekolahku ternyata adalah teman ayahku dulu, dan ia memahami keadaan kami. Maka tidak heran bila aku meneleponnya, ia pasti tanpa ragu langsung memberikan izin. Tapi setelah itu, permasalahan timbul lagi. Bagaimana aku harus membayar pulsa di handphone Pak Lurah? Dengan memasang muka melas, aku meminta maaf atas ketidak sanggupan dan aku siap melakukan apapun untuk menggantinya. Maka Pak Lurah tentu memasang muka terlipat seraya tangannya ditekuk dan mengelus-elus janggutnya. Setelah itu, dengan maafnya, aku diminta untuk mencuci piring membantu pekerjaan rumah beliau. Sampai-sampai aku harus mencari rumput untuk kambing-kambingnya. Tapi tak apa, ini kuanggap pengganti pelajaran di sekolah dengan tingkat perjuangan yang sama.

Sudah sekitar satu menit lalu, setapak lari kakiku sudah sampai di jalanan aspal. Matahari sudah terlihat naik, hingga menyinariku seakan-akan ia memberiku sinar semangat dan terus menyorakiku,”Ayo! Ayo!” aku merasa jalanan ini begitu lengang, maklum jalanan ini adalah jalanan alternatif menuju pelosok Borneo. Saat keringat terasa telah bercucuran, entah berapa tetesnya yang jatuh ke tanah. Walau sesekali aku elap dengan tanganku, kurasa juga pundakku mulai basah, hingga terasa membasahi bajuku. Aku sadar, langkahku sudah sampai perumahan orang pinggir kota,disinilah aku menenangkan diri sejenak,mencoba bernafas stabil sementara kedua tanganku memegangi lutut kewelahan,tak sampai hitungan menit aku berdiri mulai melanjutkan perjalanan,disinilah‟‟kebejoan‟‟-lu akan teruji, terkadang jika banyak angka menit yang belum sampai jarum pukul 07 pagi,bisa dipastikan teman sekolahku akan Cuma-Cuma menawari tumpangan,tapi kembali pada faktor pertama,keberuntungan,dan hari ini tepat,seolah tuhan memberkati setiap jalan ribut,disaat silau mentari mulai menghangatkan ,bahkan memanaskan tubuhnya, dia lirik arah jam 06 sepeda motor melaju saling berdempetan diatasnya 2 pemuda dengan seragam serupa,sepertinya mereka saling bercanda serambi berkendara,hingga mereka satu meter dihadapanku,aku tersenyum melambai-lambai mengharap keberuntungan terjadi,dan benar,mereka berdua serempak membuka kaca helm dan melirikku lalu berhenti tepat dihadapanku,mereka berdua si kembar jonojoni.

„‟ribut...? ayo naik, !!udah mau masuk nih...‟‟

Ajak jono dan joni mengiyakan ,tanpa fikir dua kali aku segera menaiki motor jono,langsung melesat diikuti joni setelahnya,gerakan kami saling bercanda maklum hubungan kami dimulai sebulan lalu,saat disekolah,kelasku dan si kembar bersebelahan maka tak heran kalo masalah muka mereka saling mengenal,dan tepat juga si kembar pergi ke kampungku,kesana-kemari bingung mencari sebuah alamat yang hendak ditujunya,saat tak sengaja aku lewat,mereka bergirang menyodorinya secarik kertas, ribut langsung menaikkan alis , mengerti, ternyata itu alamatnya bengkel pak alex,dengan senang hati , ribut pergi mengantarnya, mungkin hingga ini begitu berkenan dihati mereka. „‟loe udh siap ujian belum, but.?‟‟

Tanya jono yang kali ini dengan nada sedikit serius

„‟udahlah ...masak meremehkan rebut sih...hhe. he...‟‟

„‟oh, yaaku lupa, kau- kan ranking 3 pararel sekolah, gak ungkin gak bisa…‟‟

Kali ini jono bersungut-sungut padaku, dan aku hanya membalasnya dengan senyum simpul

Sepoi angin begitu silir, mulai memasuki pori kulit kami, dingin sejuk dirasa maka aku melebarkan tanganku, menikmati suasana, dan tak terasa gerbang seolah telah menyambut didepan, hiruk-pikuk suasana, saat jam kulihat, hampir saja telat, si kembar mulai memelankan motor dan memarkirkannya di satu tempat yang sama, bersama jajaran motor yang lain, si kembar melepas helm, sementara aku memegangi bajuku yang tadinya basah kini terlihat kering lagi, akibat terpaan angin tadi.

„‟jon, makasih banget ya, gua cabut dulu…‟‟

Ucapku pamitan sementara si kembar hanya melambai

Langkahku mulai menapaki koridor sekolah, suasana mulai sepi, mungkin karna mereka tahu sebentar lagi bel akan berbunyi, sampailah aku didepan kelas, saat kutatap wajah satu persatu lamat-lamat mereka serentak memasang wajah kebingungan, membolak-balik halaman dibuku, seraya menggaruk kepala yang tidak gatal, lalu dengan sopan, aku mengucap salam masuk dan duduk di mejaku, akan tetapi tak seorangpun yang menggubris kehadiranku, aku menghela nafas.

Raut wajah bingung mereka semakin memuncak disaat seorang separuh baya berpakaian ala dinas, berjalan penuh wibawa menuju kelasku, ditangannya sebuah tumpukan kertas-kertas yang berbeda-beda, dimuat dalam satu map rapi, saat ia tepat berdiri di pintu kelas dia menatap tajam seisi kelas, mulai berkoar

„‟oke...!!tutup semua buku!!taruh semua barang selain alat ujian diluar kelas‟‟

Benar, perintah lelaki ini sesangar wajahnya, seketika anak-anak beringsut takut, berbondong-bondong keluar menaruh tas dan buku, 1 menit setelahnya mereka sudah siap mengikuti ujian,

Pak guru pengawas melangkah mengambil posisi duduk mulai mengeluarkan isi map dan membagikannya rata, ketika semua siap mengerjakan ia kembali berkoar,

„‟ini ujian try out terakhir kalian, kok masih ada yang remidi ...fikirkan!!renungkan!!bagaimana ujian nasional kalian...faham...?‟‟

Dengan nada lemas kami menjawab,

„‟faham pak guru…‟‟

Pak guru pembantu datang, kali ini wajah dan penampilannya terlihat 2 kali lebih muda dan redup dimata,2 orang pengawas di kelasku, setelah bel tanda mengerjakan berbunyi, teman temanku menghembuskan nafas panjang, mencoba mengerjakan apa yang didepannya, bisa atau sebaliknya, di hari try our terakhir.

***

Matahari hampir di puncak kuasanya, awan putih terlihat mengepal besar-besar di langit biru, sepoi angin hanya lewat-melewati, tak banyak mengisakan arti, pohon cemara yang tertanam lama didepan kelas-pun terlihat mulai kering, walau semalam turun hujan, terlihat didahannya dan tangkai, burung kecil berdebu, diatas tangkai kecil berdebu.

„‟oke anak-anak kita akhiri try out kita ...semoga sukses di ujian yang sebenarnya...wa‟alaikum salam wr.wb.‟‟

Tutup pak guru sangar, serentak dijawab kompak oleh anak-anak, lalu mereka berbondong-bondong keluar, aku melamati jam lamaku, menunjukan pukul 09:30, waktu begitu panjang yang tersisa, biasanya aku akan pulang pukul 11 atau 12 kembali menyusuri perjalanan dan kalau beruntung akan disambut ayah didermaga,atau nelayan lainnya,tapi jika sekarang akan minim nelayan yang akan bersimpang.beberapa kali berfikir ,aku memutuskan pergi ke tempat perandaianku, dimana akan kulihat sang bidadari,atau aku akan tenggelam menelaah tumpukaantumpukan buku, dengan hembusan nafas berserah aku mulai melangkah menuju tempat perandaian, perpustakaan sekolah.

Saat tubuhku pertama menginjak lantai, harum bau air conditioner ala lemon menyerbak disetiap sudut ruangan, lagi hawa sejuk darinya memberikan kesan betah pada setiap mata yang disana, ruang perpustakaan itu cukup luas, sekitar 20 X 15 M2, didalamnya berjejeran puluhan rak buku lengkap berdasarkan klarifikasi, juga tak lupa puluhan kursi lipat, dan meja membaca tersedia disana, disini semua pengetahuan mulai membuka jendela, bebas mementukan arah, hanya satu yang dilarang, bersuara lantang. disinilah, tidak hanya tentang ilmu yang menjelit, tapi juga seseorang yang serasa memenuhi hati ku, tentang cinta.

Mungkin aku percaya cinta memang benar terjadi pertama didunia,adam dan hawa,seolah pencetus apa itu cinta,ratusan juta,atau milyaran cinta yang telah terjadi dimuka bumi,seperti yang kurasa sekarang,sebelum buku-buku kuambil, mungkin ini yang kesekian kali kulakukan, aku berjalan diantara 2 rak –rak lemari rak per-kulihat, tepat di rak sastra 1,rambut panjang yang gemulai,pawakan manis ala cina,berdiri anggun sedang memilah-milih buku disana,bukan main,dag-dig-dug dirasa,tapi ini baru memasuki step pertama,kini step kedua,aku berjalan memasuki rak sastra 2 ,dengan gugup aku mencoba mengendalikan diri,entah tak terhitung berapa kali cara ini kulakukan,karena yang diketahui rak sastra 1 dan 2 itu saling berhadapan hanya saja tertutupi tumpukan buku-buku,apabila buku diambilnya,terlihatlah celah disebrangnya, ini yang kumaksud, tapi setelah step terakhir dilakukan ,aku merapatkan alis kebingungan, mencari-cari ,dimana dia?tidak ada?

aku menundukan wajah, menghela nafas panjang, penuh tanda Tanya, aku bersumpah tak mungkin hal ini terjadi, aku telah menimbang semua, dan tiba-tiba...

„‟hei. putus asa ...caramu tidak berhasil, hmm?‟‟

Seketika aku mematung, mendengar suara yang begitu lembut syahdu itu, aku menelan ludah seraya membalikkan tubuh pelan-pelan, lalu mencoba memandang seseorang yang kini didepanku, berdegup, tidak. atau bahkan mengebom, hatiku melejit berjuta rasanya, dia diam tanpa kata, gadis yang kucari kini datang padaku sendiri.

„‟ayolah, aku bergurau saja kok.hhe. he…, eh, aku mau Tanya, boleh nggak...?‟‟ gadis didepanku tersenyum simpul memohon membantunya, aku hanya refleks Mengangguk, lalu bersuara lirih

„‟boleh.‟‟

„‟Kudengar kamu nilai tertinggi di pelajaran bahasa Indonesia kelas 9a yah...boleh ajari aku tentang bab yang satu ini, aku bingung...?‟‟ujar gadis dihadapannya seraya menunjukan halaman yang berbekas lipatan itu, aku membacanya pelan

„‟majas‟‟

„‟iya majas...bisa-kan? please „‟

Gadis didepannya semakin manis, hatiku meledak tak terkira, entah keberuntungan macap apa yang menempel pada diriku hari ini, dengan gerakan mulai menguasai diri aku menyambut bukunya dan mulai berceloteh panjang tentang majas.

Sampai berapa menit berlarut, entah tak terasa, sesekali kami saling bercanda kecil, hingga membahas sana-sini, hingga mengingatkanku, pukul 11 waktunya pulang.

„‟jadi gitu majas...faham?‟‟ Akhir celotehku...

„‟oo...iyadeh, tapikan belum semua yang kamu jelaskan‟‟

Wajahnya terlipat seraya menunjukan sisa halaman yang belum terjamah,

Tapi tetap apa jua, waktu telah menuntutku, waktunya berpamit.

„‟maaf ya, udah jam 11 nih, aku mau pulang dulu, keburu sore nanti...‟‟

Okey, tapi janji esok ajari lagi, oke.?‟‟

Ucapannya begitu riang, sementara jari kelingkingnya ia hadapkan di depan wajahku, dengan senyum pula kubalas jari kelingkingnya simbol janji, wajahku tiba-tiba memerah.

„‟jangan lupa besok aku tunggu disini lagi.bye... ‟‟

Ucap terakhir gadis itu seraya berlari mengisakan bayangannya yang hilang di ujung pintu, aku berdiri melonggo, benarbenar tak disangka, bidadari yang selama ini kucari, apakan ini mimpi.? tidak tapi aku kembali ingat, saatnya pulang. itu awal pertemuanku dengannya.

***

” ribut tadi gimana ujiannya? „‟Tanya ayahku sambil memegangi mesin sepit, ia tidak memandangiku, asyik dengan pemandangan didepannya, aku tak menjawab, pikirku masih terlelap dilamunan, Tentang kejadian tak disangka yang terjadi disekolah tadi, sesekali aku tersenyum sendiri, dengan wajahku yang masih memerah.

“loh kok melamun kamu ribut, ada apa to...? kali ini ayahku memandangiku, sementara tangannya menebas tanganku, aku langsung terkaget.

“maaf pak, maaf alhamdulillah ribut tadi bisa mengerjakan semua materi dengan baik.

Ayahku tersenyum sinis kepadaku, kedua alisnya tertekuk. “ada apa dengan kamu ribut?”

“Hah, gak ada apa apa pah, anggit baik baik saja kok”

Tiba tiba ayahku menjauh dari mesin sepit, duduk didepan kotak kotak ikan disampingku, lalu ia hembuskan nafas panjang.

“cinta itu bagaikan coklat, memang manis, semua orang tau bahkan menyukainya, eh tapi jangan salah jika coklat itu banyak kamu makan, apa yang akan terjadi?‟‟ ayahku mengehentikan perkataannya, memandangiku sebentar kemudian memandang kedepan lagi. “kegemukan nak, dan segala penyakit yang akan masuk ketubuh kamu, cinta adalah kunci untuk menyatukan dunia, tapi kaetahuilah, cinta jenis apakah yang kamu maksud disini.”

Wajahku tertekuk, aku mulai bersungut sungut sudah tau kemana arah pembicaraan yang akan ayah sampaikan. “maksud ayah?” Tanya ku sambil mencoba menjawab pertanyaan ayah, ia tersenyum sejenak lalu dengan mantap ia memandangiku dan tangan kanan nya ia senderkan di atas pundakku.

“ribut wajar umur seperti kamu itu sudah tau tentang cinta, perasaan suka lah, tapi apa salahnya jika kamu menahan rasa itu. Ingat ribut, siapa dirimu? apa ayahmu? apa ibumu? perjuanganmu sampai SMP? apakah rasa cinta akan merusak semuanya, ingatlah nak, kita adalah kaum rendahan nak, hampir 75% orang-orang disekolahanmu itu orang kota...jauh, jauh derajatnya nak…‟‟seketika setelah itu ayahnku kembali mengotak-atik mesin sepit, meninggalkanku termenung bertanda Tanya bersama kotak-kotak ikan disesampingku.

„‟oh ya, sudahkah sholat dzuhur, ribut?‟‟tanya ayahku setelah beberapa menit termenung mencoba mengalihkan perhatiaan.

„‟sudah ayah, di masjid orang pinggir kota tadi.‟‟balas ribut datar

„‟itu ribut tengok, di samping kotak-kotak itu ada sebungkus nasi lebihan pemberian tauke, makanlah, kau pasti belum makan kah.?‟‟

Aku Langsung menolah kearah tempat yang ditunjuk ayahku lalu membuka perlahan nasi bungkus itu, aroma sambal ikan tercium wangi darinya, tapi apa benar ayah sudah makan? ia pasti juga belum makan, jangankan makan bersinggah saja belum, aku memilih berdiri dan melangkah ke arah ayah, seketika dahi ayah terlipat

„‟kenapa nak...?‟‟

„‟nggak yah, ribut ingin ayah temenin makannya, jadi bareng-bareng aja...‟‟

Ayahku menghela nafas sejenak, seraya mengelut bibir yang kering, lalu senyuman datang padanya, tanpa fikir lama aku menodohkan pada ayah dan mulai kami santap nasi bungkus itu bersama,

„‟yah, dari tadi kok nggak sampai-sampai, jauhkah? sudah mulai sore pula...‟‟tanyaku seraya mengemuti jari-jari yang penuh sisa nasi.

„‟ribut-ribut, tidakkah kau lihat aku tadi mengubah arah lajur sepit...? (ayahku menghela perkataannya seraya mencuci tangan di air) kita tidak langsung pulang, apa kau tak merasa dari tadi tumpukkan ikan-ikan itu, ayah harus mengembalikannya dulu ke tauke besar „‟

Aku hanya mengangguk mengiyakan. lalu memilih pembahasan lain

„‟yah,2 minggu lagi ujian praktek, aku takut kalau nggak lulus praktek yah, ayah bisa mengaji al-qur‟an?‟‟

Spontan ayahku tersengkal, mengulangi tanyaku‟‟apa baca al-qur‟an...?‟‟

„‟hmm…. ayah menyesal nak,‟‟kali ini nada ayahnya terdengar gundah

„‟dulu nenekmu, atau ibu ayah ingin menyekolahkan ayah di sekolah asrama islam, kalau tak salah pesantren namanya, tapi karna keegoisan ayah, ayah kabur memilih berdekolah di smp biasa, bersama anak-anak yang lain, agama jauh dari ayah nak, untung ayah bertemu dengan ibu kau…hmmm...maafkan ayah nak...‟‟

Terang ayahku seraya menyatukan tangan tertelengkup sedih, bernostalgia

„‟tetapi insyaa allah ibu tahu, dan bisa nak, dulu ibumu rajin ikut T.P.A…‟‟

„‟T.P.A. itu apa yah...?‟‟ Tanya balikku.

„‟taman pendidikan al-qur‟an, semacam tempat mengaji, tempat dimana anak-anak beriang-riang belajar agama dan al-qur‟an.‟‟

Aku hanya mengangguk-angguk mengerti, lalu ayah kembali tersenyum padaku, dan meraih pundakku, mulai berkata.

„‟ayah bangga padamu nak., nak ingat, selalu jadilah air yang selalu mengalir, selalu mengaliri, ayah yakin suatu hari nanti kau akan jadi orang besar, kalua kau ingin dunia. maka dapatkajn dengan ilmu. kalau kau ingin akherat maka raihlah dengan ilmu, kau ingin keduanya, dapatkan dengan ilmu...itu katakata yang selalu ayah ingat dulu dari guru ayah…hhe...he...‟‟

Celoteh ayahku, merasa senang, hari ini serasa penuh cerita, hari yang penuh kenangan dan keberuntungan. matahari sore itu juga hampir menyentuh ufuk barat, mega merah di ujung ufuknya seolah siap senang menyambut matahari datang, lalu ditambah kumpulan burung walet, gagak menari-nari disana, sungguh sunrise nan indah.

Suara mesin sepit yang membelah sungai Kapuas semakin terdengar nyaring, di depan mereka terlihat sebuah pangkalan besar, disana lah tempat orang-orang melelang, memesan, atau sekadar membeli ikan, itulah tempat sitauke besar. setelah perahu sepit menempel didermaga, pelayan –pelayan tauke terlihat sibuk membantu menurunkan kotakkotak di perahu, mengisakanku yang duduk di kabin belakang sepit, yang tadinya bekas tempat kotak-kotak itu. aku kembali menatap langit, menikmati sunrise, senja yang indah, tak lama ayahnya datang membawa 1 karung ikan, dan mulai melaju lagi, sepit kami kembali menembus sungai, 2 orang berdebu diatas perahu sepit berdebu.

***

Aku tersadar dari lamunan saat suara pengeras suara mengatakan kapalku segera berangkat.aku berdiri sekali lagi melihat pintu kedatangan.percuma dia tak datang.aku menarik koperku kecewa.separuh hatiku berseru atau jangan-jangan sesuatu hal buruk terjadi padanya.aku menghela nafas sejenak sebelum melangkah ke kapal.fulltimer sudah meneriakiku segera masuk kapal.aklu mengangguk mengiyakan mempersilakan ibuibu, bapak atau orang tua lainya untuk masuk duluan.tepat saat itu langkah larinya terlihat dari pintu kedatangan.dia mengenakan kerudung kuning dengan gamis hitam berpita kuning menyibak pengunjung lainnya untuk menyingkir.jantungku sekejap terdegub kencang.rasa cemasku segera hilang.senyumku mengembang senang.

„‟ribut…!!‟‟sapanya dijarak 10 meter dariku. aku menyeringai senang.

„‟ifah…!!

Mana peduli keringat bercucuran di dahinya, beberap orang mengumpat tak suka. bagi kami sisa waktu ini begitu berharga.dia menatapku, aku juga menatapnya. wajah 3 tahun yang berubah. kini dia lebih islami tidak saat smp dulu.

„‟hati -hati dijalan…kalu kamu bisa ke oxford, aku juga tak mau kalah. tapi ingat kembalilah untukku…belajar yang rajin, banggakanlah alm ayah ibu-mu di surga. Majukan negri ini ribut aku akan selalu menantimu disini. disenja ini akan menjadi saksi nada harapku untukku….‟‟

Ifah mengakhiri ucapanya dengan memberi sebuah tasbih. seraya menyeringai‟‟ini akan membantumu untuk selalu ingat allah…dimanapun, kapanpun. juga semoga kau ingat janji di senja ini…‟‟

Tak terasa mataku berkaca-kaca, satu tetes terjatuh tak bisa kutahan rasa terharuku. bibirku bergetar. ifah meraih sapu tangannya mengelap pipiku,

„‟seorang imam tak boleh nangis mas…hmm...‟‟

Hingga suara teriakan itu memecah kebersamaan kami‟‟woi mas, jadi naik kapal nggak…. tinggal kau saja ini…omboy...‟‟

Aku menjawab keras‟‟iya sebentar pak, maaf...‟‟

„‟sudah...pergilah...dan berjanj kau akan pulang meminangku, merubah bangsa, menjadi imam yang baik.‟‟

Pesan akhir ifah, aku berberat hati meninggalkannya.wajah teduhnya, senyum manisnya, bersatu dengan nada senja yang penuh kenangan.mulai hari ini aku berjanji akan pulang untuk bangsa.dan menjadi imam

terbaik untuknya.tunggu aku ifah.ini demi

masa depan yang baik.aku pergi, oxford university aku datang.bersama rasa bangga.ayah ibuk tidakkah kau lihat anak dekil perkampungan, yang berjuang demi sekolah, kini harus pergi keluar negri.apakah

kalian tersenyum untukku ayah ibu.di senja ini

semua expentasiku melejit tak terbirit.bersama sejuta janji.#

nasehat sang captain

´´jangan lakukan semau kalian. ikuti perintah...!!pasang mata, pasang telingga, ingatkan dirimu sendiri sebelum tuhan mengingatkanmu nanti...kalian itu ibarat awak kapal saya, dan saya adalah nahkodanya, sebelum kapal kita menuju dermaga sebrang, ikuti perintah saya, jangan bebal...!!´´

seketika seisi ruangan hening, tak ada mata yang berani beralih dari pandangan sang captain, semua bergidik dengan segala gestur bicaranya.

´´setelah ini saya mau lihat pergerakan kalian, kok masih begitu-begitu saja...lebih baik kalian keluar…!!´

captain pergi, mengisakan 3 sigung yang tertunduk lunglai, ditengah ruangan lama tepatnya didalam gedung lawas, gedung yang telah lama tak terpakai akibat proyek yang tak terjalankan, kini beralih fungsi menjadi sebuah ´´rumah´´ bagi komunitas ini.3 sigung itu bobil, jebret, dan kopong. mereka saling menatap risau atas perkataan captain mereka.

´´jadi bagaimana ini bret? ´´ bobil selaku sigung termuda diantara mereka bertanya resah, kopong masih kekal di posisinya.

´´hmm...mau bagaimana lagi, captain tak pernah mengancam hingga seperti itu, bagi kita komunitas inilah keluarga kita, disini kita dibesarkan, dididik, mana mungkin kita mau keluar…. ´´

jebret menjawab seraya melipat dahi, kopong mengangkat kepala, sebagai sigung tertua menatap 2 rekannya.

´´bil, bret...kita harus berjuang, apa kalian tidak berfikir kenapa captain bilang seperti itu...apa kalian tak tahu kondisi komunitas kita sedang anjlok, mengingat pengeluaran saat demonstrasi dulu. banyak anak-anak mendapat sedikit jatah nasi, kalian tak sadar ya...? karena kitalah sigung andalan captain...´´

bobil dan jebret berkaca-kaca, mengangguk setuju dengan kopong, kopong menambah.

´´tapi ingat...kita bergerak tetap dijalan, jangan melenceng...ingatkan diri kita sebelum allah mengingatkan kita...ingat nasehat sang captain...´´

bobil jebret mangut-mangut, kopong mengakhirinya dengan sedikit gatis senyum di bibirnya, bersalaman khas, lalu saling berpencar menuju arah pencaharian hidup mereka masing-masing, 3 arah penghidupan dengan satu misi sama. menjaga nasehat sang captain.

***

mentari mulai naik sayu,sinarnya mulai memanaskan apa saja yang di bawah naungannya,angin sesekali mendinginkan suasana,mulai membawa kopong bersama langkahnya menyusuri tiap sudut kota,menerawang sana-sini demi satu kejanggalan,pencopetan.sebenarnya tugas kopong tidaklah mudah,bukan layaknya para jagal atau preman yang mengentit uang dari orang-orang lantas menggunakanya untuk keperluan mereka,tidak untuk kopong tugasnya adalah menimalisir jumlah mereka,apabila ada jagal,preman atau sejenisnya dan ketahuan olehnya sedang melancarkan aksinya,maka disinilah tugasnya sebagai ´´pengganti polisi ´´memberantas mereka tanpa mengampuni.lantas apa dia selalu berhasil di setiap misinya?tak selalu,terkadang dia harus rela memar,bengkak hingga sekaratpun dengan melangkah sempoyongan demi satu kabar baik darinya untuk sang korban,lalu,bagaimana dia mendapat bayaran.?apabila misinya berhasil dia akan mengembaikan barang atau uang tersebut kepada pemiliknya,jikalau nasibnya mujur dia akan menerima uang cuma-cuma dari korban,tapi tak jarang dia hanya mendapat senyuman trima kasih dan itupun dia ikhlas ,itu sudah cukup baginya walau setengan hidupnya harus dipertaruhkan.belum lagi sesampainya di gedung lawas dia garus berlapang dada membagi hasilnya pada anakanak di komunitas,tapi captain tak henti menasehatinya,mendidiknya ,hingga dia benar-benar sadar.

´´mereka kaum atas, boleh bangga dengan hartanya, jabatanya, segala yang mereka miliki, tapi ingat...!!tak selalu yang berkilau itu emas nan indah...´

kata-kata itu selalu diingat kopong,sudah sekitar satu jam berlalu,langkahnya terus menjajaki sudut kota,walau terik matahari mencincangnya ,dia rela.jalanan yang selalu ramai pedagang kaki lima yang menjajakan aneka kebutuhan manusia tersedia disana.semakin menjubelkan suasana, belum lagi polusi yang semakin menjadi-jadi, langkah kopong terhenti disamping jalan protokol kota,matanya menyempit ,memandang tajam keadaan didepan,seorang wanita berteriak minta tolong karena tasnya diambil copet, orang-orang hanya bingung tak mengerti apa yang terjadi,kopong tersenyum inilah saat baginya itś time to action.dia amat faham keadaan seperti itu,sang copet pertama mengambil ,lalu memberikannya ke copet kedua ,dan membawa kabur tanpa sepengetahuan pemilik,pandangan kopong terhenti pada lakilaki yang bertopi tetapi menggendong tas wanita,mencurigakan,tanpa berfikir dua kali kopong berlari ,menyibak-nyibak ditengah kerumunan manusia,lalu setelah dia target satu tendangan harimau siap ia lontarkan,dan brakk...satu tendangan harimau mendarat di leher lelaki itu,dia tergeletak seketika,sementara tas masih di pergelangan lengannya,lelaki itu menyeryit geram.

´´serahkan tas itu, atau kau akan semakin sengsara´´ kopong menderai tanpa menghiraukan,dia sudah percaya jikalau hanya pertarungan single ,dia pasti mengalahkanya,lelaki itu bangkit hendak memberi satu pukulan pada kopong,tapi kopong sudah bersiap menangkisnya dengan lihai,hingga satu titik lengah terlihat,kopong menarik lengan nya,lalu dengan cepat memukul ulu hati lelaki itu,tak hanya itu,gerakan penutup darinya ,berupa sebuah tendangan halilintar,tubuh kopong memutar 360 derajat lalu menendang tepat wajah lelaki itu,hitungan detik dia terkapar darah segar bercucuran keluar,lantas kesakitan.

´´lain kali bilang ke semua temanmu...jangan sesekali menginjak tanah ini, selagi masih ada kopong. ´´

kopong menyeringai seraya mengambil tas itu, lalu meninggalkannya kesakitan, terus memegangi wajah serta perutnya, tergeletak tak berdaya.

***

´´hmm…. trima kasih ya mas, syukur bisa dapet...´´

wanita itu tersenyum hangat pada kopong, seperti biasa kopong hanya menunduk dengan dua tangan dia satukan, merasa misi telah selesai.

´´mas, mau saya traktir makan siang…. bagaimana…itung-itung sebagai jasa mas udah nolong aku? ´´ wanita itu menyempitkan bibir menunggu keputusan dari kopong, dia bingung, diajak makan dengan wanita, mana pernah dia rasakan, bahkan dengan mamak-pun tak pernah dia rasakan, kopong mematung tapi dengan gerakan sok akrab wanita itu menarik tangan kopong setelah saat mendengar perutnya berdemo, seraya menyeringai.

´´diam artinya iya...ayo ikut. ´´ langkah kopong dipaksa mengikuti wanita itu yang diketahui memasuki restauran mewah pinggir jalan,lampu-lampu lampion yang

tertata rapih,hiasan kaligrafi khas china,serta dekor meja makan yang serba merah semakin meyakinkan itulah restauran china idaman kopong,ia menelan ludah,matanya terpejam setelah saat menghirup aroma masakan yang tercium dan juga bau ruangan yang khas, tapi kopong tetap tak berani memandang wanita

itu.walau sedari duduk tadi dia terus tak henti memandang kopong dengan kedua tangan menopang dagu,tapi kopong tak bisa memungkiri,bau parfum wanita itu seakan memaksa kopong memandang nya,kopong melirik wajahnya langsung memerah.

´´hemm...jadi itukah pekerjaanmu? ´´ tanya wanita itu mengawali pembicaraan, seraya terkekeh menyadari wajah kopong yang memerah. kopong mengangguk pelan tak bersuara.

´´hha...ha...ternyata kamu benar-benar lugu

ya…., boleh kutahu siapa namamu…? ´´ kopong terdiam, angan-anganya melayang, tentang sebuah kosa kata ´´nama´´. mana ingat siapa nama aslinya, dia tak menahu, dia hanya ingat dia dititipkan ayahnya kepada captain saat beranjak dewasa, lalu captainlah yang mengasuhnya, lalu setiap hari meneriakinya ´´kopong´´karena beribu kesalahan yang dia buat, bersama ratusan kosa kata bahasa jawa yang tak diketahui apa artinya. sejak itulah dia terpanggil dengan nama kopong.

´´kenalkan aku elitz, agen kepolisian dan

intelejen metro city, senang berkenalan denganmu kopong´´

mata kopong membesar, mulutnya terbuka mengangnga, walau dia tak pernah sekolah, setidaknya dia bisa membaca kartu identitas itu didepannya, lalu tangan elitz menjulur kedepan meminta sambut tangan oleh kopong, hendak bersalaman. nafas kopong menderu, hatinya bertanya apa iya wanita ini hendak menangkapnya? kopong berdiri, dengan apa yang ia fikirkan dia hendak memaksa pergi, lagi-lagi elitz memegangi tangannya.

´´tenang kopong, aku tak berniat apapun, kita ngombrol dulu, okey. ´´

setelah berfikir dua kali kopong menuruti perintah elitz, lalu duduk mengatur diri, dengan seribu pertanyaan, mengapa? dan kenapa? mungkinkah dia dijebak, dia polisi tapi kenapa membiarkan dirinya tercopet, malah bersikap bak wanita pada umumnya?

´´aku sengaja melakuakan hal tadi, karena belakangan ini aku sering menyelidiki tentang keberadaan polisi tanpa jeruji didaerah sini, yang kata orang-orang semua copet, preman akan dibantai olehnya.dan sekarang telah duduk tepat didepanku. berkat kau kopong banyak warga yang terbantu, kedatanganku kemari dengan satu kabar baik untukmu, maukah kau bergabung dengan kami,

kepolisian intelejen kota, kopong….? ´´

mata kopong benar-benar membesar, jantungnya berdegub kencang, sebuah keputusan besar yang harus dituntutnya, apa yang akan captain katakan jia ia mendengar kabar ini, pasti rambutnya habis acak-acakan dibuatnya, captain pasti bangga. tapi dan menapi. kopong mematung tak menjawab, tiba-tiba saat elitz menatap, menunggu jawaban dari kopong handphone -nya berdering, memecah suasana.

´´haĺlo...ya, apa? di gedung lama ...pinggir jalan kavrov 9...ya aku akan kesana

sekarang...´´

suara elitz menjawab suara disebrang, kopong terperanjat, gedung lama disamping jalan kavrov. itulah gedung lawas, rumahnya bersama para komunitas sang captain, ada apa gerangan memenuhi benaknya.

´´áda apa elitz…? ´´ tanya kopong memberanikan diri.

´´ada 2 orang pencuri bank yang melarikan diri dan tertangkap di gedung itu, telah

dilakukan penggerebekan disana. ´´

´´boleh aku ikut kesana...? ´´ kopong antusias

´´tentu, kau ikut ...´´jawab akhir elitz disertai gerakan meninggalkan restauran, setelah saat membayar makan siangnya, sementara benak kopong tak henti memikirkan mereka ,2 sigung itu, mungkinkah mereka.?, bobil jebret, nasib mereka dipertanyakan,

***

mentari mulai bersedih hati meninggalkan langit kota sore ini, membiarkan langit gelap dengan siluet bermega, burung -burung jarang terlihat, hanya suara kendaraan macet yang memenuhi keadaan, itulah kondisi kota saat ini.langkah kopong dan elitz mulai menyusuri gedung lawas,suasana aneh,yang katanya tengah diadakan penggerebekan kini hanya mengisakan sebuah kelengaan,hanya tinggal satu -dua polisi yang berjaga seraya membuat garis-garis polisi disekitar TKP, mata kopong berkaca-kaca setelah melihat sosok pria separuh baya berdiri mematung disana,membiarkan dirinya terdiam dengan 1000 angan nan alasan,itulah captain.

´´captain, apa yang telah terjadi….? ´´ tanya lirih kopong mendekati, sementara elitz dibelakangnya, hanya melihat tak berkalimat. Captain membalik tubuhnya, matanya berlinang air mata, kopong terkejut, tak pernah ia melihat sosok captain seperti sekarang ini. kakinya bergetar seraya menghampiri kopong.

´´kopong, catat baik-baik...tidak semua yang baik itu benar. menjadi mentri misalnya, itu memang hal yang baik, tapi tak sepenuhnya mentri itu benar...apalagi komunitas kita

pong...´´

captain berkata seraya menangis, kopong ikut menangis, mencoba memahami apa yang terjadi.

´´bobil dan jebret merampok uang di bank,10 menit lalu para polisi menangkap mereka, lebih bodohnya alasan mereka untuk memajukan komunitas kita, goblok, aku dipenjara, sementara semua anak-anak diangkut, allah berkata lain pong, apa mungkin kita salah? Aku juga tak tahu, adakah yang ingin kau sampaikan.? ´´

kali ini captain menyeka pelipisnya mencoba tersenyum.

´´aku-.aku dipanggil untuk menjadi salah satu agen kepolisian intelejen kota. kenalkan itu elitz, dia yang mengajakku...´´ jawab kopong

terpatah-patah, elitz tertunduk memberi senyum pada captain, captain membalasnya. ´´sejak awal aku tahu, kau berbeda nak, kau punya satu hal yang tak dimiliki oleh teman- temanmu, yaitu kepatuhanmu...loyality...terbanglah bersama

1000 angan dan mimpimu nak...´´

itu pesan terakhir captain, lalu dia diangkut pergi dengan mobil polisi, kopong masih tertegun dan mematung. tentang akhir nasehat sang captain.#

eternal golden (part 1)

(´´para hadirin. telah hadir dihadapan kita, profesor terkontroversi, yang telah menyangkal berbagai teori-teori. kita sambut...profesor exectra...silakan tuan waktu dan tempat kami persilakan. ´´ ´´oke, langsung saja yang namanya sebuah atom itu adalah pentium zat terkecil, yang terpisah-pisah, hingga kapanpun para atom ini tak mungkin bersatu. (prof memperlihatkan teorinya di sebuah proyektor di ruang acara). tak lama para hadirin terkejut lantas bertepuk tangan hebat.

´´wow...benar-benar extraordinary ...teori

profesor exectra ini...hebat´´.)

´´dasar profesor exectra ...selalu begitu ...´´kataku seraya mematikan televisi 21 inc itu, aku sempat menghela nafas, lalu berdiri dan berjalan menuju jendela, disana kulihat suasana kota waktu senja lewat gedung berlantai 10 ini. sebelum akhirnya aku putuskan memaksa kakiku melangkah lebih jauh mengambil kunci mobil dan turun, ingin menjajaki jalanan kota. Orang -orang berduyun mengakhiri setiap pekerjaan mereka,para pelajar yang pulang sekolah,para pedagang yang mulai menutup toko,setiap pemandangan sore ini kunikmati lewat mobil fold 500 ini yang melaju kencang di jalanan yang agak lengang,yang mana kuhentikan seketika ketika menjajaki belokan jalan prota ,yang didepannya terpampang baleho besar ´´kebab and turkeyś cake´´lalu aku masuk tuk membelinya,bukan untukku,melainkan untuknya yang hendak kukunjungi,pelayan menyambutku hangat,sementara sang koki langsung mengenalku,spontan berkata, ´´hei. tuan sudra... welcome, 2 kebabs jumbo dan roti lapis… kadza...´´ koki itu hafal sekali pesananku, aku mengangguk mengiyakan.

Aku kerap sekali mengunjung kedai ini,sekali seminggu atau saat seperti sekarang ini,mengunjungi beliau,karena selain lezat dan murah,kedai ini satu-satunya yang percaya diri memasang lebel halal di tokonya.selesai urusan dari sana aku langsung menancap gas mobil, menuju kediaman beliau,yang sebenarnya tak begitu jauh,jikalau dengan mobil mungkin hanya sekitar setengah jam aka tiba,tapi jika sudah sampai disana ,tuan akan melihat sendiri pemandangan rumahnya yang akan membuat tuan menggeleng-geleng takjub,apakah itu rumah?atau lebih mirip dengan mutanisasi hutan,halaman yang penuh tumbuhan gantung,dinding yang berumput,sampai-sampai lelumutan memenuhi jalanan sekitar.tapi dibalik itu 1001 macam buah-buahan yang anda kenal hingga yang tak anda kenal ada disana,memang profesor exectra dengan percobaannya ibarat gula dan kopi selalu melengkapi dan menyatu apapun yang terjadi.

Sedang masalah keluarga masa lalu kelam membelenggunya, tapi didepanya jangan sesekali membicarakanya atau anda akan menerima pukulan hebat darinya seraya meneriaki anda untuk pergi. sebuah masa lalu yang pahit, bolehkah aku bercerita? oke aku akan bercerita.

11 tahun silam,prof. Exetra dan keluarga masih utuh apa adanya, dengan sang istri dan seorang anak yang belum beranjak dewasa.semua masih berjalan seperti biasa,hingga prof .exectra mulai sibuk dengan penemuan-penemuan kontroversinya,hari-hari ia habiskan untuk tenggelam di ruang kerja lab-nya.sibuk mengotak-atik,mencampurcampur,mengkombinasi bahan-bahan kimia.hingga sang istri dan anak tak dihiraukannya,dan malam itu sebuah malam malapetaka,saat prof.exectra hendak ke kamar mandi, anak perempuannya memasuki ruang lab dan tanpa sengaja mengotak-atik dan menjatuhkan hasil klarifikasi profesor .bernaik darahlah dia waktu itu ,dan dengan bengisnya dia meneriaki hingga memukul anaknya dan malam itu pembelotan sang istri dan anaknya terjadi.hingga tak disadari satu tamparan ikut mengenai pipi istrinya.

´´apa iya hanya soal penelitian-penelitian ini kau tega melakukan ini pada kami, exectra...? ´´istrinya seraya menangis mendekap erat putrinya yang jug ikut ketakutan. sementara prof. Exectra hanya mematung bersama nafas amarahnya.

´oke exectra, mulai malam ini aku dan xandria pergi meninggalkanmu. kita bercerai. ´´

kala itu bayang istri dan anaknya menghilang cepat dari pandangannya, mengisakan ucapan terakhir sang istri yang seolah menggema di telinganya. sebuah malam petaka antara dia dan keluarganya bak piring yang pecah terbagi tiga. tapi bodohnya prof. Exectra dia tak pernah mengejar kembali cinta keluarganya, tak pernah hingga ia memilih tuk terus bersama penelitian-penelitia kontroversinya.

***

´´unsur yang berada diantara 2 unsur lainnya, memiliki nomor massa yang sama denhgan nomor massa rata-rata unsur sebelum dan sesudahnya…. itu bisa saja omong kosong, dasar para alchemist tua, tak menahu logam itu bisa jadi emas, dan aku akan hidup abadi, ha. ha…. uhuk, ops…´´suara didalam terdengar terbatuk aku dengan langkahku serta merta memasuki rumah prof. Exectra walau dengan keamanan super ketat, tapi bagiku cukup memiting jari saja. Aku melihat prof. exectra dari belakang, rambut yang bercampur hitam-putih, kulit yang kusam, pawakan yang kurus, entah kapan terakhir kali dia mandi, aku tetap tersenyum melihatnya.

´´prof. Exectra bisakah anda rehat untuk mencicipi kebab jumbo dan roti daging ini…?

´´

ajakku antusias padanya, seketika prof. Exectra menoleh kearahku, memicingkan kaca matanya lalu menyempitkan mata mengamati diriku dan terkekeh walau setelah itu dia terbatuk lagi, hatinya sedang senang mungkin, fikirku.

´´hhe...he...ternyata kau sudra...mana? mana? profesormu ini sangatlah lapar, belum makan

nak. uhuk...´´

ujarnya seraya melangkah kearahku, dan langsung menyambar kebab jumbo ditanganku, menciumnya dulu dan melahapnya beringas, aku menggeleng begitu kelaparan sekali pria ini, batinku.

´´jadi, penelitian apa kali ini prof? ´´

tanya seraya mengajaknya duduk, dengan mulut yang masih penuh dia bergumam menjawab.

´´molekul senyawa yang ada di logam menarik, dan bisa dipastikan itu molekul istimewa. logam bisa jadi emas, dan partikelnya bisa membuat manusia jadi abadi.aku akan abadi. ini akan jadi penemuan spektakuler sepanjang sejarang yang akan membenarkan teori bodoh

alchemist...uhuk. ´´

prof. Exectra terbatuk, aku hendak membantunya tapi dia langsung menolak dan langsung mengambil air putih di meja lantas meminumnya.dia mengangkat alisnya tanda untuk meminta pendapatku, aku memutar bola mata, berfikir sekenanya.

´´hmm...itś good. Cuma saranku kau harus lebih sering makan kebab jumbo ini ...mana mungkin sebuah karya yang hebat tercipta dari perut yang kosong...tuan faham maksudkukan…? ´´

prof. Exectra mengangguk seraya menelan gigitan terakhirnya, lalu berdiri mulai kembali menyerahkan diri pada penelitiannya.aku hanya memandangnya senang hari ini dia bisa makan, lihatlah tubuhnya itu. kurus kering kerontang yang sebenarnya dia belum tua usianya 20 tahun lebih tua dariku, aku 22 dia 42, tapi fisiknya benar-benar akan membuat orang -orang memanggilnya kakek. saat itu juga pesan masuk di draf gadget-ku. dari kekasih

(sudra, please, jemput aku di kampus.ibu hari ini tak bisa menjemput. I waiting for you.)

aku menggenggam erat kunci mobilku dan berdiri meninggalkan sisa 1 kebab jumbo dan 2 roti daging itu di kursi.

´´sorry prof, saya harus pamit dulu, ada seseorang yang menungguku. don´t forget habiskan kebab dan rotimu...just eat much ...bye sir...´´

seru terakhirku diikuti langkah yang meninggalkanya, sementara prof. Exectra hanya mengangkat tangan kanannya, kalau sudah begini aku mengangkat tangan tak seorang-pun yang dapat mengganggunya.tuk berdua dengan ´penelitian´-nya, logam jadi emas, hidup jadi abadi. benarkah semua ini.?

***

mentari tak banyak menampakkan diri, harihari slalu diselimuti dengan gelap mendung yang menguasai, tak segan diantaranya berani menghujani kota floreance. hari-hari yang menyusahkan, ditengah semua padatnya pekerjaan harus berlapang dada melewatinya dengan suasana hujan. Tapi aku bersyukur, semenjak 3 hari lalu keadaan hujan sudah jarang, langit lebih memilih menyulap dengan jatuhan sesaljuan, walau belum lebat saatnya kukatakan itś snow time , daun pohon-pohon pinus samping jalan mulai berguguran, saljusalju mulai menutupi jalanan.minggu-minggu ini aku sibuk dengan tesis-ku sana-sini sibuk melakukan pengamatan, sampai hari ini ada hal yang mengharuskanku pergi kerumah prof exectra lagi ,sudah 3 minggu ini aku belum lagi menemuinya,seperti biasa aku membawa kebab jumbo serta roti daging untuknya.

´´good snow season prof, bagaimana kabar logam emas-mu...? ´´

sapaku mencoba menghibur , tapi seketika prof. Exectra terbatuk seraya menutup mulut dengan kain yang mana jelas terlihat darah segar menempel disana, prof exectra menggeleng tak memperdulikanya,dan dia tak menghiraukanku, dia sibuk dengan penelitiannya,aku mencoba mendekatinya setelah saat menaruh kebab dan roti daging itu di kursi, tapi pandanganku terkejut dengan pemandangan kebab dan roti 3 minggu lalu tak bergeser sesenti-pun dari tempatnya , bahkan sudah terlihat membasi.aku semakin menyempitkan alis, sementara prof. Exectra terdengar kembali terbatuk-batuk.

´´prof. Exectra, tuan tidak apa-apa.? ´´ ucapku peduli, dia langsung tertunduk seraya menghentikan langkahku padanya, lalu mencoba berdiri tegak seakan tak terjadi apaapa.

´´please let me alone, biarkan profesormu ini menyelesaikan penelitian terhebatnya nak...lihat setelah apa yang kulakukan pada tikus ini, seluruh komposisi sang tikus berubah, tikus ini dapat hidup lama …. dia abadi...ha...ha…. langkahku sebentar lagi sudra, uhuk...uhuk...akkkhh. ´´

prof. Exectra menjelaskan dengan nada aneh, dan kembali terbatuk yang mana kali ini dia tak menutup mulutnya dengan kain, darah segar memuncrat dari mulutnya, aku langsung membantunya walau dia sempat menolak, aku memaksa.

´´sudahlah prof, ini sudah diluar batasmu, anda terlalu fokus pada penelitian tuan...tanpa memperhatikan kondisi tuan, hentikan kumohon tuan mari istirahat sejenak...aku membawa kebab dan roti daging

kesukaanmu...´´

ucapku seraya memegangi tubuhnya dan membersihkan bercak darahnya dia mencoba berdiri lalu menatapku tajam, memicingkan alis dan berkata lirih padaku. ´´kau salah sudra, langkahku tinggal hitungan jari, lihat logam-logam itu, sebentar lagi akan jadi emas...dan setelah aku meminum cairan ramuanku ...aku akan jadi abadi ...teori

penelitian para alchemist itu bodoh...´

prof. Exectra membalik tubuhnya tapi ketika itu juga dia terbatuk hebat, hingga dia hampir terjatuh, untung aku dibelakangnya, dia terhuyung darah segar kembali memuncrat yang kali ini mengotori lantai lab.aku semakin memandangnya kasihan.

´´Tolong ambilkan cangkir senyawa itu. lihat

aku akan abadi...jangan khawatir...´´

pinta prof. Exectra lirih, dengan penuh keraguan aku menurutinya, tanpa komando dia langsung menelan cairan itu, seketika langsung melipat wajahnya, tak lama setelahnya dia berteriak semakin lama matanya semakin melotot, terus berteriak kesakitan, hingga pada jam itu suasana hening aku terdiam, bersama prof. Exectra di pangkuanku, matanya melotot, mukanya

merah pasif.tak ada denyut nadi darinya. hingga aku sadari, dia telah mati.

***

3 hari setelah kematian prof. Exectra , dunia disibukkan dengan berita atau ungkapan bela sungkawa terhadapnya,semua media nasional maupun internasional meliput,dengan judul rata-rata ´´teori logam jadi emas , hidup jadi abadi..kok malah mati (with prof.

exectra)´´walau setelah itu semua kekayaan prof. Exectra jadi milikku,mengingat hanya aku satu-satunya orang yang dia kenal dan dia mau mengenalkan dirinya.tapi hari ini aku memilih duduk di apartemen-ku,memandang indahnya sunset senja,inilah cerita kehidupan prof. Exectra .profesor terkemuka,dengan karya-karya kontroversialnya,bahkan hingga dirinya sendiri yang menjadi bagian terkontroversialnya.aku menopang dagu seraya tersenyum pilu.

(unsur yang berbeda diantara 2 unsur-unsur lainya, memiliki massa yang sama dengan nomor massa rata-rata 2 unsur

sebelum dan sesudahnya…...)

Couple golden (part 2)

Bulan purnama tertengger gagah sempurna diangkasa, mensematkan segala eloknya, dihiasi oleh pernak-pernik taburan bintang yang sesekali tampak berkedip, angina malam pun menyerbu kuat, memucatkan wajah-wajah yang kebingungan, mendinginkan semua perasaan tapi semua itu tak menghentikanku tuk berhenti. Derap langkah dari kedua kaki ini terus memaksaku tuk berlari, menyapu segala harapan palsu yang membelenggu, menyibak semua ketidakpastian yang ada, mencari satu arti kebenaran tentang hadirnya.

„‟target ada dia arah jam 06, aku sedang

mengejarnya.‟‟

Laporku cepat melalui handytalky, mengejarnya mengantarkanku pada sebuah bangunan tua, langkahnya terhenti dan juga menghentikanku, aku menatapnya risau.satu lampu teras meneranginya di tengah gelap malam walau cahaya bulan sedikit membantu penglihatan.suasana sunyi, hanya terdengar nyayian jangkrik atau hewan malam dan desingan dari pistol colt 7 yang baru kutarik pelatuknya.aku sudah siap dengan segala kemungkinan,saat aku mulai berjarak 8 meter darinya dia membalik wajah.tanganya terangkat menyibak diantara kostum jubah bulunya, dan mendarat di wajahnya yang terlapis topeng.aku menelan ludah seraya meneguhkan posisi pistolku.dan rasa tegang ini memuncak disaat dia mulai membuka topengnya,hanya seperempat hingga aku bisa melihat mata indahnya yang terlindung bulu melentingnya, senyumnya mengembang dan langsung mendatangkan rasa lama dihatiku.seakan aku pernah mendapat senyum itu.aku masih tak mengerti.sayang,semua itu sirna disaat bala bantuan datang.

„‟kami datang sudra, target locked…tembak...!!‟‟

Teriak kopong mengomando, hitungan detik peluru sudah menghujani target tapi, tepat itu pula bayanganya menghilang. entah kemana, menghilang saja seolah ditelan gelap malam. hingga kopong mengomando untuk menghentikan tembakan, dia baru sadar bahwa pelurunya hanya mengenai udara kosong. aku hanya mematung hingga kopong menepuk pundakku membangkitkanku dari semua lamunanku. sontak nafasku terisak menyadari keadaan barusan, aku hanya terperanjat. para agen langsung menelisik keadaan, mencaricari hilangnya tersangka. tapi nihil bayangnya tak ditemukan. kopong mengajakku langsung kemarkas menenangkan diri, sementara tim mengikuti. malam itu burung hantu terus berdengu, hewan-hewan malam terus berkeliaran, bulan purnama tetap tertengger gagah diangkasa, gelap malam seakan menghapus jejaknya, tentang dia sang burung bayangan, shadow bird.

***

„‟jadi, apa yang kau lihat sudra...??‟‟ Aku mengambil nafas sejenak, mencoba memilih kata yang tepat untuk menyamakan sosok yang terpampang di foto.aku, kopong, dan eliz duduk ditas meja runding kantor kepolsian pusat, kopong tak sabar menanti jawaban dariku, aku akhirnya buka mulut. „‟sama seperti yang difoto, penjahat shadow bird-ini mengenakan jubah beludru seperti bulu burung, hingga menutupi rambutnya. wajahnya juga terlapis topeng mirip topeng burung black bird. tapi lebih kejam. sekilas, sulit membedakan dia laki-laki atau

perempuan. tapi malam itu...‟‟

Aku menghentikan penjelasan meletakan jari didagu seraya mengingat ingatan semalam, kopong melongo, sementara eliz sudah mendekatkan kepalanya 7 cm didepanku.aku

(akhirnya) melanjutkan,

„‟malam itu dia membuka topengnya, hanya seperempat. mata indahnya juga alis lentingnya, dan senyum itu…seolah dia sengaja melakukannya. hanya untukku.dan itu tatapan yang berbeda. sebenarnya kalau dia mau, dia bisa menghabisiku duluan sebelum kopong dan tim datang.toh juga aku tak terlalu ahli dalam jarak dekat, otomatis dia menang. tapi dia sengaja. seperti sebuah kode.

menurutku dia perempuan….‟‟

„‟sudah kuduga…!!‟‟sorak kopong menimpali seraya memukul meja sekejap mengagetkan

suasana. eliz merapatkan alis tak suka,

„‟kejadian pencurian di diamond five, dia mencuri batu-batu berlian tertentu. kalau dia laki-laki dia akan mengambil batu apa saja, yang penting berharga, akal penjahat biasa. tapi dia berbeda, hanya beberapa batu saja yang diambilnya, walau salah satunya adalah batu termahal saat ini. jadi benar kasus ini dengan perempuan...ini akan semakin seru

saja...‟‟

Kopong menyeringai, aku dan eliz mengangguk ikut berfikir. ruangan seketika hening, terlihat satu opsir datang lalu berbisik kepada eliz, tak lama eliz mengangguk seraya mengangkat jari jempolnya, dan langsung menoleh kearah jam dinding.jam 08;00, seperlima siang, tapi cahayanya masih belum terasa, masih seperti jam 06 pagi. bahkan para opsir belum banyak yangberlalu lalang. eliz menyatukan tangan siap memberi kepususan mengingat dialah yang senior diantara kami.

lalu menyeringai,

„‟setelah melihat fakta yang ada dan meninjau dari beberapa laporan. kemungkinan pelaku ini sedang merencanakan sesuatu, dan pasti dia tak sendiri. yang aku takutkan adalah tuan exectra.eh, maksudku penemuanya 1 tahun yang lalu, memang dia sudah meninggal, tapi masih ada beberapa misteri yang belum selesai.‟‟

Eliz mengambil nafas sejenak, aku mengiyakan saja mencoba memasukan keterangan yanga ada pada logika, lalu mata eliz memandangi kami lamat-lamat, kopong menyilangkan tangan, berganti posisi. Siap menerima intruksi,

„‟maka dari itu, setelah ini kita bagi tugas.aku dan kopong akan pergi ke manhattan jail, untuk melihat beberapa tahanan dan laporan yang ada.dan kau sudra sebagai agen penyelidik dan kukira kau ahli untuk masalah ini, jadi selidikilah rumah prof.exectra.kau yang lebih tahu tentangnya, tapi tetap hatihatilah...kau sendiri, jam 09 kita go…’’ Pungkas eliz yang kusambut anggukan setuju, tak lama kopong dan eliz meninggalkanku. aku beranjak meraih laptop, ada beberapa file yang harus kuambil sebelum pergi kerumah prof. exectra. harus kuakui pergi kerumahnya seolah aka mengembalikan semua kenangan lama, aku mencoba melihat inbox dari xandria. tapi entah mengapa taka da kabar darinya, setelah aku banyak membantu di kasus tuan exectra mengantarkanku mendapat banyak sanjungan dan pengakuan hingga sekarang posisiku di departemen kepolisian intel pusat, bagian penyelidik. setelah diriku mulai naik daun mulai itulah xandria perlahan menghilang. tak memberi kabar, kerumahnya dia tak ada, tetangganya bilang dia telah pindah. kudatangi kuliahannya bilang juga dia sudah lama pindah. aku bingung, tentang xandria dan kepergiannya.

„‟hmm...kopong, pergi ke penjara itu sama saja akan mengantarkanmu untuk bertemu bobil, jebret, dan captain.kau tahu itu-kan.?‟‟ Tanya eliz seraya mengemudikan helicopter kepolisian setelah beberapa menit lalu mereka meninggalkan kantor. suasana hening sejenak, kopong tak langsung menjawab, pandangannya menatap kosong luar jendela, menikmati panorama alam. Hembus angin menembus jendela membuat rambut mereka menari-nari. akhirnya kopong menjawab

malas,

„‟aku sedang memikirkannya, eliz...‟‟

1 jam berlalu, mereka mendarat tepat di gedung manhattan jail lantai 5, tak disangka kedatangan mereka segera disambut hangat oleh salah satu opsir disana, wajahnya merah kelam, terlihat kecemasan tersirat dari mukanya. kopong langsung menghampirinya.

opsir itu menunduk salam. kopong sempatmembalas singkat seraya cepat

bertanya,

„‟laporkan keadaan terkini.‟‟

Opsir itu memasang posisi siap, menyibak semua kecemasannya.

„‟tahanan di lantai 1 blok A kabur. diduga ada insiden penyelamatan tuan, sekarang para tim sedang melakukan pencarian. kondisi itu mempengaruhi keadaan sesisi tahanan. tapi 1 jam ini nihil hasilnya.‟‟

Jelas opsir itu dengan nada sejelas-jelasnya. kopong menggeram, eliz menyilakan tangan seraya mengkerutkan dahi sedang berfikir sejenak, tak lama eliz langsung menarik tangan kopong, kopong sempat kaget tersentak‟‟ada apa...??‟‟eliz menjawab seraya

berlari „‟cepat kita harus memeriksanya…‟‟

Langkah kaki mereka menyusuri tiap lorong di sel-sel gedung tahanan, bunyi sirine darurat masih terdengar bising, beberapa tahanan yang mencoba memanfaatkan keadaan sudah ditekukhabis oleh para opsir dan digiring paksa memasuki sel-sel mereka, beberapa opsir yang berjaga tetap memberi salam pada mereka berdua.mata eliz tak henti menatapi nomor tiap sel, langkah kami tiba di lantai pertama, ruang tahanan kelas bawah,eliz hafal sekali ruang sel itu.mengingat beberapa bulan lalu sempat menjenguk captain. letak selnyapun bersebrangan dengan ruang sel bobil da jebret. dalih-dalih untuk tetap bisa memantau mereka berdua.

„‟astaga …!!kopong, lihatlah…‟‟

Dengus eliz tersentak diikuti langkahnya yang terhenti juga menghentikaku. kedua tangan eliz menutup mulutnya tersentak, kopong segera melihat kedepan.dan benar pemandangan itu membesarkan mata kopong, tak tega melihat captain telah tersungkur tak berdaya. wajahnya lebam, darah segar masih mengalir di sekitar bibirnya. kopong segera mendatanginya seraya mendudukan captain. seketika dia terbatuk, eliz ikut duduk mengkerutkan dahi penuh rasa peduli. sementar bebrapa opsir memeriksa keadaan sekitar.

„‟agen kopong...kami menemukan sesuatu, lihat! Ada celah di dinding ini ...‟‟salah satu opsir melapor seraya memriksa celah itu.

Wajahnya kopong tegang langsung mengarah ke captain mencoba bertanya dengan lirih dan senyaman mungkin.

„‟captain, apa yang telah terjadi…??”

Captain menggeram dan terbatuk lagi, dirinya mencoba mengalahkan rasa sakit yang membelitnya.

„‟beberapa menit lalu bobil dan jebret berhasil kabur. dibantu seseorang yang aneh, aku tak tahu siapa itu.dia mengimingi bobil dan jebret dengan kekuasaan.aku telah menahan mereka tapi malah kena batunya, mereka menyerangku. lalu mereka kabur cepat seperti bayangan kea rah sana.‟‟ Jelas akhir captain yang diakhiri tunjukan tanganya mengarah pada celah yang sekarang dikerumuni oleh para opsir. diantara mereka kembali melapor,

„‟lapor agen kopong, kami menemukan ini…‟‟ kopong langsung memegangnya dan sepontan menyempitkan mata. sebuah bulu? Tapi kopong merasa pernah mengenalnya. kopong langsung mengingat kejadian pengejaran malam itu, shadow bird. benar tak salah lagi, tapi sekarang bulu ini berwarna hitam pekat. kopong berfikir sejenak.apa yang sedang terjadi? separuh benaknya terfikir. atau jangan-jangan ada dua shadow bird. sebuah konspirasi. astaga, sudra.!

„‟eliz segera hubungi sudra…!!‟‟ Perintah kopong ketus, tapi eliz yang sedang membersihkan luka captain menyernyit tak mengerti.

„‟sekarang eliz...!!kopong menaikkan nadanya, eliz tersentak dan segera meraih ponselnya menghubungi seorang disana. sudra.

***

Cahaya redup malam tak ada gunanya, angin malam juga tak terasa, suara kendaraan yang berlalu lalang memecah kesunyian malam. langkahku menyusuri rumah tuan exectra, walau sebagian rumahnya entah sudah berbentuk apa. tapi kuakui bagian lab-nya masih utuh. entah teknologi apa yang melengkapinya, aku tak pernah sempat menanyaknnya. ruang itu sudah kosong.hanya mengisakan beberapa alat dan bahan kimia disana.aku sebenarnya ingin mencerca,bisabisanya dalam misi genting ini aku malah ditugasi memantau rumah yang sudah tak berpenghuni.aneh,aku hanya mendengus sebal seraya terus memeriksa ruang lab.tiba-tiba ponselku bordering aku segera mengangkatnya,dari eliz.

„‟sudra kau masih disana...??kopong mau bicara denganmu…‟‟

Suara eliz terdengar gagap dan tegang. aku heran tak mengerti, ada apa? disaat itu pula lampu lab mendadak mati, dan sekejap hidup lagi. angin malam seakan bisa menerobos ruang lalu menghujani tubuhnya dengan dinginnya kejadian lampu mati-hidup terus berulang lebih cepat malah.aku mulai merasa kejanggalan.

„‟hallo sudra…!!dengarkan!!kau harus siaga…hati-hati.!! kami akan segera datang...tahan mereka sebisamu...astaga ...kenapa bisa seperti

ini…tolong bertahanlah sudra, jangan mati,‟‟

Aku benar-benar tak mengerti, sementara suara kopong tercekat dan terputus.aku menyimpan kembali ponseku seraya mengingat perkatanya. Hati-hati, bertahanlah, mereka akan segera datang. jangan mati.apa maksud kopong, ditengah pelamunanku satu lampu pecah bersma lampu lain yang terus hidup-mati.aku segera siaga, aku mulai mengangkat pistol colt 7-ku. aku menarik pelatuknya cepat.

„‟siapa disana…???‟‟teriakku memecah ketegangan, tepat sat aku membalik tubuhm semburat tatapan itu tersibar untukku. tatapan merah palsu, saat lampu menyala seperdetik aku menagkap siluetnya.dia datang tanpa dugaanku. aku menelan ludah, menepis keringat dingin. shadow bird telah tiba dihadapanku.

„‟akhirnya kita bertemu juga, sudra….‟‟ Suara itu menghapus dugaan. jantungku berdegub, nafasku terpingkalm dia tahu namaku? dan suara itu tak asing bagiku. tanpa kuduga dia resmi membuka topengnya. wajah cerah itu dengan tatapan mata menentramkan. senyumnya, lesung pipinya.tak salah lagi dialah, xandria.

„‟xandria, kau...??apa yang kau lakukan...??‟‟aku terpatah-patah bertanya, sementar xandria tersenyum lebar.

„‟itu semua rencanaku sudra, aku sendiri yang sengaja membunuh tuan exectra, maksudku ayah……‟‟

Lagi-lagi aku terperanjat, ayah? apa maksudnya, acungan pistolku melemah, haruskah aku melawan orang yang kucintai. tak hanya cukup sampai disana, saat lampu kembali menyala satu, dua, tiga bayangan datang lagi. orang yang terdepan mengenakan kostum serupa hanya warna yang membedakan mereka, yang kali ini lebih hitam.2 orang lelaki dibelakangnya. kali ini acungan piostolku bergetar. astaga 4 banding 1 kapan saja mereka dengan mudah mengalahkanku. sekarang aku mengerti maksud pesan kopong tadi.

„‟apa tujuanmu xandria, dan kenapa kau melakukannya, ???‟‟tanyaku mencoba mengulur waktu, paling tidak hingga mereka datang.

Xandria tersenyum simpul seraya menjawab „‟sebelum itu, selamat datang ibu...kenalkan dia sudra pacarku.‟‟aku diam tak berkomentar, sementara shadow bird hitam membuka topengnya, tersirat wajah ibu-ibu kepala tiga, tapi seakan dia lebiuh muda 10 tahun dari umurnya.dia ikut tersenyum sinis.

„‟baiklah sebelum aku menghabisimu juga aku akan menceritakannya.aku melakukannya karna dendam kami berpuluh tahun silam.yang mentelantarkan kami,aku dan ibu hidup susah di jalan.tapi ayah terkenal semakin terkenal.saat tahu dia punya misi .ada seorang yang mengaku dari keluarga shadow economy membantu kami.dan akhirnya aku menukar cairan prestant dengan amoxilin.dan baa…..ayahku mati…hahaha….hancurlah reputasinya.tapi ayahku memang hebat, semua itu benar tentang misi abadi dan logam emas itu.dan hari ini aku akan mengambilnya kembali…‟‟

„‟cuih…kalian licik‟‟aku bersorak seraya meludah menyumpahi mereka.

„‟sudahlah anakku, biarkan dia kena hajar pasukan baruku. kita cepat-cepat ambil remuannya saja.aku tak mau lama-lama di

tempat busuk ini…bobil, jebret. serang dia.!!‟‟

Ibu xandria memerintah tanpa jeda mereka berdua segera melepas tembakan dari pistolnya.aku segera berlindung dibalik meja.mereka tak henti menembakiku,astaga dasar pemula.aku menunggu saat yang tepat.meraka berhenti menembak sedang mengganti selongsong peluru, itu celah bagiku.aku berdiri dan langsung melepas dua tembakan mengarah ke dua pistol yang mereka pegang.spontan mereka gugup saling tatap, pistol mereka kini terpelanting jauh.tak ada pilihan lain, mereka maju menyerangku dengan tangan kosong, menyerangku dengan apa adanya.aku meladeni mereka paling tidak ini akan membantu untuk mengulur waktu menunggu mereka datang.mereka berdua cukup handal dalam teknik bertarung beberapa pukulan dan tendangan mengenai tubuhku.jual-beli serangan resmi kami lakukan.saat aku menggeram menghindari tendangannya, bobil mengambil pistolku sementara jebret menjegal kakiku, aku resmi terjatuh. sebuah kombinasi yang bagus, pistol terarah tepat kepadaku, jebret meraih pisau kecinya yang juga teracung untukku.ini buruk aku terpojokkan.aku mengangkat tangan symbol penyerahan. disaat itu pula mereka datang, aku sedikit lega.

„‟menyerahlah…atau kami akan menyerang….‟‟gertak kopong seraya mengacungkan senjata AK47, kali ini dia lebih dari siap untuk menghajar lawanya.

„‟berhenti di tempat. atau aku akan menembak temanmu ini…‟‟balas bobil, spontan eliz cemas melihatku‟‟sudra…‟‟ Kopong menahan eliz, lalu tersenyum berkata lantang.

„‟biarkan saja eliz. biarkan bobil dan jebret melakukannya, jika kalian ingin mengotori tangan kalian dengan dosa. allah akan membalas perbuatan kalian, apa kalian tidak

ingat nasihat captain, hah...!!‟‟ Keduanya terkekeh menjawab ‟‟apa yang kau katakan kopong…aku tidak takut.dan kami hanya ingin berkuasa, dan harta …ha...ha...ha…‟‟ „‟goblok….!!!istighfar bil, bret…ingat allah…‟‟teriak kopong marah, aku semakin faham keadaan ini, kopong mencoba mengulur waktu memberi celah untukku. sementara itu pasukan polisi siap menggerebek mereka. Saat pandangan bobil dan jebret fokus menyeringai ketusan kopong aku memberikan perlawanan, kakiku menjuntai 90 derajat menjegal jebret dan menjatuhkan pisaunya. dan langsung kusambung teknik yamakashi tubuhku tepat terpelanting lalu kakiku menendang pistol bobil. dan satu lagi tendangan kulandaskan di wajahnya. sementara saat jebret hendak berdiri membantu aku segera menendang pisaunya dan menancapkannya di tangan kirinya. spontan jebret menggeram kesakitan. tapi, serangan tak terduga terkirim dari xandria.

„‟maafkan aku, sudra…‟‟

Puluhan jarum melesat kearahku. eliz kopong hanya menatap tak menduga, semua terlambat. aku tak bisa apa-apa. hanya satu cara, aku menarik tubuh bobil yang masih mengelus wajahnya, lalu menutupkannya untuk melindungiku hitungan detik semua jarum itu terdampar di sekujur tubuh bobil.aku tahu, itu tidak hanya jarum biasa, melainkan disetiap ujungnya ada zat racun. hitungan detik saja sang korban akan kehilangan nyawa.

„‟ah...sia-sia saja mereka…ayo xandria cepat kita pergi...‟‟

Ibu xandria memberi perintah. gerakan mereka sama seperti malam itu, mereka seketika „hilang‟ bak bayangan yang ditelan gelap malam.aku melirik kopong, dia malah menggerakan AK47-nya, lalu menembak beruntun di dinding ruangan. hitungan detik terdengar suara geraman.

„‟akhh…. xandria…‟‟ Sungguh tak kuduga, wujud mereka yang dikira hilang sebenarnya hanya berpindah lantas mencari celah dinding tempat mereka masuk. kopong seperti sudah tahu „trik‟ mereka. setelah mengamati kejadian di manhattan jail.

Ibu xandria menggeram kesakitan, darah segar mencucur dari punggungnya. sementara xandria belum terluka, tanpa suara aku langsung mencabut pisau di jebret dan melemparnya kembali Keara xandria.dan „‟tap‟‟pisau iu menancap dalam di punggung kakinya. mereka resmi tak bisa melarikan diri. para pasukan polisi segera mendatangi TKP.

Mulai mengepung mereka.

„‟ayee…dua shadow bird. menghilang seolah ditelan malam, `tapi tak perlu tahu dimana kau menghilang, hanya cukup mendengar decitan langkahmu aku bisa tahu diamana posisimu...dasar teknik kuno...kalian harus diadili atas semua ini…opsir tangkap mereka ...bawa ke markaz. beserta jebret.dan bersihkan semua. jangan tayangkan ke media, kejadian ini hanya akan membuat kita

terancam keluarga ekonomi bayangan.‟‟

„‟oke, tuan...‟‟letnan opsir menyeringai.

Aku menghampiri kopong, wajahku tertunduk

bersalah, berkata pelan

„‟pong...maafkan aku telah melukai dan

membunuh bobil dan jebret…‟‟

„‟sstt...kau tak perlu minta maaf, kita harus menegakkan kebenaran dan menyalahkan kesalahan. itulah hak mereka, mereka bebal.tak mau ikut nasihat captain. pembangkang, mereka kafir. bahkan aku berterima kasih, kau telah melakukan hal

terbaik dalam hidupmu.‟‟

Eliz merangkulku juga kopong, kami bertiga

saling berhadapan. eliz yang menyeringai.\

„‟dengan seperti ini misi kita couple golden selesai…. semua pencurian, dan insiden kematian tuan exectra telah diketahui. good job guys… setelah ini aku traktir kalian di

restaurant kebab…oke??, hha. ha.‟‟

Eliz menjulurkan tangan disambut kopong dan aku, kami berseru senang, syukurlah misi ini

telah selesai.#

kita pelupa abadi

Dineraka, orang-orang berlarian kesana kemari tanpa tawa, ketakutan menyelimuti wajah-wajah mereka, suara-suara menakutkan terdengar menyuar, bersama api-api yang membara, hingga sang tuhan membolak balikkan keadaan, menyelintir setiap raga. Disana tiada hawa ketenangan, tiada hawa kedamaian, apalagi kelezatan. mengisakan hukuman, hukuman dan hukuman. tuan akan disuguhkan dengan pemandangan orang merintih karna guguran bola api. terus mengadah pada tuhan mereka, belum siksaan linggis-linggis akan memenuhi tubuh mereka, pasukan ular menghampiri seraya mencabik habis tubuhnya, dan disaat tubuhnya sudah

sirna, dengan seyogyanya akan utuh kembali

dan akan dirusak lagi. itulah rotasi siksaan di neraka.

´´malaikat, tidak adakah dari mereka yang dapat masuk surga? ´´tanya segan tuan imamkala bersama sang malaikat.tak lama

malaikat-pun menjawab,

´áda, tapi itupun tak mudah. ´´ tuan imam hanya mengangguk mengiyakan,

lalu meneruskan bertanya,

´´wahai malaikat, kulihat disana ada orang menjerit hebat.apa gerangan dengannya ...? ´´

´´merekalah yang sering melihat bukan

mahromnya, mata keranjang...´´

´´apa mereka tahu akibat apa yang mereka lakukan...? ´´

kali ini tuan imam lebih antusias´´iya…. mereka tahu. ´´

perjalanan mereka terus berlanjut,menyusuri setiap jiwa yang sengsara disana, tiada cahaya mentari lagi disana, apalagi kicauan burung nan membelai , disertai sepoian angin yang menderai, setiap mata tarus mengadah dengan mulut yang tak henti-henti menjerit hebat, disertai perasaan kecewa.ingin lagi kembali ke dunia tuk beramal saleh ,hati mereka kecewa kenapa di dunia mereka tak beramal saeh.?hanya kemaksiatan dan kelalaian yang mereka kerjakan padahal , mereka tahu akibat pekerjaan mereka .dasar manusia, ingin selalu melupa, dan enaknya saja.dasar manusia.

***

´´maukah anda saya ceritakan tentang sebuah rahasia? ´´sang malaikat menawarkan tanpa sungkan pada tuan-imam, sementara tuanimam mengangguk antusias seraya menjwab penuh penasaran.

´´tentu saya mau, wahai malaikat…. ´´

´´dulu kala disurga, tuhan-rabb pernah mengadakan sebuah pengadilan. Pengadilan antara sebuah keputusan, disaat itu surga ditengah kegelisaannya. para makluq tuhanrabb berkumpul, dari kaum kami (para mlaikat), jin, syaithon, dan 2 orang tersangka, yaitu kakek dan nenekmu (kalian manusia); adam dan hawa. Mereka melanggar perjanjian abadi surga,telah memakan buah terlarang surga,tuhan-rabb murka,hingga memberi mereka berdua ultimatum menurunkannya didunia,sebuah tempat yang menjijikan.dan saat itu pula telah keluar keputusan baru,bahwasanya bangsa jin , dan syaithon berwenang untuk senantiasa merujuk manusia menuju jalan kemaksiatan dan kesesatan.siapa yang banyak amal kebaikanya , maka surgalah ganjarannya.dan sebailknya jika banyak amal keburukannya , maka nerakalah ganjarannya.simpel bukan?.tapi para syaithon tak henti-hentinya menggencarkan misinya, terus menggoda manusia,semakin tinggi derajat manusia , semakin tinggi pula derajat syaithon yang mengganggunya...´´ ´´berarti tak terkecuali diriku…? ´´tuan-imam gelisah.

´´semua, anda juga...semua manusia´´

tuan imam mengangguk dalam-dalam, lalu kembali melihat pemandangan sekitar, setiap siksaan dilihatnya, suasana mencekam, lebih panas dari hawa sebelumnya, tuan-imam lebih antusias bertanya ia tak mau melewatkan momen langka ini.

´´aku lihat disana sekumpulan orang tenggelam di lautan api nan mendidih, apa gerangan ya malaikat...´´ ´´itu untuk mereka yang ingkar pada tuhanrabb, ´´

´´mereka tahu akibat apa yang mereka

lakukan...? ´´

´´iya...mereka tahu tapi mereka melanggar dan mereka akan kekal disana...´´

pandangan tuan-imam terus menelisik sekitar, alisnya mengkerut tak kuasa melihat manusia yang disana.

´´disana ya malaikat, ada orang-orang yang lidahnya dipotong lalu tubuh mereka dihancurkan berkeping-keping, dan menyatu kembali dan dihancurkan lagi...apa gerangan ya maliakat…?´´

´ítulah mereka yang sering melakukan kebohongan dengan lisan mereka, hingga timbul suatu perang yang dihasilkan karenanya, para pengadu domba...´´

´´mereka tahu akibat apa yang mereka lakukan…?´´

´´ya..mereka tahu..´´

kali ini nada tuan-imam lebih mengecil, merasa ada kejanggalan yang tengah terjadi.

´´wahai malaikat...perjalanan kita sudah cukup panjang, dan aku tak kuasa lagi melihat siksaan ini...dan tak mungkin saya akan berada di kondisi yang seperti ini. kenapa diriku engkau persilakan, kau tuntun melihati semua gambaran neraka ini…???...apa

spesialnya diriku ini…

???...´´

langkah mereka terhenti, sang malaikat menjawab.

´´setiap amal perbuatan ada balasanya, dari yang keji maupun yang baik. Tuhan-rabb mengustusku untuk melakukan ini padamu. atas semua kebaikanmu dulu yang telah kau perbuat. tapi kali ini aku hendak mengabari tentang telah usainya pula perjalanan kita saat ini. ambilah semua hikmah dari sini, kelak engkau tak terjerumus di lobang kemaksiatan. sekarang saatnya saya kembali.dan tuan juga

harus kembali...´´

tiba-tiba sang malaikat memancarkan cahayanya, yang benar-banar membuat tuan imam tak kuasa melihatnya, terus menerus hingga seluruh pandangan dipenuhi cahaya, tuan imam menutup mata, tapi cahaya tetap merasuki dirinya.dan dia tak tersadar semua telah kembali.

***

´´tuan-imam...tuan-imam….beliau hidup kembali…!!´´suara-suara bising di perkumpulan itu, terdengar parau di telinganya, setelah dia mencoba mengembalikkan diri dia pelan-pelan membuka mata, melirik sipit pemandangan yang ada disana .dia langsung terkejut dengan orang-orang yang mengelilinginya,mengenakan pakaian menutup aurat seraya memegangi al-qur´an mereka, seperti sehabis membaca yasin. tuanimam mendudukkan diri seketika seisi rumah dipenuhi suara takjub tak percaya mereka tak hentinya mengalihkan mata pada tuanimam.dia melihati tubuhnya yang tengah dipenuhi kain kafan dan beberapa helai

jarik.dia langsung mengambil kesimpulan,

´´kalian kira, aku sudah mati…? ´´

akhirnya dengan suara parau tuan-imam membuka mulut.mas maryo selaku murid tuan-imam langsung menyibak kerumunan mulai menjelaskan keadaan.

´´maaf tuan, sudah 3 hari kondisi tuan tak jelas, tak bernafas, tak ada denyut nadi. Dokter mengatakan tuan meninggal dunia. saya undanglah para jama´aah dan warga sekitar untuk mensholati, memandikan, ingin menguburkan tuan hari ini ...tapi sebuah keajaiban allah berkata lain, tuan kembali hidup...alhamdulillah…. ´´ tuan-imam termangu, mencoba memahami apa yang telah terjadi.tak lama mas maryo meminta para jamaah dan para warga untuk kembali kerumahnya, seraya meminta maaf atas segalanya. membiarkan tuan-imam menenangkan diri.

Sementara langit sore telah berganti menjadi sebuah mega merah yang menutupi, kini suara kicauan burung didengarnya kembali, bersama riuhan angin yang merambat dari lobanglobang dinding kamarnya. tuan-imam memberihkan diri dari semua ´´mimpi´-nya. dia mandi dan saat itu pula terdengar suara adzan yang tersuar dari masjid desanya. begitu bising tak berubah semenjak 2 tahun silam. akhirnya tuan-imam beranjak pergi ke masjid sementara langit menggemuruhkan diri, hendak menurunkan hujannya. tuan-imam tak menghiraukannya terus melangkah menyusuri jalanan menuju masjid desa. suasana di rumah-rumah ramai, mereka saling menggerombol, setelah saat melihat tuanimam mereka segera membuah bibirkan dirinya. terus tergosipi.

´´tuh lihat...kalian lihat manusia yang hidup lagi...mati suri...aneh ya...´´

salah satu suara yang ditangkap tuan-imam, tapi dia tak menghiraukan hanya cukup beristighfar dalam hati. sesampainya dimasjid para jamaaah sudah siap untuk shalat tapi terlihat mereka saling bingung ,siapa yang hendak jadi imam,diantara mereka ada yang saling dorong mendorong memajukan kanankiri mereka.mas maryo yang hendak maju dengan percaya diri setelah saat melihat tuanimam datang dia menunduk memperdilakan tuan-imam maju,semua mata kini tertuju padanya.mereka saling terheran.tapi shalat tetap dimulai hingga akhirnya tuan-imam memberi nasihat-nasihat dari ´mimpi´-nya.

´´memang tak ada manusia yang hidup dua kali, tapi kuasa allah atas segalanya melebihi mahluknya tak bisa dijelaskan logika. mati suri. disana saya sendiri menyaksikan bayangan neraka yang mengenaskan, sungguh.

´´

tak lama tuan imam mengundurkan diri, ingin segera menyendiri lagi, tapi disaat itu seorang lelaki menghampirinya. dengan penuh

keseganan dia berkata,

´´maaf tuan, maukah anda menceritakan cerita tuan tadi dirumah saya, akan sangat bagus bila

ditemani dengan secangkir kopi. ´´

tuan-imam berfikir sejenak, dia tak mau mengecewakan jamaahnya, lalu mengangguk setuju.

Sesampainya dirumah lelaki itu tuan-imam disuguh bak raja semua hidangan tersedia, dan dia mulai bercerita pada lelaki itu. sebenarnya tuan-imam juga tak menahu siapa lelaki ini, hanya berfikir sesaat bahwa tindakanya ini tak ada salahnya, menurutnya, sekedar berbagi cerita. tak lebih.

´´jadi seperti itu tuan...banyak hikmah yang akan anda ambil darinya...´´ jelas akhir tuan-imam. disaat itu juga hujan mulai membungkus suasana. sebelum saat lelaki itu pergi dia mempesilakan tuan-imam dan berkata,

´´tuan imam...sepertinya hujan lebat akan turun semalaman...akan lebih baik tuan bermalam disini, saya akan bersenang hati menerima tuan. oh-ya. Kamar tuan ada disana. anggaplah rumah ini seperti rumah tuan. saya

pamit sebentar mau ke dapur mengurus sesuatu...´´

itulah kata terakhir lelaki itu yang dilengkapi senyum segannya. tuan imam hanya mengiyakan dan terus menikmati hidangan didepannya.jam terus berlalu, tuan imam mulai merasa janggal. Rumah itu tak terlalu besar, yang mungkin hanya terdiri dari tiga bagian, ruang tamu, dapur dan ruang tidur. seperti yang dikatakan lelaki tadi, tuan-imam mencoba melihat suasana, disaat itu dia mulai merasa berat diri. mata dan fikirnya, seperti mabuk.

´´apa mungkin aku terlalu banyak makan ya….hmm´´tuan -imam mengadah seraya memegangi kepalanya.sementara langkahnya mulai menuju dapur,ketika membuka pintu berukuran 6 x3cm itu dia terheran ,ternyata tiada seseorang disana,lalu dimanakah lelaki tadi.?hujan lebat semakin membungkus suasana ,percikan airnya mulai menembus atap rumah yang hanya terbuat dari seng lama,ia semakin penasaran ,akhirnya dia beranikan diri memasuki ruang

kamar,pintunya tak terlalu tertutup rapat,tuanimam semakin mudah mendorongnya,ia terperanjat ketika pandangannya menelisik ruang tersebut,hanya ada satu ranjang disana berukuran cukup lebar,dengan seseorang terbaring disana tubuhnya tertutup selimut rapat-rapat,tuan-imam semakin penasaran.dengan menelan ludah bersama kepala yang semakin pusing menjadi-jadi dia melangkah padanya.pandangannya semakin sulit,ketika dia meringkup selimut tersebut dia terpental kaget bukan main,seorang wanita terbaring lunglai dengan tubuh telanjang disana.

´´astagfirullah...´´refleks tuan-imam. Tuan-imam mencoba mengendalikan diri, tapi apa jua, kepalanya semakin dipenuhi fikiran setan, pandanganya semakin melayang, disaat itu pula wanita itu membalik tubuhnya, semakin terlihatlah bentuk tubuhnya nan sempurna. dimalam itulah, tuan-imam bak setan, disetubuhilah wanita itu, hingga suara suar itu terdengar tiba-tiba.

´´blar……. blar…...´´

sebuah petir menggelegar menghantam rumah itu bersama tuan-imam dan kondisinya. tuanimam meninggal pada kondisi hinanya.

***

´´akhirnya aku harus menjeputmu ya tuanimam…...hha. ha...´´seru bayangan berjubah disana dengan pancaran mata yang mengerikan, sementara tuan-imam menangis kecewa.

´´kenapa harus berakhir seperti ini…...allah rabbku…. maafkan aku ...aku khilaf...aku khilaf...ampuni hambamu…. ´´tangis sendu tuan-imam, seketika itu datanglah seorang lelaki yang dulu dijumpainya untuk bersinggah di rumahnya. lelaki itu tertawa lebar seraya mencerca.

´´hha...ha...tuan-imam..itukah dirimu sang penikmat wanita...hha..ha...yang katanya panutan,seorang imam,pemimpin ...kok malah seperti ini...ha..ha..aku memang sengaja, semua telah kususun, dari hidangan yang mengandung obat penidur, dan rumah itu adalah rumah seorang janda yang ditinggal suaminya,yang seminggu ini sakit-sakitan,dia miskin,dia tak punya pakaian untuk dipakai,hanya menyisakan selimut itu, dan malangnya malam itu tuan-imam menyetubuhinya...coba bayangkan ,apa kata warga tentang ini...hha..ha...´´

´´dasar iblis biadab…!!!´´pungkas tuan-imam penuh amarah penyesalan. tapi ia sadar itu semua tak ada gunanya. kini dia hanya siap

pada sang pencipta, untuk menerima adzab balasanya.

´´tuan-imam, anda tahu apa akibat perlakuan tuan malam itu…? ´´sang malaikat bertanya dengan suara parau.

´´ya...aku tahu...´´

´´tapi kenapa kau melakukannya….?? ´´ tuan-imam tak bisa menjawab, dia hanya menunduk berpasrahkan diri, mulutnya terbungkam kehabisan kata-kata, itulah hakikatnya manusia, sang pembebal, pelupa. mengatas alasankan ´´kekhilafan´´untuk segala kesalahan mereka.dan selalu kekecewaan datang diakhirnya. padahal mereka sudah menahu akibat perbuatan mereka. dasar manusia. #

’’apa aku izrael-MU?’’

kala itu mentari tak bersinar, sinarnya bak menghilang termakan jagad raya, menggidikkan jiwa yang mendapatinya, kumpulan awan hitam terus menyatu, membentuk satu kesatuan´unity of grey cloud´ begitu orang-orang memanggilnya, suasana langit hitam. Beberapa kali terdengar gemuruh petanda hujan, disaat itu pula orang-orang dari setiap penjuru kota berkumpul mengenakan pakaian seadanya, solah tak ingin melewatkan sebuah puncak acara, bahkan mereka saling menukar kabar yang ada, śuasana ramai nan bising hingga saat bayangan berjubah hitam itu datang , mengenakan topeng yang hanya mengisakan matanya tuk dilihat, kedua tangannya mengenakan kain kanvas yang saling melilit erat hingga ke mesin algojonya.semua mulut terdiam, saling ketakutan, kini hanya terdengar suara dari mesin algojo yang dibawanya dengan terseret oleh tanah.bersiap untuk mengeksekusi korban pencabutan,seorang narapidana. Tiba-tiba langit gelap mempersilakan pada satu titik longgar, menyudikan diri sinar matahari untuk menembusnya, cahayanya sedikit menyinari, tapi sepoi angin tak menghiraukan diri, sepoinya berhenti disaat ´sang algojo´mengangkat gamannya.dan satu hantaman.

´´jret…...´´ suara kecipak darah segar terdengar, sebuah mesin algojo yang berupa pisau tajam nan besar telah berhasil menebas leher sang korban. kepalanya langsung menggelinding dan segera dimasukan pada karung oleh petugas. kini suasan bising oleh para warga yang mengais tak tega. mereka seakan mengandai-andai dirinya menjadi sasaranya. sang algojo langsung pergi dengan langkah mengerikanya, tanpa salam, tanpa sapaan. itulah sang algojo, pencabut nyawa, katanya.

***

´´abi-abi…. abi setelah ini akan mengantarkanku ke sekolah kan…??´´tanya ceria seorang anak pada ayahnya ditengah sesi sarapan pagi bersama mulutnya yang masih dipenuhi nasi goreng. sang ayah mengusap beberapa nasi yang menempel di pipi putranya seraya tersenyum menjawab.

´´tentu nak...hari ini kamu kan akan dapat raport, elza mau naik kelas-kan...´´

´´hore...dapat raport...´´elza berjingkrak senang melupakan nasi goreng sarapannya.

´´hayoo…. habiskan dulu nasi gorengnya elza...´´ibunya datang mengingatkan seraya menbawa susu putih untuk putranya lalu duduk di tengah suasana. memandangi anaknya nan lucu ceria. elza namanya, dia baru beranjak 5 tahun yang rencananya tahun depan akan masuk sekolah dasar islam yang ada di pusat kota.

Setelah saat dia dan ayahnya menghabiskan sarapannya, kini mereka beranjak mengandarai mobil dan menuju sekolah yayasan elza. setelah berpamit dengan ibunya mereka mulai melesat pergi.

Pemandangan kota cairo siluet pagi, cahaya mentari seolah sudah menerangi, manusia dengan sejuta kesibukannya telah memadati kota, hari ini akan jadi hari penentuan, begitu jarang sekali martiel mengantar anaknya, paling-paling hari seperti ini, pun sebenarnya yang harus mengantar putranya adalah sarah, istrinya. tapi dia tak mau bertikai lama, dan akhirnya dia mengalahkan diri, dan terjadilah seorang martiel mengantar anaknya mengambil raport.

´´apa kau yakin kau akan naik kelas elza…??´´martiel bertanya mencoba memecah suasana di perjalanan, elza yang sedari tadi asyik bermain tentara mininya terdiam, lalu

memandang ayahnya riang seraya menjawab,

´´tentu ayah...elza-kan rajin, sering mengerjakan PR, nilai elza juga selalu baik...karna elza pengen kalau besar nanti jadi seperti ayah ...selalu sibuk...´´

martiel tercengang dengan perkataan putranya, dia segera menggeleng pelan, menepuk pundak putranya, seraya berkata.

´´hei elza...kamu gak boleh jadi seperti ayah...tapi kamu harus bisa lebih tinggi, setinggi mimpimu di angkasa...elza janji, ??´´

elza mengangguk mantap, matanya membesar.hitungan menit setelahnya mereka sampai di sekolah yayasan bagladh.sekolah yayasan resmi pemerintah ini sudah dipenuhi wali murid yang bersiap mengambil rapor untuk anak-anak mereka.bahkan, tak sedikit dari mereka yang sudah mengambil raport untuk anaknya, ada yang sedang puas dengan nilai anaknya seraya membolak-balik kertas raport tak percaya.lalu girang menggendong anaknya.ada pula yang sebaliknya , terdiam termenung di pojokan, kecewa dengan anaknya, bersama posisi tangan ingin segera memukul anaknya. Martiel dan elza mulai memasuki ruang kelasnya, disana sudah sepi, terlihat tinggal satu raport disana bersama ibu guru tua yang menunggu, disaat kehadiran mereka dirasa, ibu guru tua itu langsung menyambut mereka dengan ceria.

´´halo elza...kau menjadi pengambil terakhir hari ini...´´

elza berjingkrak-jingkrak tak sabar, martiel mencoba membagi senyumnya, walau dengan senyuman pawakan martiel tetap garang.ibu guru mempersilakan martiel duduk, sementara elza dibawa keluar sebentar bersama seorang asisten guru, ibu guru mulai membuka sesi pengmbilan raport, wajahnya mulai menuju keseriusan.

´áyah dari saudara elza muhammed, tuan martiel bin sammad...bisa kita mengobrol

sebentar tuan..??´´

martiel hanya mengangguk dan lagi tersenyum tanda mengiyakan setuju.

´´elza murid yang rajin, berprestasi dan ranking 1 di kelas...tapi, dia sering mengeluh tentang dia yang jarang bertemu ayahnya...kalau saya boleh tahu, apa pekerjaan

tuan...??´´

martiel terbungkam, fikirannya melayang dengan satu kata ṕekerjaan´, pekerjaan martiel? dia ingin menjawab ya dialah seorang izrael. pencabut nyawa, algojo tersohor do cairo, kenangan-kenangan pengeksekusian tentang korbannya seolah melintas di benaknya.

´´aku izrael….eh, maksudku …. aku bekerja untuk pemerintah dalam...´´

martiel tergagap mencoba menutupi diri, sementara ibu guru melipat dahi sedikit membenahi kerudungnya, dan berkata dengan nada yang lebih halus.

´´maaf tuan, saya harus tahu pekerjaan detail setiap wali murid. hal ini juga saya lakukan pada wali murid yang lain, karna saya adalah orang tuan mereka di sekolah...saya mohon terbukalah...saya akan menerima apapun

pekerjaan anda...´´

martiel diam sejenak, setelah saat mengambil nafas dalam-dalam, dia mencoba mengendalikan diri. Bersiap Menyampaikan apa adanya, lalu menatap ibu guru mantapmantap seraya berkata pendek.

´´aku seorang algojo…. ´´

ibu guru itu tercengang, 2 matanya tak kunjung berkedip, ia menelan ludah lalu cepat-cepat memberi raport elza pada martiel lantas menundukkan kepala segan dan buruburu pamit pergi, mengingat martiel adalah wali terakhirnya hari ini, sementara asisitennya bingung mencoba mencegah, bingung apa yang telah terjadi, lalu elza masuk melihat ayahnya yang duduk sendiri, dia menghampirimnya seraya memeluknya erat.

´´elza ...kau hebat...ayah bangga padamu...ayo kita pulang...´´seru pendek martiel memeluk putranya, sebenarnya dia harus siap dengan keadaan seperti itu. Mana ada masyarakat yang mau menerima seorang algojo sepertinya, dia bagaikan monster, selalu ditakuti, dan dijauhi. jikalau kedok dirinya diketahui oleh lebih banyak orang lagi. martiel mencoba merenung diri.

***

(dear m.r martiel kedatangan tuan di bell-cacth sore ini, ada seorang pidana yang harus dihukumi martiel terketuk membaca sms itu, dan segera menutup lagi ponselnya. wajahnya seketika suram.

´´ayah, ayah kenapa…???´´seru elza yang akhirnya memaksa martiel memasang wajah cerahnya, ia mencoba tersenyum seraya berkata.

´´tidak apa-apa…. kau hebat elza, rangking 1

di kelas. ´´

mata elza seketika membesar bersinar, lalu

berjingkrak senang ´´horee…. aku rangking

1.!!!!´´

sinarnya benar -benar memanasi kota. suasana

sarjan, A. Aziz) kota lebih sepi. banyak dari orang-orang

mentari mulai menyongsong diri, membiarkan dirinya paling kuasa dilangit sana. kini memilih meneduhkan diri di rumah-rumah atau di kantor-kantor mereka. sementara martiel baru mengingat janjinya. Sore ini ada janji dengan sarah, istrinya. jikalau putranya mendapat rangking 1, mereka akan membelikan mainan apa saja pilihan elza di mall bell-cacth. tetapi serjan A. aziz, mengabarkan tempat pengeksekusian ada di bell-cacth. bagaimana yang akan terjadi jikalau anaknya tahu, dan bagaimana dia akan membagi diri...?

tak lama mobil martiel mulai memasuki rumah, sarah segera menyambut kedatangan mereka girang. elza-pun langsung membuka pintu mobil tak sabaran dan segera memeluk ibunya kembali berjingkrak dan berkata riang pada ibunya.

´´ibu...ibu...elza rangking 1…. horee...´´ ´´hmm...pastilah nak...kau memang hebat...itu baru anak bunda...´´

seketika juga sarah segera menatap martiel, seakan mengingatkan tentang janji mereka.martiel menyeka dahi, ada sesuatu yang mengganjal , sarah tahu itu.akhirnya setelah berdiskusi lama , sore itu mereka tetap pergi membelikan elza maianan, dan martiel tetap bisa menjalankan ´tugasnya´.dengan alih-alih dia akan pamit setibanya di parkiran dengan seribu alasan, dan elza akan langsung membeli mainan dengan ibunya.soal seperti ini dia tak mungkin bertanya mau kemana ayahnya,karena mainan sudah memenuhi hatinya, elza akan lupa akan segalanya. Martiel menepati ´tugasnya´, dia berlagak seperti warga biasa yang mulai berkumpul untuk menyaksikan pengeksekusian. setelah itu dia akan mencari serjan A. aziz bersama truk tim pemerintah, disana dia mulai mengenakan jubah hitamnya, serta topeng kematiannya, seraya mencoba mesin algojo tentang tingkat ketajamannya. seolah-olah ruh sang izrael telah merasuk ditubuhnya. martiel menutup mata, berdo´a pada rabb-nya. saat itu juga serjan A. aziz datang.

´´ini biodata sang pidana…. ´´śerunya seraya menyerahkan kertas itu pada martiel, martiel melihatnya malas, tapi hitungan detik matanya spontan melotot, mengamati lanjut sang pidana. kali ini ia tak percaya, pidana kali ini adalah marquez. teman sekolahnya dulu sewaktu di madrsah. diduga dia pelaku pembunuhan dan pencurian.dia dijatuhi hukuman mati. seketika mesin algojo martiel terjatuh dari dekapan tangannya, tubuhnya bergetar ia tak tega. serjan A. aziz segera menepuk bahunya seraya menasihati.

´´aku tahu dia temanmu dulu waktu di madrasah. aku sudah membaca riwayatnya. tapi masalahnya dia bersalah...dan kau hanya melakukan tugasmu. tak lebih ..ini bukan berlandaskan balas dendam atau apa..ini untuk kepentingaj ummat...tolong profesional-lah,

martiel..!!´´

beberapa menit berlalu, ia masih bingung. Setelah keringan dinginnya berhenti membasahinya, akhirnya satu keputusan diambilnya. ia mengambil mesin algojonya, suara gesekannya memenuhi ruangan. ia segera menuju tempat pengeksekusian yang disana telah berkumpul orang-orang tuk menyaksikan. sementara itu.

´´elza...dimana kau...???´´teriak sarah mencari putranya. Beberapa menit lalu setelah membeli mainan. elza langsung lari darinya, disaat sarah mencari pandangannya berhenti di halaman mall bell-cacth.dan disana ada elza. lebih tegangnya lagi disaat itu pula martiel sang algojo sedang mengangkat mesin pembunuhnya. Sarah langsung berlari sekenanya meraih elza.

´´elza…!!!jangan melihat….!!!apa yang kau lakukan disini…!!!

sarah langsung mendekap putranya, matanya membesar tak percaya, tapi sarah terlambat. Saat hendak meraih putranya mesin algojo segera menebas menghuyung sang pidana´´bleess…. ´´kepala sang pidana menggelinding dibiarkan. elza masih mematung dipelukan ibunya .mainan barunya terjatuh . Sarah bersedih, matanya berkacakaca. sementara sang algojo sempat melihat pemandangan itu dan segera pergi setelah menjalankan tugasnya, orang-orang cepat pergi seakan tak terjadi apa-apa.

***

bulan purnama tertengger gagah di angkasa. dilengkapi taburan indah bintang-bintang, martiel memandangi langit malam, beribu-ribu ulasan ia fikirkan, tentang sebuah kegelisaan akan keputusan.tak lama sarah menghampirinya.

´´mungkin aku akan berhenti menjadi algojo…...´´

ucap martiel memenuhi suasana malam, sarah melamut lalu memeluk suaminya dari belakang, mencoba menenangkan.

´´bi...tak seharusnya kau bicara begitu...kau tak salah, itulah tugasmu, kau hanya menjalankan tugas...itu saja dan aku menerima

semua itu...´´

martiel membalik tubuhnya seraya memandang wajah sendu istrinya menyeringai.

´´tidak sarah…. aku telah membunuh banyak orang sampai-sampai temanku sendiri...dan apa yang akan elza katakan kalau ia tahu ayahnya seorang algojo...hidupku ibarat malaikat izrael. sana-sini mencabut nyawa

manusia...betapa bengisnya aku ini…. ´´

seketika sarah memegang pipi suaminya. matanya berlinang, penuh isakan air mata. seraya berkata getir.

´´apapun keadaanmu kau tetap suamiku. dan aku mencintaimu. martiel tetaplah martiel. bukan izrael, dan jangan merasa seperti izrael. Apalagi berlagak seperti izrael. niatkan kau melakukannya lillah...untuk allah...alllah...dan

alllah...´´

martiel ikut berlinang, kini ia memeluk erat

istrinya. disaat seperti ini sosok sang istri mampu meluruskan kembali tekat hatinya.almar atu-asholihatu itulah istrinya. Setelah beberapa hari berlalu, martiel tetap memenuhi panggilan pengeksekusiannya. menjadi seorang pencabut nyawa. #

petaka sendu berpayung

biru

kelopak bunga yang memancar dari setangkai bunga citrium benar-benar memukau, akan lebih menakjubkan jikalau bercampur dengan warna nan berbeda, maka pemandangan para bunga di kebun sekolah itu tak jarang memikat simpati siapa yang meliriknya. ditambah kumparan rumput yang cukup luas dengan beberapa kursi istirahat disana. akan lebih nyaman mendudukinya ketika matahari belum menyongsong diri seperti saat ini.

Di pagi nan cerah itu seakan semua alam tersenyum bahagia, bak memberi sapa pada

satu warna di bawah naungnya, yaitu yang terdapat pada satu gadis jelita ,dialah nita.waktu itu beberapa menit menjelang bel masuk kelas.para siswa memakai seragam putih-abuabu muali memadati setiap sudut sekolah.dan risaunya pemandangan mereka harus terkecok dan tertuju pada satu gadis ini,mereka saling tertawa, menyoraki, dan tak sedikit antara mereka yang mencemooh dan menggosipinya.ya!di pagi itu nita datang dengan payung birunya seraya mengenakan jaket biru polos yang cenderung seperti jaket kesebelasan chelsea.kedatangannya membuat simpatik seluruh mata, selain dari kecantikan gadis ini , tapi dia malahan menjadi morning break.karena penggunaan payung birunya seolah menyita perhatian ,mereka bertanyatanya ..cuaca cerah kaya gini, ngapain bawa payung.?

Itu kata-kata yang sering diterimanya, tapi nita tak menggubrisnya membuat seolah itu angin lalu.

Langkah nita gemulai tapi ia menundukkan kepala ,bukan karena malu.tapi itu kebiasaannya.dia seorang yang pendiam.langkahnya memasuki ruang koridor sekolah.entah apa yang terjadi disana,tiba-tiba seluruh mata meliriknya.nita berhenti di sebuah majalah dinding (mading) siswa yang penuh oleh para siswa.setelah menyadari kehadiran nita seketika semua mata membalik tubuh seraya meluangkan jalan untuk nita lalu pergi .walau setelah itu dia sadari mereka saling mengocehinya.nita terus tertuntuk sipu dan pandangannya langsung tertuju pada sebuah poster di mading itu.( pemenang lomba olympiade kimia tingkat provinsi jawa barat, iskandar sulema/kls xi A.)

poster berukuran 10 x 5 cm itu memampangkan gambar seorang lelaki yang tampan (menurut para sisiwi lainnya) bersama piala berkaki empat yang diangkat dengan kedua tangannya. nita mengkerutkan dahi tak suka. setelah lama mengamati kabar-kabar di mading itu, akhirnya nita sadari itu adalah berita lama, dan yang terbaru hanya poster tadi. nita menghela nafas kecewa. lantas pergi menuju kelas seraya terus membawa payung birunya. dialah nita namanya.

***

pagi itu,melodi-melodi kehidupan seakan berkumpul membentuk satu kesatuan di hati.setiap ritmenya selalu memanasi diri.cahaya mentari seolah menjadi cahaya sorotan pementasan.dengan gemulainya kumainkan sexofone milikku.sementara langkahku kubiarkan menderapi jalanan yang masih lengang ini.pasukan merpati-pun merasa tak ingin tersaingi.mereka terus mengoceh bersiul di tepi kanan dan kiri.seakan-akan ingin menyatakan bahwa merekalah vokalis sejati.bahkan, ibu-ibu yang sedang menyapu halaman rumah mereka sempat bertolah-toleh mencari suara hembusan sexofone -ku ini.hingga langkahku tak terasa sampai di gerbang sekolah, aku langsung memasukkan sexofone-ku ke tas gendongku Seraya menyapa pak darto ( satpam sekolah) .suasana sudah ramai, mengingat hitungan menit lagi bel sekolah akan berbunyi.entah kenapa ,sedari gerbang tadi seakan-akan seluruh mata wanita di sekolah ini tak henti-hentinya menatapku seraya sesekali melongo atau menunduk melemparkan senyuman gatal kepadaku. ´´iskandar...selamat ya…. cemumut ea.!! ´´ seakan kata-kata itu terus menggendang di telingaku, aku tak mengerti apa yang tengah terjadi. hingga langkahku yang menyadarkanku akan segalanya. tentang sebuah poster yang terpampang di mading sekolah. dan benar itu fotoku 2 hari lalu saat selesai memengangkan lomba kimia di kota.aku spontan menggeleng kepala melangkah cepat ke kelas.

´´cie... yang lagi naik daun…. hemmm. ´´ujar adit (teman sebangkuku) yang menyapa di tengah kedatanganku.aku langsung menimpuknya dengan tas gendongku.aku melepas nafas lega.

Adit tertawa dan kembali membaca bukunya, pandanganku menelisik suasana kelas.pak guru belum masuk kelas, teman-teman memilih ngobrol, gosip, atau sekedar membaca bukunya untuk mengatasi kekosongan. sampai pandanganku berhenti di belakang meja paling belakang kelas, siluet payung biru ada disana.hah, payung biru? untuk apa? dan kenapa? aku berdiri dan menghampiri payung itu seraya melihatya

aneh. tiba-tiba suara sendu itu terdengar,

´´ehm…maaf, itu payungku, tolong kembalikan...´´ mataku segera mencari letak suara, saat aku membalik tubuh, aroma parfum itu sekejap membungkus diriku.aku memejamkan mata terkesima. rambut panjang nan gemulai, mata nan indah, serta tatapan dari mata coklat terang itu seakan menghilangkan semua pertanyaanku, hanya mengisakan satu kata, kedamaian.

´´éh...e-...kamu siapa.? kok di kelas ini...??´´tanyaku mencoba mengendalikkan diri, seraya menaruh payung biru itu dibelakang tubuhku. perempuan itu semakin mengkerutkan dahi tak suka.

´´íih...kamu cowok yang di poster mading itu kan...sebel amat ...nyebelin...udah balikin sini

payungnya…!!´´

seru perempuan itu yang kali ini seisi kelas memandangi kami, mereka mangut-mangut berdehem, dan menyoraki kami´´...hss...cie... cie... cinta monyet nih...hha...ha…. ´´ suara sorakan yang dipadu tepuk tangan menghujani kami, aku hanya terdiam, sementara perempuan itu tersipu malu, wajahnya merah.dan langsung duduk mengambek tak menghiraukan. saat itu pula bel berbunyi pak guru memasuki ruang kelas seraya meneteng sebuah peta.dan langsung memulai pelajaran.

´´sebelum bapak melanjutkan pelajaran hari ini, selaku wali kelas kalian. yang selalu membimbing. bapak ingin mengenalkan 1 sisiwi pindahan dari kelas xii B./ips.ke kelas kita, saudari nita silakan...´´

pak guru mempersilakan nita, perempuan yang tadi berdiri, tertunduk malu lantas maju mengenalkan diri. seisi kelas tak mau melewatkan sesi ini.

´´oke temen-temen...namaku Nita syarifatu ulaya...dulu aku kelas xii ips karna melihat nilaiku yang condong ke pelajaran ipa, dan aku juga ingin itu. setelah izin ke ibu, akhirnya aku pindah ke kelas ini...semoga kedepannya kita bisa naik kelas sama-sama…. trima kasih...´´

senyum nita mengakhiri perkenalannya, seisi kelas mengangguk-angguk.aku hanya menopang dagu merasa bersalah.

´´oke nita kamu duduk dengan…...´´gumam pak guru seraya melihat bangku yang kosong dan cocok, tapi seisi kelas seolah ingin mengacungkan tangan, ingin nita disamping mereka.pak guru memutuskan.

´´duduk dengan vitra...iya, silakan nak nita...´´ aku tersentak dengan keputusan pak guru, tempat dudukku berada di bangku sebelum terakhir,sedang bangku vitra ada didepanku.lebih-lebihnya lagi adit tepat dibelakang vitra, jikalau nita duduk disamping vitra,jadi dia akan duduk tepat didepanku.aku menelan ludah,entah mengapa hatiku seakan berdugem.lagi-lagi aroma parfum itu seakan membentuk atsmosfer baru di hidungku,dia melihatku tak suka, aku juga seketika berpura membuang muka.pak guru melanjutkan pelajaran.pandanganku hilang padanya.hari itu aku mulai sadari,sang sendu pemikat hati.inikah yang namanya cinta?.dari seorang nita namanya.

***

´´jadi dua atom dikali dua….hmmm,kau bisa mengerjakannya sulema…??sulema!!sulema!!iskandar sulema..!!!´´teriak ibu guru titik menyeru mengisi seisi kelas.spontan pandanganku yang tadinya asyik mengamati nita dengan segala sikapnya.mata nan indah, rambut hitam panjang yang menari-nari dibawa semilir angin,dan yang paling memikat yaitu bau parfumnya.aku langsung tersadar setelah nita dan seisi kelas berbalik badan memendangiku aneh.aku tersontak tak mengerti keadaan, bahkan nita memandangiku tajam tak tersirat canda atau yang lainnya.

´´sulema, silakan dilanjutkan …. maju kedepan ...´´ perintah ibu guru disertai suara sorak temanteman, yang pasti mengira aku akan sangat mudah mengerjakannya.aku maju pasrah, seraya memandangi papan tulis yang sudah penuh oleh corat-coret ibu titik. kali ini aku tak seyakin mentari pagi, beberapa menit mencoba mengotak-atik sekenanya, hingga aku sadari aku tak bisa mengerjakannya. pertama dalam pelajaran kimia, seorang sulema pemenang lomba kimia tingkat provinsi tak bisa mengerjakannya, seisi kelas terkejut menatapku kecewa. ibu titik naik darah lalu berteriak.

´

´´sulema…!!!istirahat nanti kau datang ke kantor ibu….!! ´´

aku lemas duduk kembali, nita menatapku kasihan, garis lurus terpancar dari bibirnya ´´fokus sulema…!!kamu mikirin apa sih….???´´ bisiknya menasihati, kata-katanya seakan menggema dihatiku, ingin segera kujawab ´´mikirin kamu-lah...´´tapi itu tak mungkin.aku tetap tertunduk malu.tak lama bel berbunyi tanda istirahat, aku segera pergi

kekantor bu titik. bicara soal bu titik, beliau cukup dekat denganku. kiprahnya mengajariku tak lelah hingga mengantarkanku pada juara olympiade. maklum dia tahu betul watak dan gerak-gerikku.aku tiba di kantor bu titik.

´´duduk sulema...ibu mau tanya, kamu kenapa...??´´ aku duduk mencoba mengatur kata-kata. menjawab patah-patah´´ée...enggak buk...sulema gak kenapa-kenapa kok...´´

´´ibu tahu kamu, minggu-minggu ini nilaimu banyak yang turun, ibu dapat banyak laporan

dari guru-guru lain. ´´

percakapan yang lebih mirip pengintrogasian tak berlangsung lama, aku tetap bebal pada kataku.ibu titik tak dapat jawaban pasti dariku, dia memperingati untuk yang terakhir kali. lantas menyuruhku pergi. Hari-hari berjalan seperti biasanya.di jam

06:45 serta merta aku sudah duduk di bangkuku,lalu pada menit 06:55 nita akan datang dengan payung yang hari-hari ini ia jadikan bak tongkatnya. senyum paginya, lesung pipinya, rambut nan hitam gemulai menari,juga tak lupa bau aroma parfum nan khas itu.seakan semua itu tak jenuh membius diriku.bahkan, kebiasaan ini tak jarang kubawa kerumah.saling bertukar cerita,memikirkannya sepanjang malam.apalagi ketika dua matanya menatapku kelam,seakan racun sendunya membius diriku.aku tenggelam dilautan kesenduannya. Hari itu 3 hari sebelum ujian tiba ,yang benarbenar tak kusangka akan datangnya hari itu dengan cepatnya.akau janjian dengan nita di taman kota,disaat itulah sebuah janji terucap.pemandangan kota siluet sore, burungburung dekuku saling hinggap di rumput taman, bunga-bunga taman yang saling tertanam tak rata.semua itu seakan menjadi saksi.tentang satu cinta yang terterima.sejak saat itulah nita resmi menjadi pacarku.setiap hari semua keluh kesah hidup ini kubagi bersamanya .terkadang berselimut canda,tawa,sedih senang .semua jadi satu.bak kompenen nan tak terpisahkan.hari-hari yang dibungkus asmara,dunia nan luas seolah milik berdua saja.walau dihari-hari ujian,mana kugubriskan.hari-hari kupakai dengan berjalan bersama, berdua.setiap malam yang selalu ada bayang-bayang nya.hanya nita,nita dan nita.sampai tak terasa hari petaka itu.semua siswa melepasm penat lesuh mereka di hari ujian.suasana gembira memenuhi setiap sudut sekolah ,suasana diakhir hari ujian mereka rasa,kecuali satu,aku.

´´apa yang kamu lakukan sulema…!!!lihat...kurang baik apa sekolah ini padamu, semua keperluanmu kami yang membiayai. tapi apa yang kau buat, kami malu nak...nilaimu merosot...!!tak ada yang mencapai rata-rata…!!apa yang kau lakukan ...sulema...!!!´´

teriak amarah pak fedra(kepala sekolah), yang sejak dipanggil aku langsung dihadapkan di tengah meja kantor guru,sementara para guru ,menduduki setiap kursi mereka.menjadikanku seperti bahan sidang,mirip seperti seorang pidana dalam sebuah pengadilan.bahkan gara-gara suara pak fedra yang menggelegar,para siwa ikut menyembulkan kepala di kaca kantor,ingin melihat apa gerangan.aku hanya tertekuk tak berdaya , keringat dingin terus keluar dari tubuhku,kedua kakiku bergetar ketakutan,entah keputusan apa yang akan kudapatkan.pak fedra memandangku libih sipit,berkata sedikit pelan namun serius.

´´atau jangan-jangan...kau sedang tak memikirkan ujian...??kau sedang memikirkan seseorang...??kau pikir ujian ini mainan.hah, mulai hari ini ...semua beasisiwamu kami cabut...!!!silakan pergi…!!!´´ pekik pak fedra yang diakhiri pukulan di meja. semua mata guru memalingkan pandangan dariku, hatiku bergetar tak percaya, dengan mata berlinang aku hanya menunduk salam, dan pergi.

Sepulang sekolah aku sudah meminta nita untuk menunguku di gerbang sekolah. suasana mendung dengan perpaduan gemuruh menyertai. para siswa cepat-cepat pulang, sementara nita duduk di kursi kayu depan kantor pak darto. seraya memegangi payung birunya, membiarkan sepoi angin tanda hujan menarikan rambut hitamnya yang kali ini lebih berwarna dengan aksesoris penjepit rambut

nan berbeda.dia tersenyum ringai saat melihat kehadiranku, aku terus menunduk tak kuasa.

´´sulema...ada apa, kedengaranya kok penting banget…??´´ ucap nita lembut sementara atsmosfer parfumnya lagi-lagi mulai membungkus diriku, aku semakin tak kuasa mengatakannya,

´´aku mau ngomong sesuatu...´ḱataku cepat, nita berdiri memicingkan alisnya, aku memberanikan diri, kuraih kedua tangan-nya, matanya membesar, wajahnya memerah.

´´memang benar, tuhan menciptakan setiap makhluqnya berpasang-pasangan, ada bulan ada matahari...ada bumi...ada langit...dialah yang maha menciptakan dunia dengan segala keindahanya...memang benar aku cinta padamu nita, tapi aku merasa hari-hariku hanya ada kamu, aku lupa akan pelajaranku, aku lupa perintah ibuku, bahkan akau lupa akan kewajibanku pada tuhan...kaulah petakaku...petaka sisendu payung biru...!!mulai hari ini aku ingin memperbaiki semuanya, melupakan hubungan petaka ini....

´´

tepat di ucapan terakhirku, hujan tiba-tiba mengguyur suasana, nita melepas gandengan tanganku, bibirnya bergetar, air matanya bersatu bersama air hujan, dia membuka payungnya seraya membalik badan. sebelum dia pergi dia menunduk, bahunya bergetar karna isak tangisnya.si sendu itu pergi dengan segala rasanya. meninggalkanku sendiri menatapnya pergi. Hari itu aku tak menahu letak dimana kesalahan, antara diriku atau dirinya, angin terus menderu, waktu terus berlalu dan kami tak lagi bertemu. #

pada pembotakan terakhir

mengenai sebuah hasrat yang terkadang tanpa dipanggil akan menyertaimu, ada didalam relung jiwa nan tak tampak dimata, dapat menghidupkan setiap kobaran sang pejuang, api-api kehidupan. Tapi tak jarang juga hilang begitu saja, bagai asap yang terepa angin musim dingin. Mendinginkan setiap relung hati. Bukan hanya mendinginkan tapi juga membekukan, hati tiada rasa lagi. tentang sebuah cerita masa lampau yang harus terulang. Menjadikan memori-memori nan abadi yang tidak terfikirkan tapi dirasakan. Di suasana hati penghujung umur diri. A-U duduk bersandar di ranjang ,medicalnya,menatap kosong seisi ruangan, wajahnya pucat , matanya bengap.dengan tubuh terhubung dengan belalai dari alat infus.yang memenuhi kaki, kepala,sungguh,jikalau tuan melihat keadaanya tuan akan memicingkan alis tak tega.setengah jam lalu dokter dan tim khusus nya memeriksa keadaan terkininya.dan satu keputusan itu terjadi,penyakit yang dideritanya tak mungkin tersembuhkan lagi,dan itu mulai ia rasakan.tak lama seseorang datang mengenakan pakaian khusus pasien dengan wajah bermasker membawa sebuah binkisan,disaat pria itu membuka maskernya ,A-U semakin tak kuasa memandangnya,matanya mulai berkaca-kaca. ´ei...AU aku bawa martabak kesukaan kita dulu, yah...walau mungkin kau tak boleh memakannya...´´ pria itu berkata penuh keceriaan mencoba menghibur AU, mencoba tersenyum seadanya, walau tak terpungkiri wajahnya hendak mencucurkan air mata. dengan gerakan lemah lunglai, AU meraih tangan pria itu, seketika wajah pria itu menjadi tegang serius, AU

berkata lirih,

´´wan, jikalau waktu ini, waktu terakhirku...sampaikan maafku pada kawankawan, pak kyai, dan semua keluargaku, aku tak mau mereka tahu...´´

´´kamu ngomong apa sih AU...´´pungkas balik setiawan, spontan AU menggeleng melanjutkan seraya membenahi posisi duduknya, sedikit menggerah. ´´hmm...setengah jam lalu dokter memeriksaku. setelah di periksa, dia memvonis kankerku sudah di stadium terakhir...dan aku harus membotak kepalaku, apa kau tak lihat rambut ku yang mulai rontok ini….? waktuku tak lama lagi wan, ´´ 2tetes air mata terjatuh melewati pipi AU, wajahnya getir, setiawan tersentak setelah saat melihat rambut AU yang benar-benar mulai merontok memenuhi selimut pasiennya. setiawan berfikir sejenak lalu segera menarik nafas sok lega, berkata ceria.

´´AU...tidaklah kau ingat dulu? bukankah kita sudah terbiasa botak…??dikejar bagian kemanan, bagian bahasa, botak itu bukan segalanya...kau pasti bisa sembuh AU...´´ setiawan mengajak benak AU bernostalgia, seketika pandangan AU beralih, tak lagi menetap setiawan. angannya terlepas, memori masa lampau terjadi lagi, ia mulai mencaricari ingatannya waktu itu, pada sesi pembotakan pertamanya, dulu.

***

´´kenapa kau melakukan kesalahan itu…???´´ tanya keram soerang pria berwibawa didepannya, dengan sikap penuh hormat AU menjawab,

´´maaf al-akh, (sebutan untuk siswa senior) saya gak sengaja kok...´´

pria itu mengangguk pelan, hendak memutuskan satu kebijakan. ´´ya silakan lari

mengitari gedung pramuka 5 kali…, mulai!!!´´

tubuh AU seketika melesat menuruti perintahnya,dihatinya berbara-bara dengan semua panggilan yang ditangannya.ia tak sabar ingin cepat-cepat mengakhirinya.sedari pagi tadi ,selesai sholat shubuh berjamaáh di asrama ,salah satu pengurus asrama memanggilnya dan langsung memberinya 3 kertas panggilan.seketika AU melotot berat tak percaya saat menerimanya.lembar pertama panggilan ke bagian keamanan(yang sekarang tengah dijalaninya),lembar kedua ke bagian bahasa,dan lembar terakhir dengan kertas yang berbeda panggilan ke kantor madrasah ,setelah itu dia mulai mengumpulkan bongkahanbongkahan hasrat didirinya,satu persatu memenuhi panggilan itu.

´´besok lagi jangan kau ulangi kesalahan ini, ini kan hal kecil. hanya karna tidak menutup lemari, kau harus berletih-letihan kena hukuman al-akh, semoga ini dapat merubah dirimu, dan kau tak mengulangi lagi...´´

nasihat bag. Keamanan, dengan nafas ngosngosan dan tubuh penuh keringat dia menyalami bagian keamanan tersebut melupakan dirinya yang penuh keluh-kesah menerima hikuman. lalu AU menatap parau 2 kertas panggilan selanjutnya, sekarang dia memeutuskan untuk memenuhi panggilan ke bagian bahasa.dia melangkah penuh semangat.

´´i know you are smart, youŕe high class.but speak correctly and speak formally. if you don care to it, i ĺl punish you longger... (saya tahu kamu pintar, kelasmu tinggi. tapi bicaralah yang benar dan formal. jika kamu tidak peduli untuk ini, aku akan hukum kamu lebih...) ´´

AU memangku tangan, tertunduk tazim. bajunya setengah lepek habis lari 5 kali mengitari gedung pramuka tadi.

´´ok, run to scout building 3 times, now...!!!(oke, lari ke gedung pramuka 3 kali, sekarang) ´´ perintah akhir bag. bahasa, AU menghela nafas lagi, dan mencoba melakukan apa adanya, lari mengitari gedung pramuka 3 kali dia kerjakan.

´´woi AU,habis ngapain...lemes amat..???´´tanya seorang lelaki yang duduk menunggu di kursi luar gedung madrasah, padahal jarak mereka masih 5 meter,tapi pria itu sudah antusias menyapa.kali ini tak bisa terpungkiri,bongkahan-bongkahan hasratnya telah tersiram beku.letih, lemas tubuhnya seolah memenuhi setiap sel-sel tubuhnya.ia melangkah lunglai lalu membiarkan tubuhnya jatuh di kursi sebelah pria tadi.seraya melepas semua lelahnya,bajunya yang sempurna lepek mengecap di kursi, setelah AU mengendalikan nafas ,ia menjawab

´´huft wan, aku habis kena hukum dari bagian keamanan dan bagian bahasa...dan kali ini

lihat tinggal satu kertas ini lagi…. ´´

Au mengangkat mengangkat kertas panggilannya yang terakhir yang telah beralih rupa menjadi begitu lepek dan basah, setiawan menyempitkan alis, seraya mengamati kertas itu lamat-lamat lantas menyambarnya lambat. ´´panggilan ini kalau tak salah sama seperti kertas panggilan milikku…. lihat...!!!´´

AU spontan meihat 2 kertas itu di hadapanya, seraya membolak-balikkanya mencoba menyamakan, tak lama dia mengangguk,

´´iya sama wan, kamu udah dateng …??´´tanya AU pendek, sementara setiawan mengambil nafas dalam-dalam, wajanya tertekuk putus asa, mencoba mengolah kata.

´´udah auliya...baru saja, dan hukumannya…. (setiawan berhenti lama, AU semakin melongo menunggu jawabannya) ...botak ´´

seketika mata AU membesar tak percaya, waktu seolah berhenti di degub jangtungnya,sampai-sampai 2 kertas panggilan di tangannya terjatuh terbang.AU mematung di posisi melongonya,hampir 5 menit dia begitu.tapi dengan sedikit niat bismillah dan dorongan support dari setiawan ,AU mengumpulkan sisia mentalnya untuk memasuki kantor madrasah,menekan bel yang ada disana seraya mengucap salam terpatahpatah .hitungan detik saja seorang lelaki separuh baya keluar dengan memakai koko muslim cerah berwajah keram.AU mencibir takut, menelan ludah dalam-dalam.ustadz itu yang memulai sapaan ´´kamu yang namanya aulia-kan? kemari nak…. ´´perintah ustadz itu bernada datar, AU menurut dan langsung menelan wajah memelas. ustadz melanjutkan tuturnya,

´´kenapa kamu tak segera melengkapi bukubukumu dan melaporkannya pada staff madrasah…??´´ spontan AU tersentak, tubuhnya gugup, hendak menjawab tapi keburu mentalnya meleleh. memang tak terpungkiri, AU belum melaporkan buku-bukunya, mengingat harihari selalu ia sibukkan untuk latihan olahraga clubnya, atau sesekali latihan anggota khusus pramukanya. tubuhnya gemetar, ustadz berfikir sejenak siap memberi keputusan.

´´oke...hukuman bagimu, botak...dan silakan laporkan pula buku-bukumu dengan kondisi kepalamu yang botak...kalau tidak, orang

tuamu akan ustadz panggil. ´´

pungkas ustadz itu memustuskan, seraya langsung membiarkan AU termenung sendiri,dan semakin terperanjat mematung di ruangan itu.hatinya berdegub kencang.tentang satu hukuman paling dibencinya,itulah tragedi pembotakan pertamanya.setelah kejadian itu jadilah AU dan setiawan bagian dari makhluqin community(sebutan bagi santrisantri yang botak) deru resah semakin tak suka, jengkel semakin dirasanya,menuntun hatinya untuk terus bersabar ,saat hari-harinya harus rela digunakan untuk kerja paksa membersihkan pondok,kerja rodi untuk kaum makhluqin community.yang menyebut untuk pensucian dirilah,tentang keiklasan-lah,dengan iming-iming ganjaran membantu pondok.begitulah gerutu mereka. Ada lagi yang membuat mereka seolah semakin terasa seperti seorang penderita ,atau orang sakit yang terjangkit suatu penyakit.dengan peraturan pondok yang mewajibkan bagi siapa yang botak untuk memakai peci.membedakan dirinya dengan santri biasa.disitulah masa-masa AU banyak bermuhasabah diri,mengintropeksi kesalahan diri,di masa-masa penumbuhan rambutnya lagi.tapi itulah pondok dengan segala peraturan nan mendidiknya.dengan itu AU bak memiliki memori-memori menggelikan yang menempel di inti ingatannya,pada satu album terkenang,´´pembotakan pertamanya´´.

***

Di masa pembotakan terakhirnya, mentari tak lagi memberi asa baginya, angin-angin pengharapan seakan tak lagi menganggapnya, ribuan puih do´a terintih untuknya,dari setiap relung jiwa yang sentosa.umurnya seakan tinggal hitungan jari, jiwa yang dipakainya seolah ingin segera berpamit pada dzat yang maha memberi, malaikat izrael seolah ikut duduk di ruang UGD itu.mencoba mengamati daftar ´´pasien-nya´´hari itu.Au sudah duduk berselonjor di ranjang medicalnya,kedua tanganya bersedaku, wajahnya

semakin pucat,matanya semakin bengap.rambutnya telah resmi botak halus,tak tersisa sesenti helai rambut disana.1 jam lalu dokter mencukur habis rambutnya.pandangannya semakin suram,ribuan dzikir dan do´a terngiang dari mulutnya.mati,dia tak takut mati,baginya itu adalah kosa kata lama yang selalu terbenak di fikirnya.seperti kata kyainya dulu´´berani hidup tak takut mati,takut mati jangan hidup,takut hidup mati saja.´´kalau bisa memilih ia ingin segera diambil nyawanya,walau ia merasa malaikat izrael selalu disampingnya.tapi kenapa dia tak kujung mencabutnya?.renungannya sirna,dengan pintu yang dibuka tibatiba ,kepala setiawan menyembul dari balik pintu.kali ini ia mengenakan kaos casual lenangan panjang,bersama topi hitanm di kepalanya,wajahnya bersinar ceria,seraya menyapa.

´´coba tebak...kau tak akan percaya, apa yang aka kau lihat AU...´´

seketika setiawan tertunduk menghadap ke AU, kedua tangannya naik mencabut topi hitamnya dengan gerakan santai, dan pemandangan kepala botak halus terpancar dari kepalanya, AU tersenyum haru.

´´ha...ha…. aku botak AU, kita sama-sama botak-kan? hha...ha...dengar botak itu nggak ada apa-apa...kamu pasti bisa sembuh kok...ok?

´´

AU tersenyum tetapi kedua matanya yang berlinang itu terkatup pelan-pelan, dan lamalama terpejamkan, nafasnya ikut berhenti di

perpejaman matanya. setiawan melongo tak mengerti melihatnya, seakan tak mengerti apa gerangan dengan kawannya.

´´AU...AU...kau masih mendengarku...??´´panggil setiawan panik, di detik itulah job bagi malaikat izrael terlaksanakan, ia telah meninggal dunia, gerakan AU terakhir dengan kepala tertunduk lemas, beserta satu senyum di bibirnya, satu tetes air mata masih sempat terjatuh di pipinya.AU telah pergi, penantian lama yang akhirnya ai jumpai, di hari pembotakan terakhirnya, semua yang jadi bakal dan pasti terjadi.

Nasehat Lama

(Jahid Fitrah)

Pagi ini konstruksi bangunan gedung berlantai tiga puluh itu masih belum stabil. Alam jelas melihatnya dari samping. Seorang pekerja juga memberitahunya semalam, gedung itu miring 35 derajat ke arah timur kemarin malam. Semua orang ramai memikirkan masalah yang sangat pelik dan tak biasanya ini. Alam sebagai penanggung jawab sekaligus insinyur dari pembangunan ini sampai kehabisan akal untuk menyelesaikan masalah ini.

Pagi yang ramai itu, orang-orang mulai berlalu-lalang mencari solusi. Sebagian lagi ikut bersiaga mengantisipasi gedung agar tidak bergerak miring lagi. Semua orang hampir disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing.

Alam tak bisa tidur semalam. Pikirannya sibuk mencari solusi untuk masalah ini. Tapi jika dipikirkan hampir semua jalan keluar sudah tertutup. Bayangan gedung tinggi itu runtuh bahkan sebelum dibangun bukan khayalan lagi. Semuanya seolah tinggal menunggu waktu.

“Pak apa yang harus kita lakukan? Semua properti sudah kita cek dan semuanya terlihat baik-baik saja. Alat-alat berat juga sudah kami periksa. Sama sekali tidak ada yang bermasalah. Apakah pembangunan gedung ini sudah menemui ujungnya Pak?” lapor salah satu mandor tentang semua situasi dan kondisi yang ia periksa.

“Kau jangan memperbesar perkara. Kau harusnya mencari solusi. Tindakanmu hanya menambah kita panik, mengerti?” bentak Alam kepada mandornya.

“Sekarang saya sedang mencari solusi untuk semua permasalahan. Kamu cek semua pondasi, dari ujung hingga ujung bangunan. Jangan sampai ada yang tertinggal!” perintah Alam lagi.

Dalam situasi yang sangat rumit, Alam tidak mampu berpikir jernih. Semua harapannya untuk membangun gedung tertinggi di kota nyaris gugur. Hanya keajaiban yang tersisa. Alam duduk terpaku di kantor pembangunan samping gedung. Termenung merajut asa. Sepersekian detik kemudian ia teringat memori masa lalu bersama Ayahnya.

***

“Yah beberapa teman tadi mengajakku memanjat gedung tertinggi di kota kita. Tapi aku tak bisa ikut dan hanya melihat apa yang mereka kerjakan dari jauh. Aku hanya melihat pemandangan sekitar saat itu. Ternyata gedung itu begitu kokoh menjulang. Aku ingin membangun yang lebih tinggi darinya. Apa itu mungkin Yah?” cerita Alam kepada Ayah setelah ia bermain dengan temannya tadi. Ayah yang sedang membaca koran tertegun menyimak cerita anaknya. Ayah sangat mengerti dengan keinginan sang anak. Namun apakah kejadian dulu akan terjadi lagi. Anaknya masih terlampau kecil untuk berpikir sepanjang itu. Ayah mulai membenarkan posisi duduknya. Koran yang tadinya ia baca digeletakkan begitu saja di atas meja. Kini matanya memandang anaknya lamat-lamat.

“Nak, kalau kamu mau buat gedung

dengan ketinggian yang luar biasa, coba kamu buat miniatur dulu dari gedung yang ingin kamu buat itu. Bisa bukan? Dan kalau kamu tahu, gedung yang tadi kamu naiki tadi, itu bukan yang teritnggi di kota ini, sebelum kamu ada, di kota ini pernah berdiri kokoh gedung tertinggi di seluruh penjuru negeri. Bahkan Pak Presiden-pun sampai mengakuinya. Tapi sebuah kejadian tak diinginkan terjadi. Gedung itu roboh tepat setahun pasca gedung itu diresmikan,” kenang Ayah dalam ceritanya pada Alam.

Alam masih terkaget dengan cerita

Ayahnya barusan. Tapi dia tak takut sedikitpun. Banyak hal yang masih perlu ia cerna dari percakapan Ayahnya tadi. Dalam benaknya ada banyak hal yang ingin diketahui.

“Pak, mengapa gedung itu bisa roboh, apa yang menyebabkannya Yah?” sergah Alam penuh penasaran.

Pertanyaan dari Alam membuat Ayah tertegun. Ia kini dilanda kebingungan. Bagaimana ia akan menjelaskan semuanya? Ruangan mendadak senyap beberapa saat, hanya suara deru angin yang menghembus di tepian telinga. Sulit sekali bagi Ayah untuk mengungkapkannya.

“Nak dulu Ayah adalah seorang insinyur. Dan dulu, gedung tertinggi yang pernah berdiri itu Ayahlah ketua proyeknya. Tapi semenjak gedung itu roboh semua kepercayaan hilang dengan begitu cepatnya dari Ayah,” lanjutnya

Ayah sempat terdiam beberapa saat. Mungkin memikirkan perkataannya. Sudah sejak lima tahun silam, Ayah menyembunyikan semua ini dari siapapun.

Bahkan Ibu Alam sekalipun tidak mengetahuinya. Dengan terhenyak Alam membisu tidak ingin bertanya lebih jauh lagi kepada Ayah yang sangat dicintainya itu. Namun tiba-tiba Ayahnya bangkit dari tempat duduknya. Memegang bahu Alam dan menatap matanya tajam. “Lam ingat satu pesan dari Ayah, jika kamu ingin membuat suatu bangunan yang sangat tinggi, jangan lupakan pondasi dari penyangga. Ingat itu nak. Tanpa itu bangunan yang kamu kerjakan akan sia-sia nantinya. Dulu Ayahmu ini begitu ceroboh melalaikannya. Bangunan telah berdiri tegak tapi tiang penyangganya sangat kurang. Akibatnya gedung itu roboh sia-sia. Tekstur tanah disekitar bangunan juga luput dari perhatianku. Menyebabkan bangunan miring karena amblesnya tanah. Kau harus jeli nak. Jangan sampai pekerjaanmu hilang hanya karena kecerobohanmu,” ucap Ayah meyakinkan Alam yang tertegun mendengar perkataannya.

***

“Pak, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya seorang pekerja membuyarkan lamunan Alam. Ia terlonjak sedikit dari tempatnya.

Ia teringat penggalan kisah hidup Ayahnya di masa lalu. Nasehat lama yang ia lupakan. Keajaiban yang datang di waktu yang tepat. Dengan semua itu ide cemerlang Alam langsung bergerak.

“Oke tenang. Aku melupakan sesuatu.

Ini mungkin akan memakan waktu cukup lama. Namun dengan itu semoga kita bisa menyelamatkan bangunan ini dan seluruh proyek kita. Sekarang kumpulkan semua pekerja disini, tidak ada yang mengerjakan apapun lebih dahulu. Tunggu instruksi. Semuanya fokus,” perintah Alam kepada salah satu pekerjanya.

Dalam waktu lima menit, semua pekerja mulai menyemut di depan kantor utama. Di sana Alam berdiri di antara puluhan pekerja untuk menjelaskan rencananya. Para pekerjanya memerhatikan dengan seksama.

“Sekarang semua pondasi kita perkuat. Pastikan semua tiang yang terpancang diatasnya terpancang kokoh. Tambah juga tiang di beberapa sisi. Jangan ada yang tertinggal. Semuanya siap?” koar Alam memberi instruksi. Teriakkan membahana dari para pekerja membalasnya. Di beberapa titik pondasi, tanahnya tampak gembur. Dengan cekatan Alam menginstruksikan para pekerjanya untuk menambalnya dengan tanah dan campuran kerikil. Beberapa tiang tambahan juga dibangun lagi. Seperti nasehat Ayahnya, semua tiang dibangun dengan kuat di atas pondasi.

Sekarang semua pekerja tampak bersemangat melakukan pekerjannya. Semua sebab telah terang dan ditemukan solusinya. Tak lama lagi sebuah bangunan akan berdiri kokoh di tengah kota. Bahkan menjadi yang tertinggi pada sejarahnya.

***

Satu bulan berlalu, bangunan baru itu diresmikan. Ia berdiri kokoh dengan dua puluh lantainya. Menjadi yang terkokoh dan tertinggi di kota itu. Nantinya bangunan itu akan dialihfungsikan menjadi sebuah hotel.

Kini gedung itu itu menjadi pusat perhatian kota bahkan ikonnya.

Alam berdiri bangga di antara jajaran direksi perusahaan. Turut bertepuk tangan begitu pita resmi digunting tanda bangunan resmi di buka.

“Yah aku bisa mewujudkan impianmu. Semua arahanmu aku ikuti dan berakhir sukses. Kini telah berdiri tegak gedung berlantai dua puluh dengan perkasa. Semoga aku membanggakanmu, Yah!” desah Alam bangga.

Sepatu Ayah

(Jahid Fitrah)

“Yah, esok sekolah akan menggelar lomba lari. Merayakan 17 Agustus, yah. Aku harus mengikutinya” rengek Rami penuh harap pada ayahnya.

Alam hanya senyam-senyum. “Tentu

nak, tentu kau akan mengikutinya. Ayah tidak mungkin melarangmu,” kata Alam mengiyakan. Rami yang mendengarnya melonjak kesenangan. “Tapi aku tak punya sepatu, yah. Bagaimana aku akan mengikutinya?” satu masalah baru muncul. Wajah Rami melesu. Alam terdiam berpikir sejenak.

Beberapa saat kemudian matanya meredup. “Tenang nak kau akan memakai sepatu

ayah,” katanya lirih. Ingatannya jauh terlempar ke masa lampau. Rami yang berhasil membangkitkannya tadi. Ada hal ganjil yang tertutupi.

***

Derap langkah kaki terdengar halus dari ambang pintu menuju sebuah ruangan. Sudah hampir sepuluh tahun ruangan itu tak terjamah oleh manusia. Dengan ruangan 3 x 4 meter cukup bagi sebuah mobil untuk terparkir di dalamnya. Dindingnya yang putih mulai terkelupas akibat udara lembab di dalam ruangan. Di tengah ruangan itu terdapat tempat penyimpanan sebuah sepatu. Sekelilingnya dilapisi kotak kaca tembus pandang. Kaca yang tebal juga anti peluru.

Derap langkah Alam semakin terdengar mendekati sepatu tadi. Sepatu putih yang terkurung dengan corak batik di setiap sisinya. Juga batik bersorak simetris di bagian kiri sepatu.

“Aku sudah lama sekali tidak melihat sepatu ini lagi. Sudah hampir sepuluh tahun aku menghindar dari siapun. Namun kali ini kita akan kembali lagi,” ujar Alam rindu. Alam datang kembali menuju sepatu yang hampir membawanya sampai tujuan yang ia inginkan, menjadi seorang atlet lari. bnberhasil memenangkan juara pertama lari dengan waktu tercepat. Satu kilometer dalam waktu satu menit. Ia bahkan sempat dinobatkan menjadi manusia tercepat sepondok.

Ia teringat bagaimana dengan susah payah ia berlatih. Siang malam ia berlatih mengelilingi pondok, membebani kakinya dengan ban bekas pemberian tukang tambal ban kampung. Penuh peluh ia berlarian kesana-kemari. Tatapan sinis orang-orang tak membuat semangatnya kendur, justru jadi pelecut bagi dirinya untuk memberi bukti. Ia sangat membanggakan semua proses itu. Tapi ada sesuatu yang kelam dibelakangnya... Sebelum semua itu Alam hanyalah

seorang santri dari pondok tahfiz yang sangat pemalas. Beberapa temannya sudah menghafal hingga 20 juz, deirinya baru lima juzpun belum. Bagitu lama prosesnya dalam menghafal sampai-sampai ia kalah oleh adik kelasnya. Dan ternyata dari sinilah kebiasaannya berlari dimulai.

Dalam peraturan pondok, bagi santri yang sehari belum hafal satu lembar AlQur‟an, akan dikenai sanksi untuk berlari mengelilingi pondok sebanyak lima kali. Maka kebanyakan santri mencoba untuk menghindari sanksi tersebut. Hanya beberapa orang saja yang mendapatkannya. Alasannyapun tak pernah berubah. Sakit.

Namun ternyata alasan yang diberikan oleh Alam selalu berbeda. Bukan sakit atau alasan lainnya yang lebih masuk akal. Terangterangan ia mengaku malas untuk menghafal. Tak dinyanya lagi jika Alam menjadi langganan bagi sanksi ini. Hampir seminggu tiga kali ia dihukum lari lima kali memutari pondok. Awalnya dia merasa kesal. Namun kebiasaan ini lama kelamaan membuatnya menyukai lari.

“Lam kamu suka sekali terkena sanksi. Apa kamu tidak lelah lari sesejauh itu? Apa sih alasan kamu buat malas menghafal AlQur‟an?” tanya sahabat karibnya Rei yang sudah hafal 30 juz.

Alam hanya menengadah langit mengingat sesuatu. Memorinya mulai tenggelam dalam ingatan masa lampau.

“Sebetulnya aku sudah hafal 30 juz. Aku hanya mengarang-ngarang saja saat setor hafalan. Ayahku punya kenangan kelam garagara lari. Maka aku ingin mencoba menghilangkan kenangan buruk ayahku dengan kebiasaanku berlari,” ujar Alam tegas kemudian dia larut kembali dalam bacaan Al-

Qur‟annya.

Tidak banyak orang yang memperhatikan kebiasaan Alam. Hanya saja dia dianggap sebgai orang yang tak kenal lelah. Berbulan-bulan dia terus menerus menjalani rutinitas ini. Menjalani semua hukuman yang ada dengan suka hati. Dan anehnya dia tampak tak jera.

Hingga tiba perlombaan lari pondok pada suatu saat. Pertandingan perdana bagi Alam dengan hasil yang sudah tidak diragukan lagi. Alam keluar sebagai juara umum cabang lomba lari.

***

“Kau harus mewakili pondok untuk lomba lari antar provinsi. Harumkan nama pondokmu. Kami bangga padamu,” ujar Kiai Rais memberitahu kabar yang entah menggembirakan atau menyedihkan itu. Menyedihkan karena selama ini ia

berlari tanpa alas kaki. Karena selama ini pula ia menyembunyikan kegemaran lari dari ayahnya di pondok dan beliau sama sekali tak akan memberikannya sepatu. Tapi Alam tahu sesungguhnya ayah masih menyimpan sepatu legendaris itu. Gudang lama itu jadi saksi bisunya. Ayah masih menyimpan kenangan lama itu

Esok Alam akan membujuknya.

***

“Tidak aku tidak akan mengizikanmu. Kau lupa dengan kecelakaan yang menimpa ayah dulu. Sungguh aku tak akan mengizinkanmu,” sergah ayah marah. Matanya menyalak. Sudah tiga kali ini Alam kena sembur.

“Tapi yah,” ujar Alam mencoba mengelak.

“Tidak ada tapi-tapian. Apa kau lupa apa alasan tunggal Ayah memasukkanmu ke pondok tahfidz? Aku ingin menghindarkanmu dari kebiasaanmu berlari. Ayah tak ingin kejadian semacam ayah berulang,” ujar ayah dengan nada yang semakin meninggi. Duduk di atas kursi roda tak mengurangi kegeramannya.

Dengan merunduk putus asa Alam keluar kamar ayah. Hari ini hubungannya dengan olahraga putus. Dan sepatu legendaris yang disimpan ayah itu entah sampai kapan menanti pemiliknya lagi.

***

Langit-langit ruangan serasa sempit oleh kenangan. Alam hanya bernostalgia untuk waktu yang lama dengan sepatunya. Sepatu bekas ayahnya yang harus terjatuh saat berjuang dalam sebuah perlombaan lari. Patah tulang berkepanjangan membuat ayahnya berhenti profesi. Bahkan ia harus rela kakinya diamputasi. Kenangan indah menjadi juara bagi ayah Alam sudah tak berarti lagi. Alam membersihkan bagian sekitar kotak penyimpanan sepatu. Mengamati setiap inci kotak. Meniup-niup debu yang menempel.

Lantas ia meraih sepatu legendaris itu.

Sebentar lagi ia akan punya pemilik baru. Ruangan semakin lengang dengan kenangan yang terbuka membuat keheningan sejenak. Alam hanya berdiri sebentar di ambang pintu. Menatap jauh sepatu bersejarah keluarganya. Lalu perlahan keluar menuju mobilnya.

“Di sana ada apa ayah, lama sekali. Apa ayah tidak takut?” Rami dengan cemas menyambut Alam. “Tidak nak. Hanya memeriksa saja kok. Ayah lupa ini sepatu untukmu,” jawab Alam singkat sembari menyerahkan sepatu yang

ditentengnya. Dengan berbinar Rami menerimanya. Ibu yang melihat ayah datang juga menyambut.

“Lama banget yah. Ada apa di sana?”

“Hanya bernostalgia sedikit bu. Tentang masa jaya ayah. Dan aku tak menyangka kalau ayah sudah bisa sampai sini. Di tujuan akhir ayah. Maka ibu jangan menyesal hidup dengan ayah karena bunda sudah mendapatkan seorang yang sangat spesial, bukankah begitu?” tawa dan canda memenuhi mobil.

Tak terasa sudah 10 tahun sejak perpisahannya dengan hobi larinya. Kini Rami yang akan meneruskan bakatnya itu.

Manhattan Police

(Dimas Dwi Gustanto)

Cahaya matahari mendaki kaki langit yang biru, pagi perlahan berdiri menggantikan malam yang seakan sirna. Ini merupakan suasana pagi yang indah untuk sekedar berjalan menyapa para tetangga dan orang sekitar. Melihat seorang Ayah berjalan santai dengan seorang anak perempuannya yang baru berusia delapan tahun. Sambil menggandeng tangan ayahnya ia bercerita ria seolah tak pernah habis suaranya berkata. Sudah tiga tahun lamanya Charles menghabiskan hari-harinya bersama keluarga. Ia salah satu elite polisi terkemuka di Kota

Manhattan. Sekelebat penghargaan pernah ia raih berkat kesuksesan anggota tim elitenya dalam menuntaskan berbagai macam tindak kriminal di kota. Kini ia harus dibebas tugaskan akibat faktor usia yang sudah tak muda lagi.

Sesampainya di rumah, sang anak langsung berlari masuk kedalam kamar. Buku tulis dan pena ia ambil di atas meja. Tak menunggu beberapa lama ia memulai menuliskan nomornomor dan abjad yang tak berurutan, sejak berhenti dari tugasnya, Charles baru mengetahui kebiasaan aneh anak perempuannya. Kebiasaan yang sangat istimewa menurutnya.

Seminggu kemudian saat Charles sedang asyik bercengkrama dengan istrinya, telepon rumah tiba-tiba berbunyi mengganggu suasana. Dengan rasa malas, ia menjawab panggilan telepon. Dari balik telepon terdengar suara yang amat ia kenal. Suara teman lama yang sudah tiga tahun tak jumpa. “Charles, apakah kau masih mengenal suara ini?” sapa suara dari seberang.

“Tommy? kurasa ingatanku tak setua umurku

ini.”

“Hahaha... kau, sungguh lucu Charles, bagaimana kabar mu dan keluarga? Dan tak lupa anak perempuan manismu yang sering kau ceritakan itu.”

“Kami baik-baik saja disini, ia begitu ceria mendapati ayahnya yang selalu ada disampingnya. Bahkan aku sangat senang ketika ia memiliki kebiasaan yang cukup aneh, menulis nomor serta abjad yang selalu sama sebanyak 15 digit,” jelas Charles

“Hmmm, kebiasaan aneh katamu. Yah bagiku ini suatu kabar yang bagus. Dimana kau sekarang tinggal?” tanya Tommy.

“Di kota Penhfille,” jawabku singkat.

“Kurasa aku sudah mendengar banyak kabar darimu. Aku rindu akan tim kita yang dulu.

Kuharap kita bisa bereuni ria,” tutup Tommy. Eshley, anak perempuan Charles, pagi itu telah berangkat ke sekolah. Seperti biasa, setiap hari selain hari libur Charles mengantarkan anaknya ke sekolah Tapi, seolah semunya berubah ketika ia pulang dan menonton saluran berita di TV. Dikabarkan pagi itu juga, segerombolan orang bersenjata api mengepung salah satu sekolah di kota Penhfille. Mereka menyekap para guru dan siswa, dan mengancam para polisi jika mereka merangsak masuk.

Charles tak ayal terkejut ketika ia tahu sekolah itu adalah sekolah anaknya berada. Sang istri yang mendengar itu langsung syok dan menangis histeris mendapati anak kesayangannya berada dalam bahaya. Tanpa berlama-lama, Charles menelpon teman karibnya yang merupakan salah satu elite polisi Kota Manhattan. “Henry, aku butuh bantuanmu sekarang? Apakah kau lihat siaran berita pagi itu?” “Ah Charles, sudah lama tak mendengar suaramu. Yah aku sudah melihat berita tadi dan aku siap kapan saja ketika diandalkan,” jawab Henry dengan mantap. “Bagus, kurasa kita harus bernostalgia untuk mengatasi para bedebah-bedebah ini.” nada suara Charles semakin bersemangat, “Pagi ini juga, kita harus mengumpulkan semua anggota elite operasi. Tak ada waktu lagi untuk bersantai-santai. Kurasa kita akan

mengadakan reuni dengan para teman lama.”

***

Pukul 09.30 pagi.

Suara klakson mobil berteriak dari luar rumah Charles. Sebuah mobil van hitam besar menggeram menunggu Charles untuk keluar rumah. Ketika dia datang, Henry turun dari mobil menggenakan rompi anti peluru dan membawa satu tas penuh dengan pensenjataan lengkap.

“Charles, aku sedah menyiapkan mobil perang kita. Sekarang kita harus pergi menjemput teman-teman lama di beberapa titik ini.” Ia memperlihatkan GPS yang ada di gadgetnya. “Seperti kata mu kita tidak boleh membuang waktu lagi karna kita sedang dalam keadaan yang amat genting.” “Henry sejak dulu kau tak pernah berubah, berkat etos kerjamu yang cemerlang itu, semua tugas kepolisian kita dapat berhasil sampai sekarang

“Siap diandalkan kapten.” Mereka berdua engan sigap naik ke dalam mobil van, Charles sendiri yang menyupir. Tanpa ragu, mobil melaju dengan cepatnya meninggalkan penerangan rumah Charles. Kali ini mereka menuju titik pertemuan pertama di jalan Broad wag. Salah satu elite polisi ahli computer sudah menunggu kedatangan mereka. Ketika mobil sedang berjalan dengan cepat, ponsel milik Henry bordering. Ada panggilan masuk. Henry dengan sigap mengambil ponsel dari sakunya dan menjawab panggilan telepon. Dari bangku kemudi, Charles mendengar Henry sedang bercakapcakap dengan si penelpon. Raut muka yang semula terpancar cerah ini surut seketika. Sepertinya ada hal buruk yang sedang terjadi. batin Charles.

Setelah menutup telepon, Henry menarik napas dalam mencoba menenangkan diri.

“Charles, kuraasa kita mendapat kabar buruk. Salah satu bawahanku mengabarkan, beberapa menit yang lalu terdengan suara tembakan dari dalam. Ada indikasi bahwa ada salah seorang sandera yang ditembak akibat mencoba melarikan diri. Sampai sekarang, polisi yang mengepung sekolah tidak bisa menerobos masuk akibat banyak sandera yang disekap oleh para teroris.”

“kalau begitu waktu kita sudah sangat menipis. perintahkan bawahanmu untuk tetap melaporkan keadaan yang ada. aku akan mempercepat laju mobil untuk menjemput semuanya,” jelas Charles.

Mereka berdua sampai dijalan

Broadway. Mobil melaju menuju salah satu tempat bengkel. Ketika memasuki bengkel, seorang laki-laki jangkung berdiri membuka garasi mobil. dengan membawa sebuah tas besar, ia berjalan menghampiri mereka. sambil membuka kaca, Charles tersenyum menyapa pria tersebut.

“Sudah lama tidak bertemu, William.

Sudah lama sejak terakhir kali kita menuntaskan perampokan. Bank Sentral dulu.”

“Hahaha... aku masih ingat ketika kau berlari menubruk penjahat yang ingin menabrak staff Bank Sentral. kira-kira kita akan pergi kemana sekarang?” tanya William.

“Kurasa kita harus mengadakan reuni dadakan sobat. Kita punya sedikt masalah dengan segerombolan teroris sekarang.”

“Kalau begitu, ayo kita langsung berangkat,” seru William sembari menaiki mobil.

Mobil kembali melaju menelusuri jalan raya. kali ini sebuah apartemen mewah yang menereka tuju. Ada dua orang teman kembar yang tinggal dan menetap disana. Satu orang ahli penjinak bom dan lainnya si penembak jitu.

Tak berapa lama mobil melaju, mereka sudah tiba di gerbang apartemen. Terlihatlah sebuah gedung mewah yang megah dan menjulang tinggi. Mobil ditepikan ke tempat parkir dan mereka bertiga masuk ke dalam gedung.

Ruang utama apartemen terdiri dari ruang tamu dan ruang santai. Terdapat beberapa sofa dan meja serta televisi yang disimpan di ruangan depan. Dari ujung ruangan, pintu lift terbuka. Keluarlah dua orang yang selama ini dicari. Josh dan Robert, dua orang saudara kembar yang dari dulu menjadi pacman kota kepolisian Manhattan dan sekarang dibebas tugaskan dari misi kepolisian keamanan.

Ketika mengetahui Charles datang, mereka berdua melakukan beberapa persiapan untuk pergi. Josh bersiap membawa laptop kesayangannya dan Robert tak lupa menggendong saiper magnum besarnya. Wakaupun sudah diberhentikan dari kepolisian, mereka masih berhak memiliki senjata yang dipakai ketika menjalankan misi dahulu. Obrolan`tak berlangsung lama. Mereka semua bersepakat untuk berkumpul di lokasi dekat sekolah. Hingga akhirnya, sebuah rencana terbentuk untuk melenyapkan serangan terorisme yang ada.

***

Pukul 10.15 pagi.

Sebuah meja panjang terletak di tengah ruangan. Suasana rumah yang sederhana menambah keseriusan diskusi. Di atas meja, terhampar beberapa peta biru denah sekolah. Semua orang dengan serius menyimak rencana yang sedang dibuat oleh Charles.

” Sekarang kita mempunyai rencana besar. Bagaimana cara kita untuk dapat menerobos masuk lokasi tanpa diketahui,” Charles dengan sigap mencorat –coret denah biru sekolah dengan spidol merah dan hitam. “Ada beberapa ruangan yang dipakai dan tidak terpakai oleh musuh. William sudah meretas masuk rekaman kamera CCTV sekolah. Di titik inilah musuh berada.” Charles menunjuk beberapa ruangan kelas yang dicoret merah.

“Dan ada beberapa tempat yang tidak dijaga oleh musuh. Tetapi akan sulit sekali jika kita masuk melalui pintu utama. Kita harus mencari celah masuk yang aman tanpa diketahui musuh.” Dari ujung meja, Henry berdiri ingin mengajukan pendapatnya, “Kita tidak perlu masuk melalui pintu. Ada beberapa saluran air dibawah tanah yang langsung menuju kearah sekolah. Itu bisa kita lalui melalui pintu saluran air yang ada di dekat taman.” “Itu ide yang sangat cemerlang. Ok, kalau begitu kita harus membagi tugas. William, coba kau pantau semua keadaan sekolah dengan CCTV dan monitori kami dari sini. Robert, coba kau cari titik tinggi dari arah barat sekolah. Aku butuh seorang penembak jitu yang bersiap disana. Dan kalian bertiga Jean, Henry, John, kuperintahkan kalian untuk mengikutiku kedalam sekolah. Terakhir Steve, ambil peralatan komunikasi di dalam mobil.

Apakah kalian mengerti,” jelas Charles.

“Siap Kapten,” mereka menjawab serentak.

***

Empat pasukan elite berangkat ke pintu saluran air didekat taman. Disana terdapat pintu yang tertutup semak-semak. John mengangkat salauran pintu dan mereka semua masuk kedalam saluran air. Ketika mereka menginjak dasar saluran air, panorama saluran air yang kotor dan gelap menambah suasana tegang semua pasukan. Ukuran yang cukup besar dan bentuk lorong yang berkelok-kelok membuat Charles harus bertanya ke William yang menjadi pusat monitor pasukan. “William bagaimana situasi kami sekarang?” tanya Charles “Baik, kau berada di titik yang benar.

Sekarang ambil lorong sebelah kanan dan terus lurus sejauh 5 blok dan beralih kekiri. Disana kau akan menemukan tangga yang berada tepat dibawah ruangan aula tengah. Tak ada seorangpun yang berjaga disana. Kau bisa menyelinap masuk tanpa diketahui siapapun,” Jelas William

“Kerja bagus William, terus intai situasi dan kondisi di dalam sekolah,” seru Charles Sesuai dengan arahan William, mereka bergerak menuju lorong sekolah kanan. Setelah bergerak sekitar 5 blok, disebelah kiri lorong terdapat tangga yang dimaksud. Charles langsung naik pertama kali. Ketika sampai diatas, perlahan dia buka tutup saluran air. Diatas terpampang sebuah ruangan luas dan gelap tanpa ada seorangpun yang berjaga. Satu persatu angota pasukan naik keatas. Keadaan yang sepi dan gelap memudahkan mereka masuk dan menyelinap. Dari arah radio, William terus mengomandoi untuk terus berjalan menuju salah satu pintu disisi sebelah timur.

Setelah melewati pintu, mereka tiba di lorong utama. Seperti yang dikabarkan William, para teroris berjaga di beberapa tempat sepanjang lorong menuju ruangan yang dipakai untuk menyekap Sandera.

Ketika berjalan beberapa langkah ke depan. ada sebuah pintu didepan mereka yang terbuka. Tanpa menunggu aba-aba, Jean mendekat membelakangi pintu. Dari sana, keluarlah seseorang bertopeng dan membawa senjata. Sepersekian detik Jean langsung memukul musuh dan membantingnya ke tanah. Sesaat musuh terjatuh tak sadarkan diri. Satu orang teroris pun jatuh ditangn Jean. Mereka melanjutkan misi. Ada beberapa lorong yang berkelok-kelok dan gelap dari balik pusat kendali. William masih setia mengintai perkembangan musuh. Tidak semua ruangan kelas memiliki CCTV, sehingga hanya sebagian daerah saja yang dapat dijamah oleh komputer William. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba terdengar suara keributan tak jauh dari tempat mereka berdiri. Belum sempat keributan itu berhenti, terdengar suara tembakan diiringi dengan suara jeritan wanita. Para pasukan kembali berjalan dan mempercepat gerakan. Ketika sampai diujung lorong, terlihat beberapa orang bersenjata berjaga didepan pintu ruangan. Ada sekitar 8 orang yang siap siaga menjaga dari berbagai macam sudut. Charles maju dan memberi aba-aba untuk bersiap-siap. Ia mengambil 2 bom asap dan mendekat ke arah tembok. Melihat beberapa musuh sedang lengah, 2 bom asap terlepas dari tangan empunya. Kepulan asap sekejap keluar bertambah besar sampai memenuhi ruangan. Ketika musuh kebingungan dengan kemunculan bom asap tadi, pasukan elite yang di pimpin Charles melepas tembakan berondong kejutan. Suara tembakan yang memekikkkan telinga dan asap yang membutakan mata menambah ngeri perang tersebut. Dengan rasa terkejut, musuh melancarkan serangan balasan tanpa memusatkan serangan. Satu persatu musuh tumbang menjadi korban peluru para pasukan elite. Setelah berondong tembakan ganas mulai berhenti, Jack maju mengambil pistol kaliber di pinggang celananya dan berlari menerjang musuh. Dirinya berguling kedepan dan melepas tembakan beruntun kearah musuh. Akhirnya semua sasaran jatuh tak bernyawa.

Asap yang mengepul di udarapun mulai hilang. 8 orang teroris yang berjaga sudah habis tak bernyawa. Bekas-bekas tembakan di dinding dan lemari memperlihatkan keganasan serangan polisi elite Manhattan. Kemudian, Charles berjalan dan membuka pintu ruangan. Tak disangka, puluhan orang dan anak-anak tersekap diruangan itu. Para pasukan pun melepaskan ikatan para korban dan mengabarkan mereka bahwa para teroris sudah berhasil ditaklukan. Namun, saat mereka mencoba kembali, suara dering telepon mengagetkan mereka. Tak ada seorang pun yang membawa telepon saat itu. Ketika memeriksa meja Charles, dia menemukan sebuah telepon genggam yang tergeletak disana. Kemudian, ia langsung mengangkat telepon dan menjawab panggilan tersebut. tidak salah lagi suara hembusan napas dan sebuah intonasi yang amat ia kenal. “Charles kau lupa dengan suara ini?” sapa Tommy.

“Dasar kau penghianat. Dimana anakku sekarang. Dimana kau menyekapnya?”

Charles membentak dengan nada marah. “Jangan langsuang marah begitu! Seperti yang kita ketahui, kita adalah teman baik, dan teman baik seharusnya saling

mengerti satu sama lain.”

“Apa yang kau inginkan?”

“Seperti yang kau katakan, anak perempuanmu memiliki hobi yang menakjubkan bukan? Dan yang kutahu, ia menuliskan suatu kode rahasia milik pemerintah. Itu adalah informasi yang berharga bagiku untuk meretas masuk sistem pertahanan dan mengendalikan senjata nuklir milik kemiliteran Manhattan,” jelas Tommy.

“Maka, kemarilah ke tempatku dan bujuk anakmu untuk membuat kode itu bila kau tak mau melihat anakmu pulang tak bernyawa lagi. Telepon langsung terputus. Tanpa memberitahu siapapun, Charles pergi keluar dan menuju ke tempat persembunyian Tommy. Ia berada di bagian barat sekolah di perpustakaan. Sampai disana. sepucuk pistol telah mengarah pasti di kepala anak perempuannya itu.

“Ternyata kau langsung kemari. Sekarang, bujuk anakmu atau kutembak kepalanya!” gertaknya.

“Charles masih berdiri tanpa berucap. Wajahnya memerah seiring amarahnya yang memuncak.

“Apa yang kau tunggu, ayo cepat lakukan atau hancurlah kepala anakmu ini.” “Baiklah, tapi biarkan anakku datang ke pelukkanku. Ia tidak akan pernah mengikuti perintah jika ia tak bersama denganku, “bujuk Charles.

“Kenapa kau tidak datang sendiri?” Akhirnya Charles datang mendekat. Langkah demi langkah ia dekati sampai berada tepat didepan anaknya.

“Baik, sekarang bujuk dia!” bentak Tommy.

Ketika Tommy mulai melepas gengamannya, dengan gesit Charles menyerang dan memukul Tommy dan melemparkan pistolnya. Tanpa menunggu pukulan beruntun, ia melancarkan serangan kearah Tommy. Perkelahianpun tak dapat dihindari. Mereka berdua saling memukul dan saling menjatuhkan. Ketika Charles mulai kelelahan, Tommy dengan keras menendang perut Charles sampai terguling kebelakang. Tak menunggu lama, Tommy langsung mengambil pistol dilantai dan menodongkan ke arahnya.

“Sekarang kau akan musnah untuk selama-lamanya Charles,” Tommy mengarahkan senjata dan pelatuknya.

“Duarr...” Jendela perpustakaan pecah berkeping-keping. Bunyi berdebum tanah berbarengan dengan jatuhnya Tommy ke lantai.

Peluru sniper Robert lebih dulu menyambar sebelum Tommy sempat menarik pelatuknya. Akhirnya, si penghianat itu tumbang. Dengan tertatih – tatih, Charles menggendong anaknya keluar. Sejak dari tadi para sandera sudah dibebaskan dan dibawa keluar. Semua teroris yang masih hidup ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Semua kerusakan akibat kejadian itu diperbaiki dan diganti yang baru oleh pemerintah. Dua pekan kedepan, sekolah mulai bisa beroperasi diiringi trauma para korban yang mulai hilang. Para pasukan elite akhirnya berkumpul di markas kepolisian. Mereka telah melakukan aksi illegal tanpa perintah dari pimpinan. Tapi melihat kondisi dan situasi yang dapat mereka atasi dengan baik, mereka semuanya diberi penghargaan dan lencana kehormatan polisi. Itulah sebuah kisah yang hebat para pensionan polisi Manhattan yang selalu sigap menuntas kejahatan.

Arti pengorbanan

„‟semua pengurus rayon mesir, 5menit kumpul di meja mudabir ...!‟‟

Teriak murka lelaki berjas rapih, yang baru datang dan langsung duduk murka di kursi mudabbir, spontan memekakan telinga dan memelototkan mata bagi yang mendengarnya, hitungan menit para mudabir sudah berdiri rapih di depan meja mudabiirmemaparkan wajah ta‟dzim, dan anggit selaku ketua rayon gerakannya mulai menghitung rekan-rekannya. Lengkap lakh......‟‟lapor anggit dengan nada penuh ta‟dzim, bagian keamanan itu tk langsung menjawab, ia hanya menatapi wajah satu persatu para mudabir dengan penuh kemurkaan, tak lama ia mulai memaki ketus.

„‟goblok...!!Gak becus...!!, tadi malam al-akh temukan anggota rayon ini keliaran saat tengah malam...lalu, mana tanggung jawab kalian...mana penjagaan kalian...? hah...!!‟‟

Maki ketusnya seraya beberapa kali memukul meja mudabbir, lalu ia memejamkan mata, dan menghela nafas dalam-dalam,

„‟ini...‟‟gerakan bagian keamanan seraya memperlihatkan papan Nama biru „‟namanya darry...okey hukuman untuk kalian silakan lari keliling gedung ini 10 kali...‟‟

Kali ini bagian keamanan mulai berkutik dengan jam tangannya memasang timer dalam pelarian mereka, sedang para mudabbir mulai memasang gerakan bersedia.

„‟mulai..!!‟‟ucap lirih bagian keamanan itu,seraya melempar papan nama biru tadi ke ujung meja,hitungan detik para mudabir kocar-kacir beringsut turun tangga,lalu mulai berlarian mengitari gedung mesir.tanpa peduli para anggota yang berpatisipasi saling melihati mereka antusias,seraya menahan tawa,atau bahkan bergeleng-geleng,terharu atas mudabirnya,setelah beberapa menit selesai,mereka kembali pada bagian keamanan dengan bermandikan keringat,bernafas tak beraturan,sesekali tanganya mengusap wajah yg penuh keringat itu.sementara bagian keamanan mulai meredakan kemurkaanya

„‟jangan ulangi lagi, selalu awasi anggota...!!untung saja waktu itu ada al-akh, kalau tidak ada...bisa saja dia pergi kabur...toh juga dia santri baru kan...?? siapa yg tahu...‟‟ Pekik al-akh keamanan itu lalu segera pergi, para mudabir mulai menghembuskan nafas lega, anggit mulai mengambil gerakannya maju, memberi pengarahan.

„‟Dengar yah...ingat nanti sore kita masih punya panggilan dengan bagian ta‟mir masjid, datang lengkap oke...‟‟

Tapi saat ditengah pembicaraan itu, salah satu anggota datang, menghampiri mereka dengan penampilan handuk yg ia selampirkan pada pundaknya, dan gayung yang isinya peralatan mandi mengucap salam dengan nada sopan ta‟dzim.

„‟maaf al-akh, ini ada kertas titipan dari kelas enam „‟ ketusnya seraya mengeluarkan secarik kertas putih yang sedikit lebih panjang dari sakunya, lalu santono yg mengambilnya, cepat-cepat terkejut lalu menyerahkannya pada anggit, dengan ekspresi yg sama, ia sedikit menghela nafas para mudabir yg lain mengkerutkan alis penasaran, anggit mulai berkata lesu.

„‟panggilan ke bagian bahasa., semua mudabir mesir sore ini datang tepat waktu ...tidak datang tak ada rambut...‟‟

Anggit menterjemahkannya lalu melipat kertas itu mengambil nafas dalam-dalam, sementara para mudabir yg lain seketika memasang wajah lesu, yang tergambar jelas pada mereka, anggit melanjutkan perkataanya.

„‟oke...!!setelah kumpul wajib dengan bagian pengasuhan santri, kita punya dua panggilan, bagian ta‟mir dan bagian bahasa ...hmmm‟‟ Tetapi wajah rekan-rekannya tetap kekal di pelesuannya

„‟ingat papan nama kita kuning, siap ditindas, siap dididik, siap direbus, kita harus tetap kuat, tunjukkan identitas kita, inspirasi mereka, kita adalah sang pewarna yg siap mewarnai dengan apa yg kita punya dan tak akan mungkin kehabisan warna ...hhe...he. he. karna kita pewarna itu, memotivasi, bermotivasi, memotivasikan ...‟‟pungkas akhir anggit.

Matahari mulai percaya diri menampakkan diri, cahayanya redup, mulai merambat menyinari semua yg dibawah naungannya, kembali pada suasana pondok, terlihat para santri begit elegant, berpakaian modern ala kemeja dan sepatu vantopel khasnya, bersama tumpukan buku-buku yg hanya dipikul di sisi kanan kiri tubuhnya, derap langkah mereka begitu cepat, apalagi ketika 5 menit menjelang bel, suasana pagi itu begitu ramai, penuh kebisingan, para santri yang siap memasuki kelasnya masing-masing.

***

Suara adzan dzuhur mulai menggema,menggidikkan setiap telinga yang mendengarnya,memberi tanda pengingat telah masuknya waktu shalat,di sela ribuan santri itu ,seperti biasa ,anggit mulai beraksi,berdiri kekal seraya bertepuk-tepuk tangan,dan koarkoar dengan bahasa asing bagi yang jarang mendengarnya,itulah yg disebut „‟marosim‟‟tabkir,suatu adat di pondok modern yg nan khas,jikalau salah seorang sudah melakukan hal ini,jangankan beringsut,bahkan para santri akan segera lari terbirit-birit cepat,tak lama santono datang,mudabir yang baru diangkat dan diresmi tugaskan kemarin itu semakain membuat kebetahan anggit di rayonnya,menghadapi arai masalah,tak heran papan nama kuning telah menyatukan mereka,slalu bercanda,bersama,sahabat 4 sintesa,ali,azhar,anggit,dan santono,walau dengan azhar tak sering bersua,skali bersua pasti ia hanya menutupi wajah letih lesunya,dengan senyuman kecut,seraya membawa tumpukan buku –buku bergenre bahasa atau bahkan kamus-kamus bertebaltebal,dan tak jarang ia mondar-mandir ke bagian bahasa.sedangkan ali,tak pernah terdengar kabarnya,jikalau bertemu pastilah tas ransel yang ia bawa seraya lari kecil menuju masjid.tapi setidaknya,sekali seminggu atau sebulan,pastilah mereka menyisihkan waktu untuk bersama,yah walau sekedar ngobrol santai,bercanda,bergurau tawa,atau duduk di menara tuk slalu bernostalgia.

Suasana siang itu mulai sepi, jikalau beberapa menit lalu para santri beringsut cepat kembali ke rayon untuk shalat dzuhur, kini mereka sudah bertata rapi di kamar mereka masingmasing, hingga kembali ke pemandangan satu pemuda, anggit keluar dari kamarnya, dengan gerakan membenahi sajadah besarnya satu pemandangan mengkerutkan dahi anggit dengan segera, kehadiran lelaki dengan sajadah yang besar pula dan papan nama putih khasnya, yg menendakan itu siswa lama, kelas 6, bagian bahasa tepatnya.

„‟I count until ten, managers of mesir hostel, get meet in first floor ...now...!!!!one…. two…‟‟

Celetuknya dengan bahasa ingris fasihnya, serta merta memasang wajah terlipat begitu gusar, tak lama para mudabir berimbu-imbu dating menghadap kepadanya, memasang wajah manut.

„‟hmm…. okey, in this afternoon you all don‟t come, I‟‟ll end this problem. yesterday I saw one person of your member spoke by Indonesian language, when he meets to ask me...so, where is your responsibility…. your manager not member…...!!!‟‟

Jelanya yang diakhiri dengan pukulan keras di meja mudabir, menggertakkan wajah meraka yang smakin lama smakin meringkup ta‟dzim. hitungan detik bagian bahasa itu melanjutkan ocehannya.

„‟the name of your member is …. darry...‟‟‟

Gerakanya seraya berdiri melempar papan nama biru itu pada anggit lalu lekas pergi tanpa mau berlama-lama, para mudabir yang mendengarnya langsung melipat dahi, bersungut-sungut kesal, nama salah satu anggota yang mengkesalkan mereka semua, darry.

Jarum pendek jam dinding mulai merapat pada angka paling atas,tapi rekan jarumnya mulai turun menjauh,pukul 12;40,para anggota sudah sekitar 10 menit lalu meninggalkan rayon,tapi hari ini begitu diingat oleh para mudabir ,kumpul dengan staff pengasuhan santri,bersama smua rekan kelas lima tak terkecuali,yang mana akan dibacakan absen merah,perlu diketahui,ada beberapa element absen tingkatan klas lima,merah,biru,dan tauqi‟,yang mana absen merah adalah raja antara yang lainya yang menjunjung mottonya‟‟ siapa yang ghoib/tdk hadir,maka pembotakan halal dilakukan padanya‟‟oleh karna itu tanpa berlama-lama,para mudabir kolekin mulai bergegas ganti baju lalu lari terbirit-birit menuju dapur dulu,makan siang.

Suasana dapur sepi,hanya mengisakan 1 /2 orang pekerja yang terlihat mulai menyapu dan membersihkan meja panjang yang penuh dengan sisa nasi,setibanya disana anggit begitu antusias memimpin didepan mengharap segera menikmati makan siangnya,anggit pun antusias saat menodongkan piring kosongnya kepada penjaga dapur.tapi dengan ekspresi mantapnya,penjaga dapur hanya memiringkan wadah nasi yang terbuat dari anyaman rotan itu,memperlihatkan pemandangan kosong,nasi habis.spontan senyuman lurus di bibir anggir berubah menjadi lipatan tak mengerti,ia hanya melongo tak percaya.

„‟kenapa nggit…???tanya santono yang kebetulan antre di belakanyya, dengan nada lesu anggit menjawab pendek,

„‟nasinya habis…‟‟

„‟apa…!!???............‟‟seru bebarengan para mudabir yang mendengarnya,seraya berjingkrak-jingkrak kesal,tapi jam mulai menuntun langkah mereka kembali ,pukul 14:00 tanpa berfikir lama,mereka lari terpencal menuju masjid ,kumpul dengan staff pengasuhan santri,mereka segera melupakan perut kosong mereka,karna mereka tahu terakhir datang adalah pukul 02 tepat,tapi keadaan tak bisa mengalahkan kelangsungan,langkah kaki mereka dipaksa berhenti ketika tiba di depan masjid,kembali lelaki berparas garang,memasang wajah terlipat murka.

„‟jam 14:05 …kalian telat 5 menit, push –up semua……….!!!!!!‟‟

Ketusnya tajam dengan melipat dahi rapatrapat, seraya memandang kesal para mudabir.

„‟satu…...dua…. tiga…. empat…….‟‟suara lelaki itu memberi instruksi, kini tidak hanya keringat yang bercucuran, melainkan keringat yang mulai memandikan tubuh mereka, kemeja yang beberapa menit lalu masih kering bersih, kini terlihat begitu lepek dan basah.

ketika didepan para mudabir ia biasa saja sama halnya dengan anggota yang lain selalu patuh, dan hari ini hatinya begitu teriris, dia dan para mudabir harus rela berlelah-lelah, mengkeringatkan tubuh dengan hukuman ini,

„‟tunggu…. siapa itu yang baru datang, sini cepat maju kedepan...!!‟‟

Suara ustadz pengasuhan bercampur gurau, seketika semua mata kelas 5 tertuju pada

mereka, dengan menundukkan muka, hanya karena dia, darry.

Anggit menggelengkan kepalanya runai, tak menyangka seraya ia meratapi gerakan push- up nya, ia berandai-andai darry yang ia kenal, Hingga tepat di hitungan seratus, lelaki itu menyuruh para mudabir masuk masjid, sementara pemandangan para mudabir begitu lusut, seraya menarik-narik kemeja mereka dan mengipas-ngipas tubuh. gerakan mereka mulai memasuki masjid, derapan kaki mereka begitu cepat menderap mdi lantai marmer masjid, sementara kelas lima yang lain sudah tarlihat ta‟dzim mendengar nasihat evaluasi dari staff pengasuhan santri, ketika itu mata ustadz terlihat gontai melirik mereka dan dengan cepat berketus,

bermalu-malu, dan saling dorong mendorong, mereka maju ta‟dzim. tak lama ustadz pengasuhan melanjutkan celotehnya,

„‟lihat...!!apakah pantas dicontoh, seorang mudabir, uswah, bertampang lusut, serta

menelatkan diri seperti ini, lihat, lihatlah semua…. bagai mandi saja ko orang ni….‟‟

baru saja mereka alami, kini dia hanya „‟ayo semangat lho…. lupakan semua,

menghela nafas sabar. lupakan daryy.‟‟koar anggit mencoba

Seketika suasana masjid dipenuhi gelagak tawa dari kelas 5, para mudabir mesir semakin melipat wajah malu, bermerah wajah, saling membuang muka, sementara anggit tarus menggeleng-geleng, melipat dahi, ingin membenarkan, mereka tak menahu apa yang Lebih dari setengah jam dari pertama mereka dating hingga akhir pembicaraan dan nasihat pengarahan dari ustadz-ustzd pengasuhan, mudabir mesir tetap kekal di posisi mereka, berdiri didepan seraya rela terus dipandangi tajaam dan ditertawai oleh ratusan kelas 5.

***

Setelah shalat asar, matahari seperti kekal di kuasanya memekarkan panas cahayanya, dengan wajah letih dan lesu, para mudabir mesir mulai melangkahkan kaki menepati panggilan bagian ta‟mir masjid.

memanskan suasana

„‟helleh….ini semua gara-gara anak kecil tak tau diuntung itu, kita jadi kena hokum terus‟‟balas salah satu mudabir membuang muka, sementara mudabir yang lain tak merespon terus melangkah malas. ketika langkah mereka mulai menapaki kantor bagian ta‟mir masjid, terlihat salah satu bagian ta‟mir segera menyambut mereka kecut.

„‟hei.hei...hei. kalian mudabir mesir, ingin menyelesaikan urusan denganku…??‟‟

„‟iya al-akh...‟‟suara para mudabir serentak menjawab datar.

Bagian ta‟mir mengambil posisi duduk di sofa, seraya memasang wajah penuh wibawa,

„‟oke, sekarang kalian rapihkan raf al-quran disana. cukup 5 menit, mulai...!!‟‟

Perintah bagian ta‟ mir seraya menunjuk rak kayu yang terlihat masih kokoh beramplas itu, sementara para mudabir melaksanakannya malas, tapi disisi lain cukup bersyukur, kenapa tidak? mereka tidak harus berkeringat-keringat, lari-lari, push-up. Dll. cukup merapikan rof, kalau itu anggota mereka pun bisa,

„‟waktu shubuh adalah waktu permulaan hari, kok ngantuk.?, sama saja kalian siap mengawali hari dengan kengantukan yang berujung kemalasan.‟‟

Pekik bagian ta‟mir bernasihat seraya memandangi mereka yang tengah merapikan rof al-quran, tak sampai hitungan ke 5 menit rof terlihat rapih, para mudabir langsung berbaris rapih, siap menunggu nasihat penutupan.

„‟oh ya, kemarin saya temukan anggota kalian berkeliaran saat waktu shalat, saya tidak mengambil papan namanya saya Cuma hafal...kalau nggak salah darry.iya dary namanya, benar...? kalian urus sendiri dia.oke kalian boleh pergi...silakan‟‟

Dalam hati mereka benar-benar melejit rasa dengki kepada darry, ketika dalam perjalanan mereka hanya saling diam hanya sesekali melirik jam atau bertanya pendek, tak lebih, lalu anggit berjalan paling depan membalik tubuh dan berkata,

„‟tenang…santai al-akh, saya tahu, tentu kalian begitu benci, marah, padanya tapi bukan itu yang baik, cukup aku saja yang menasihati dia, jangan ada satu mudabirpun yang menyentuhnya selain aku…faham ya, tolong lakh,‟‟

Sementara para mudabir hanya mengangguk sabar mengiyakan.

Suasana sore,langit memilih untuk menghitamkan diri,menyelimuti dirinya sendiri dengan bungkusan awan hitam,didepannya terlihat barisan tak beraturan burung walet yang terbang bebas mengitari menara,tarbang keatas kebawah,yang kini terlihat memenuhi kubah masjid,mana orang-orang menahu asal muasal mereka,bangunan-bangunan tinggi menjulang yang terwarna dengan cat yang serasi begitu apik menghias pondok,sebenarnya begitu rumit menghafal bangunan-bangunan disini jikalau tuan kemari lalu lewat gerbang utama,tuan akan ditunjukkan 2 jalan,lurus arah kemasjid,atau belok kearah samping lapangan,jikalau tuan berkehendak pilihlah jalan lurus kemasjid,tuan akan disuguhkan panorama serambi surga,dengan masjid megah berlantai dua nan kubah eloknya,serta menara elegant yang berdiri antik disampingnya, tak lupa beberapa bangunan sentral ada disana, dari balai pertemuan, gedung asrama santri baru, gedung syanggit, Aligarh serta kantor pusat staff pengasuhan santri, semua bak memberi senyum sapa pada setiap mata yang baru memandangnya, dan baiknya itu baru pemandangan disekitar masjid ,tuan.

Sedari 15 menit lalu suasana pondok mulai sepi, hanya mengisakan piket sore mudabir yang bertugas menjaga rayon dan beberapa santri yang mendapat izin untuk terlambat ke masjid, anggit masih asyik berkutik dengan buku laporannya, maklum, sore ini ia kebagian piket mudabir, kewajiban menulis laporan adalah nomor 1 bagi para piket sore mudabir, setelah beberapa menit berkutat disana ia mulai beranjak menilik satu persatu kamar mencari sesuatu atau seseorang,

„‟mana ya dary…apa pergi ke masjid...??‟‟geram nya seraya terus berkeliling kamar, menilik kamar-kamar yang terlihat tertata bersih nan rapih, tiba-tiba rino, salah seorang mudabir yang juga piket sore

menghampiri anggit cepat dengan wajah

terlipat,

„‟nggit itu darry ada di kamar 12‟‟pekiknya yang langsung direspon kaget oleh anggit, dengan dahi terlipat pula mereka berdua segera menghampiri darry, sesampainya disana, anggit sempat menghirup udara wangi dari pengharum ruangan yang tergantung dimuka kamar, lalu segera memandang kecut seseorang yang tidur terkapar di atas kasur lantai seluruh tubuhnya tertutup selimut, anggit segera mengiyakan itukah darry.

„‟darr. kamu gak apa-apa...??‟‟tanya anggit penasaran dengan keadaanya seraya semakin mendekatinya dan menyibak selimut itu, tetapi ketika ia sibak selimutnya, anggit spontan terkejut memandang darry dengan wajah kelu panas seraya meraung sakit.

„‟darr...dar…kamu gak apa-apa kan…???‟‟

Anggit mengulangi pertanyaannya, ia semakin khawatir, tak ada respon balik darinya, gerakanyya langsung memegangi dahinya yang ternyata benar-benar panas, anggit segera menyuruh rino mengambil becak, rino terpancal lari, kali ini anggit mencoba mendudukan darry.

„‟yaallah…badan kamu panas sekali, nak...”

Hitungan menit rino kembali dengan wajah penuh keringat nan nafas tak beraturannya, mereka berdua segera membopong darry

anggit,sempat terbesit rasa ragu menatapi uang

itu ,seperti diketahui,ia begitu prihatin jikalau membahas tentang uang,jangankan uang jajan,uang bulananpun ia belum bayar

berbulan-bulan,tapi ini tentang kebecak, menuju balai kesehatan santri.

Dengan barang seadanya anggit yang mengantarnya, mulai menggenjot becak cepat.1 jam kemudian, tubuh dary terbaring lesu di ruang inap, beberapa menit lalu dokter berpesan darry harus benar-benar istirahat, sedari tadi anggit terus wara-wiri, mengurus sana –sini untuk darry, setelah dokter mengizinkannya untuk masuk ia segera menatap lemas darry, teringat sesuatu.

„‟oh ya,darry belum makan –kan..???‟‟tanya antusias anggit seraya merogok saku celananya ,keluarlah 2 uang puluhan dan 1 kertas lima ribuan,itulah uang terakhir anggota,amanat,fikir anggit segera membenarkan diri,melihat darry yang bibirnya begitu kering,benar-benar menandakan jikalau dia belum makan dan minum walau dari tadi dia tak menjawab tanyanya,ia segera pergi membelikan secuak nasi untukknya. Tak disangka, orang yang satu hari ini membuat para mudabir terhukum, bermasalah sana-sini, dan sekarang terbaring lemas di ruang inap, apa yang akan dilakukanya jikalau dia tidak bersabar? memaki, menghukum, menghujat. tapi tidak, papan nama kuning benar-benar telah merubah pemikiran ego itu. „‟darr…darry...ayo makan dulu…‟‟ajak anggit yang baru datang, tak peduli dengan keadaannya sendiri, belumkah dia makan, mandi, lalu ia membantu darry duduk, dan mulai memakan nasi lunaknya sedikit demi sedikit.

„‟al-akh…maaf…‟‟pekik lemas darry disambut lipatan dahi anggit tak mengerti,

„‟Maaf kenapa, dary...??‟‟

„‟al-akh maaf, mungkin selama ini darry menyembunyikan masalah darry, sebenarnya sakitku sudah sejak beberapa hari lalu, darry bingung tak tahu harus kemana, harus lapor kesiapa…mulai saat itulah darry banyak berjumpa dengan kakak-kakak kelas enam, saat malam hari, juga esoknya, pokoknya banyaklah…maaf ya al-akh...‟‟

Jelas darry terpatah-patah lesu, seraya memakan sisa makannya, spontan hati anggit berdegub, benar-benar tersentuh, kini tingginya amarah anggit yang menjulang runtuh sudah, rontok habis, ia sadar, kurangnya perhatian terhadap anggota, dia yakin jikalau mudabir yang lain tahu kejadian ini perasaannya pasti bakalan sama, kini ia hanya mengelus-elus darry, menenangkan dia, ia tak mampu berkata, ia terdiam 100 kata, tak lama matanya mulai berkaca-kaca, terharu.

Kini hakikat papan nama kuning benar-benar ia rasakan, disat kita dituntut menjadi pewarna, yang harus siap mewarnai di kala apapun, dituntuk menjadi pendidik, sang ayah, ibu, kakak, teman, selalu bisa mewarnai dengan apa yang dipunya, karna kita tahu sang pewarna akan mewarnai mereka

Belati merpati

Jiakalau sudinya suatu waktu tuan datang kekota ini, tuan akan disuguhkan pemandangan dan panorama nan asri. Pohon tinggi menjulang, hawa dingin mencengkram yang ditemani suara seribu satwa menarik lainnya. hingga tuan dapati di sebuah sudut perkampungan kecil dan kumuh ada satu rumah nan berbeda, orang-orang menyebutnya bilik tauke. karna sang tauke (kepala kampung) tinggal disana. jika sempat bersinggahlah kesini, maka tuan akan disuguhkan berbagai

kisah menarik darinya. orang percaya kisah itu nyata.

Malam itu bulan purnama tertengger perkasa di peparitan angkasa. pemandangan awan dan

bintang melengkapi di sisinya. hawa dingin khas borneo berhembus damai.

„‟nak, tidak tahukah kau kisah tentang belati merpati...??‟‟tanya seorang pak tua kepada cucunya seraya meminum secangkir kopinya, asap mengepul diatas kopi.pak tua itu menyeryit kepanasan. anak kecil yang sedari tadi asyik memijit kakeknya menggelang penasaran.

„‟oke nak akan kuceritakan, itu buah kebaikanmu memijitiku hari ini, merpati ituy sama halnya dengan merpadi pada umumnya. konon datang dari dunia lain, entah berantah membawa sebuah kabar duka.kau pasti keanehan dengan kata belati di akhir julukannya…karna burung ini apabila bertengger atau terbang diatas suatu rumah, niscaya anggota rumah tersebut aka nada yang

menginggak dunia atau kecelakaan…‟‟

Tauke menghentikan penjelasan. seraya meminum kopinya yang mulai menghangat. anak kecil itu bekaca-kaca, takjub akan kisah kakeknya. beberap detik detelahnya terdengar duara yang memecah kebersamaan mereka.

„‟osa…cepat tidur…sudah malam ini…!!!‟‟

„‟iya mamak…sebentar‟‟jawab pendek anak kecil itu dan langsung memandang kakeknya meminta pertimbangan. tauke menggelengkan kepala menaruh kopi yang tinggal ampasnya itu. lalu menyeringai

„‟pergilah…tidur sana. besok mau lagi dapat cerita...??‟‟

Spontan anak kecil itu menghangguk ceria.5 menit kemudian ia pergi tidur bersama ibunya.

***

Beberapa hari setelahnya. mentari menyembul hangat dari balik perbukitan borneo, tapi itu pemandangan yang dilihat beberapa menit sudah, sekarang cahayanya sudah menerangi seluruh penjuru borneo. sampai tuan lihat seorang anak kecil yang sedang bermain riang dengan kawan-kawannya.

„‟osa, lihat burung putih itu…‟‟seru salah satu teman osa, spontan osa berlari menuju arah burung itu.tak lama burung itu tertengger di rumah pak sihol. seketika raut wajah osa kaget. mengingat penjelasan kakeknya tentang merpati belati.

„‟bukankah itu merpati yang dikisahkan kakek…dajn sekarang tertengger di rumah pak sihol…aku harus bilang pada mamak/…‟‟ 1 menit tubuhnya sudah melesat meninggalkan area permainan dengan temannya. ia segera menemui mamaknya yang ia temui sedang asyik memasak. mamaknya langsung terheran melihat anaknya ngosngosan. lalu bertanya cepat.

„‟kenapa nak…??‟‟

„‟itu mak, burug merpati belati yang diceritakan kakek sudah bertengger di rumah pak sihol…‟‟

Jelas osa tersendat-sendat. sementara ibunya mengusap keringat didahinya berkata pelan menjelaskan,

„‟nak jangan salah sangka…kau terlalu sering mendengar cerita bodoh dari kakekmu. sudahlah jangan difikirkan. sekarang osa harus sarapan dulu oke...kamu belum makan-kan??‟‟

Osa mengkerutkan dahi tak mengerti.‟‟tapi mak….‟‟

Tapi dengan cepat mamaknya menggendong osa memaksa untuk segera makan.osa segera melupkan kejadian tadi. keesokannya langit murkatak terlihat secercah cahaya darinya. seraya dibarengi suara gemuruh.osa berdiri di teras rumahnya. hingga ia lihat seorang separuh baya menghampiri rumahnya.

„‟osa, mana bapak-mamak kau...??‟‟

„‟ada didalam mak cik…‟‟jawab osa, sebelum orang itu masuk bapak dan mamaknya keburu sudah keluar, mengkerutkan dahi bertanya duluan

„‟ada apa mak cik…??‟‟

Dengan muka pucat panik orang itu membals‟‟pak sihol kecelakaan.dia terjatuh dari pohon kelapa. sekarang sedang dibawa kerumah sakit. bisakah kau membantu menjaga rumah kami sementara kami kerumah sakit…‟‟

„‟tentu mak cik…dengan senang hati…‟‟

Orang itu tersenyum membalas terima kasih lantas pergi. bapak dan mamak bersitatap. lalu pergi meninggalkan osa.itu awal hari pembaharuanku. diman akan menjadi permulaajn segala keanehan terjadi. Malam harinya, saat mamak sibuk melipat baju-baju osa mendekatinya. lantas dengan antusias bertanya polos.

„‟mak, bagaimana. kataku benarkan tentang merpati belati itu…???‟‟

Mamak tak menjawab, terus melipat baju.osa semakin sebal.

„‟mak …jawablah...‟‟ „‟sudahlah osa…hentikan pertanyaan bodohmu itu...‟‟

Mamk lantas segera merapikan sisa baju, lalu pergi meninggalkan osa.osa tahu harus bilang siapa, tapi saat dia pergi ke bilik sang kakek. kakeknya tak ada.osa menghela nafas kecewa. dari belakang bapaknya merangkul pundak osa. seraya menyeringai.

„‟kakek ada urusajn di desa sebrang. katanya mala mini dia tidak pulang, osa...ayo

tidurlahhari sudah malam...‟‟

Osa hanya nmengangguk seraya berjalan malas menuju kamarnya. kejadian hari ini mulai ini lupakan.

Keesokan harinya, mentari berbaik hati memberikan cahayanya pada setiap makhluk di semesta, orang-orangh berduyun menyambut kegiatan mereka. termasuk osa, kali ini dia memilih berjalan-jalan menyusuri desa.dia ingin mengamati hari ini dimana merpati itu akan singgah.

Disaat mentari diatas kepala, osa menyeryit kecewa tak kunjung menemukan sang merpati. tapi dari arah hutan ia melihat sebuah burung putih, terbang cepat, lalu berseru disana.dan melayang berputar di rumah kang ajo. Gerakan merpati itu hanya berputar. dalam hatinya, bukankah itu sama saja, seperti kata kakek.?. dia lantas segera pulang membawa kabar itu.

Ibunya yang sedari pagi bingung mencari osa, kini dia senang anaknya tiba di halaman rumah. kali ini dia berlari lagi.

„‟ada apa nak…??‟‟

„‟itu mak buruyng merpati, berputar-putar di rumah kanga jo…‟‟

„‟halah…itu Cuma halusinasimu saja karna kau belum sarapan sejak pagi tadi…. mari makan...‟‟

„‟tapi mak…‟‟

„‟sudah...‟‟

Langkah osa (dipaksa) makan, sejenak melupakan beritanya tadi. di tengah kelengaan osa yang sedang makan dan ibunya yang sedang merapikan dapur, terdengar suara dari pengeras masjid surau desa. suaranya samarsamar terdengar.osa berhenti dari fgerakannya,

„‟innalilahi wa inna ilaihi raajiuun…telah kembali ke rahmatullahi ta‟ala, saudara kanga jo pada siang hari ini tepat…. pemakaman akan diadakan hari ini pula, atas perhatiannya saya ucapkan trima kasih.‟‟

Itu suara khas ta‟mir surau yang usianya udah sekakek. hati osa mendadak tersentak. ibunya hanya diam melirik osa.

„‟buk…seperti yang ghendak osa katakana

tadi...‟‟

Ibunya hanya menggeleng lalu memasuki kamar, hendak persiapan melayat.

„‟habiskan makanmu nak…‟‟

***

Hari esoknya, osa memilih diam dirumah. berdiri-duduk di teras rumahnya. menunggu seseorang, kakeknya. yang katanya ada urusan di kampong sebrang hingga hari ini tak kunjung datang. hanya kakeklah yangt bisa menjelaskan semuanya. beribu pertanyaan tiba di benaknya. tapi diri osa masih terlalu kecil untuk mempercayai hal seperti itu. hingga sore menjelang osa menymbut bapaknya yang sepulang kerja.

„‟apa yang kau tunggu nak…‟‟

Tanya ayahnya inghin tahu seraya melepas cangkul di pundaknya, osa menyalami

ayahnya. lalu menjawab singkat

„‟kakek, pak….‟‟

Bapaknya juga menghela nafas cemas, „‟entahlah nak, mungkin urusan didesa sana

rumit. hingga kakek harus menginap lama…‟‟

Bapaknya meninggalkan osa di teras. saat ayahnya masuk rumah seseorang datang.tak dikenalinya, pakaiannya rapih. seperti penduduk pinggir kota. bertanya ke osa.

„‟apa benar ini kediaman tauke kasman...??‟‟

„‟iya…itu kakekku.‟‟

„‟maaf dek, ayah-ibu ada...??‟‟

„‟mamak-bapak…ada tamu...‟‟ Osa berseru. tak lama mamak dan bapaknya keluar menatap bingung seseorang di depannya.

„‟jadi seperti ini pak, buk. tauke kasman kecelakaan saat menyebrang sungai Kapuas.ia tenggelam bersama beberapa orang lainnya.tim kepolisian sedang mencari jejaknya.‟‟

Tiba-tiba waktu seolah berhenti, hati osa berdegub kencang. apalagi mamak-bapaknya. mereka bertiga saling mendekap. menangis terharu. siapa yang berharap kesempatan selamat orang yang tenggelam di sungai Kapuas, jika tidakm mati terhanyut, pasti jadi sasaran empuk binatang buas disana. disaat itu pula oa melihat merpati telah tertengger di atap rumahnya.osa menarik baju ibunya „‟buk lihat, merpati itu sedang ada dirumah kita….‟‟

Ibunya hanya menangis. Kecewa pada semua angan bakunya, seharusnya dia percaya perkataan kakeknya dari awal. merpati belati dongeng nan abadi.

Kang santri

Keputusanku sudah bulat, setelah berlamalama aku memikirkan acara itu juga cara, sebab dan akibat.seisi kepalau seolah melakukan perdebatan hebat, antara dua kubu;pro(setuju) dan contra(tidak setuju).pro, tentu karna itu adalah kegiatan yang mulia.siapa yang tak mau mendengar setiap petuah darinya seraya hanyut tenggelam du lautan dzikir dan do‟a.contra, yang kali ini harus kusangkutkan dengan disiplin pondok.coba bayangkan jika pondok membolehkan santrinya pergi keacara itu, astaga.bisa habis nanti santrti di pondok karna mereka berbondong-bondong pergi keacara itu. Tapi malam itu didepan kaca masjid lantai dua seraya memandang langit malam yang dipenuhi bintang.aku telah memperhitungkan

segalanyam keputusanku benar-benar sudah bulat.kejadian ini bermulai 2 hari yang lalu, saat aku sedang lari sore(yang memang sudah menjadi hobiku), aku menemukan selebaran kertas berwarna di jalanan dekat persimpangan kota.aku membaca sekenanya yang kupikir hanya iklan motor, HP, atau elektronik terbaru.tapi tidak, nafasku yang tadinya ngos-ngosan sekejap berhenti tercengang.antara senang dan gembira.

(pengumuman…!!!hadirilah pengajian akbar bersama jama‟aah ratib al-haddad.dan habib alwi al-haddad di halaman universitas

madina ,24 mei 2014...)

Seketika mataku berkaca-kaca, aku tak sanggup menahan rasa bahagiaku.aku lipat selebaran itu dan menyimpanya di saku celana, lantas bergegas kmembali ke asrama.

Malam harinya, aku benar-benar tak tahan ingin segera menyampaikan berita itu.aku tahu harus mendatangi dan mengajak siapa. hanya dialah sahabat disemua kegiatan keagamaan. sebut satu nama pengajian, maka dengan sepontan dia berseru hendak menujunya. benar, malam itu setelah dia mengumandangkan adzan dengan merdunya aku segera menemuinuya.dan diam-diam menyerahkan kertas selebaran tadi. mulutku bergetar menahan tawa bahagia, menduga ekzpresi yang akan diresponnya. senyum lebar terkembang di wajahnya lalu berjingkrakjingkrak merangkulku.

„‟oke…nur…kita akan berangkat...yeee...‟‟

Aku ikut tertawa tapi suatu hal terjadi ditengah kegembiraan ini. seseorang menyambar kertas itu, spontan tawa kami terhenti suasana menjadi senyap.

„‟apa-apaan ini, kalian mau berangkat...??‟‟tanya lelaki itu tegas. kami berdua hanya menundukkan kepala tak menjawab.dia hanya termangguk seraya memberi senyum sinis, lalu pergi. dialah luthfi, pengurus asrama kami.aku menelan ludah. kejadian ini sempat mengendorkan niatku.

„‟weaduh gimana nih nur,…maaf ya..‟‟ harya menggeram merasa dirinya bersalah tak bisa menjaga kertas itu, membiarkannya

terambil oleh luthfi.aku menjawab santai,

„‟tenang harya, malam ini kita atur strategi. apapun caranya...apapun resikonya ...kita harus berangkat…‟‟

„‟iya harus. Aku juga tak peduli resiko apapun itu.‟‟harya mengangguk setuju. Malam itu juga kami mengatur semua strateginya. yang terbenak di fikirku, pokoknya aku harus berangkat. bagaimanapun caranya, dan apapuin resikonya. keputusanku sempurna bulat.

***

Mentari 45 derajat berada dilangit barat, cahayanya menelisik apa saja yang dibawah naungnya, hembus angina menderu berdebu, menyibakan mata yang memandangnya.burung-burung terbang merdeka yang dibarengi dengan suara adzan yang menggema.terlihat siluet para santtri yang berbondong-bondong menuju asrama mereka.siap menunaikan shalat „ashar berjamaah.sore itu, 3,5 jam lagi sebelum „acara „itu dimulai.aku menjalani detik-detik ini dengan biasa.(maksudku aku paksakan sebiasa mungkin)walau tak bisa terpungkiri hatiku menggebu-gebu menjadi dua kubu.satu kubu menggebu tak sabar ingin segera hadir diacara itu.kubu kedua menggebu cemas takut , bagaimana kalua luthfi sudah melaporkan kami.bagaimana kalua nanti aku diskors, atau mungkin bisa dipulangkan. Bagaimana kalua? bagaimana kalua? pertanyaan ini semakin mencabang banyak jikalau kuturuti. Sore itu aku menemui harya, untuk cek finishing. ternyata perasaannya sama sepertiku, antara cemas dan tak sabaran.

„‟egh, kita berdua saja-kan...??‟‟

Aku melontarkan pertanyaan itu lih-alih pembicaraan, tapi harya keburu meringis tanpa dosa. sepertinya tabiat mulut embernya telah meluberkan beritya ini. dasar,

„‟hhe, he…masalah itu aku tak bisa njamin nur…. maaf…‟‟aku langsung menatapnya tajam, benar dugaanku. bagaimana tidak? jikalau semakin banyak rombongan, itu berarti semakin besar kemungkinan kita ketahuan. ditambah luthfi yang sudah tahu.

„‟apa maksudmu, harya...???‟‟kali ini aku mencekram lengannya. suasana sedikit memanas.

„‟tunggu dulu nur, jangan marah dulu…aku hanya ngomong pada 2 orang saja kok…pertama ke ustadz hidayat karena dia sudah tahu acara itu dan dia juga akan hadir.dan kedua aku bilang ke putra, itupun tak sengaja…‟‟

„‟apa...?? putra…si biang kerok itu, astaga…!!‟‟ringkuhku kesal kali ini sekali kupukul kepalanya.aku semakin menggeram kesal, sementara harya hanya ketawa-ketiwi merasa tak berdosa. dasar.

„‟nur, kan udah sepakat. apapun resikonya,

apapun carajnya kita harus berangkat…‟‟

Aku menghela nafas dalam-dalam, mendinginkan masalah sejenak. (akhirnya) aku menyeringai.

„‟ya udah terserah, kita berangkat ba‟da maghrib. tepat saat anak-anak makan. kita ketemuan di belakang pondok.itu kesempatan yang bagus…‟‟

Aku mengcungkan tangan deal. harya menyambutnya mantab. kami berpisah. tepat 2,5 jam lagi aca akan dimulai.aku sempat menghabiskan waktu dengan jalan-jalan sebentar mencoba menutupi rasa di haiku ini.aku sedikit mendengar percakapan para santri. hampir tak ada yang membincangkan tentang topik pengajian itu. berarti semua akan aman-aman saja, menurutku. Sebenarnya pondok ini adalah pondok salafi. yang mana mengaji dengan metode sorogan dan menggunakan kitab kuning yang taka da hgarokatnya.2 tahun lalu kegidupan disini bhegitu bebas, benar-benar bebas.santri bisa sepuasnya keluar malam(termasuk ke warnet, main PS, nongkrong.)hidup tanpa ada peraturan yang mencekang.aku lebih senang memanggilnya dengan kos-kosan..tapi itu dulu.semua mulai sirna sejak „dia‟ datang.satu persatu kebebasan mulai dilarang(termasuk keluar malam).disiplinj diperketat bertahap.ibadah kami diawasi, setiap pekerjaan diawasi.kalau melanggar..!!brarti siap kena hukuman.yaitu jalan jongkok diatas jalan aspal pondok.itu dilakukan malammalam.dan itu untuk pelanggaran tingkat ringan.lalu bagaimana yang sedang atau berat?entahlah, aku nngeri membahasnya.yang terpenting siapalah „dia‟?menurutku dia lebih mirip sebuah boneka.yang melakukan apa yang disuruh untuk dilakukan.dengan berbackgrounkan anaknya sang kyai.padahal para santri tak saling menahu ada dalang sejati yang memainkan boneka itu.dialah yang memikirkan, memprakarsai.tapi dia malah tak pernah dipuji.semua pujian, kehormatan seolah hanya untuk sang bonekanya,‟dia‟.dalang itu adalah alumni salah satu pondok terkemuka di bagian timur negara.kebiasaanya memang biasa-biasa saja.tapi fatwanya dam pemikirannya seolah memberi amunisi untuk bonekanya.aku sadar itu, percayalah.

(kembali ke cerita) tapi di tengah sesi jalanjalanku, aku melihat sosok luthfi dari kejauhan. tubuh gempal nan hitamnya pasti akan mengenggankan orang untuk berkenalan dengannya. tepat saat berpapasan langkahynya terhenti dan juga terpaksa menghentikanku.dia berkata cepat tanpa menoleh kearahku. Seraya memberi senyuman dingin.

„‟hati-hati di jalan, nur...semoga jadi malam yang indah dan terkesan…‟‟ Lantas kembali pergi, tak berkata lagi.aku sempat menelan ludah.apa yang dikatakannya barusan tentu menyimpan sejuta makna.tapi rasa percayaku langsung menyibak semua itu,tak mau aku terus memikirkannya.saat tiba di halaman masjid aku singgah di pel,atarannya dan duduk seraya menatap para santri yang sibuk dengan segala aktifitasnya.ada yang lagi olahraga, main bola.latihan drama.ada yang sibuk hafalan kosa kata.tapi yang terpenting sore itu, aku benar siap menghadiri pengajian itu.jama‟ah ratib aku akan datang.

***

Tapi malam itu semua berakhir mengenaskan, dan seharusnya aku tahu itu. Saat tepat ba‟da maghrib saat para santri sibuk mengurusi perut mereka yang kelaparan, aku segera memulai „aksi‟-ku.aku pergi mengenakan baju koko putih terbaikku, tepatnya baju koko jama‟ah ratib yang di saku kirinya ada lambang 1030.sebenarnya aku juga tak tahu apa maknanya, tapi karna aku senang saja memaikannya dan juga temanku sedikit yang punya..aklu pergi ketempat kesepakatan tadi malam , di belakang pondok.tapi aku tak melihat sosok harya disana, melainkan sosok „rombongan‟.astaga keluhku sekejap.

„‟waduh maaf nur, ternyata putra mengajak yang lain ...genaplah kita 10 orang‟‟ Astaga aku mengumpat dalam hati. sementara putra yang mendengar namanya disebut segera melambaikan tangan tanpa dosa seraya memasang wajah sok imutnya.itu menjadi awal kecemasanku. tapi mau gimana lagi, (akhirnya) rombongan kami berangkat. Jarak universitas madina dengan pondokku tidaklah jauh, aku berkali-kali melewati jalan itu.

, bahkan, aku juga tahu „jalan tikus‟ agar semakin cepat menuju kesana. kepalaku mendongak kearah langit. cuaca mala mini cerah, bintang-bintang seolah meramaikan suasana, ditambah induk bulan purnama yang semakin gagahnya. setidaknya cuaca malam ini bukan penghalang bagi mereka. Di perjalanan kami hanyut dalam percakapan yang membahas tentang jama‟ah ratib , tentang habib alwi beserta tetek-bengek yang menjadi karomahnya.itu semua terbalut satu kata, katanya.saat langkah kaki rombonghan kami berjarak 100 meter dari area pengajian, suara hadroh ditabuh meriah terpantul pengeras suara yang tersusun besar itu.balehobaleho sudah terpampang jelas memperlihatkan wajah habib alwi juga habib lainnya ditambah tulisan pelengkap.reflek langkah kami mempercepat.setibanya disana kami disambut hangat oleh para banser dan anshar (pasukan keamanan dari ORMAS nahdlatul ‘ulama).lantas kami melongo tak sanggup berkata melihat panggung sempurna dengan tatanan sound yang lebih mewah tergantung disampingnya.juga barisan group rebana idola kami.lalu dengan cepat-cepat kami duduk di barisan agak depan, mengingat jama‟‟ah belum terlalu banyak.kami langsung terhanyut dengan suasana.menyeru pujian untuk nabi,berdzikir .semua kami lakukan hingga kami lupa akan segalanya.tak lama suara tabuhan shalawat berhenti salah satu habib mempersilakan habib alwi al-haddad untuk mulai memberi ceramahnya.disaat itu pula, amunisi mengenaskan itu mendatangi kami, putra menyikut lenganku.aku reflek menoleh ada apa.

„‟nur, dibelakang sudah ada luthfi beserta bagian keamanan pondoik tuh…‟‟ Spontan aku tersentak, lalu jongkok setengah berdiri untuk memastikan.dan benar mereka tengah berjinjit-jinjit ditengah keramaian mencari kami. hitungan menit saja kami muylai diringsut.

„‟waduh ...bagaimana nih…‟‟keluah putra dan langsung mengkonfirmasikan kelainnya. suasana tegang. Setelah lama berkutik (akhirnya) kami berhasil ditarik mundur lalu diringsut kembali ke pondok. Malam itu kami belum sempat mendengar petuah sang habib, kami keburu ditangkap. walaupun aku siap apapun resikonya, tetap rasa takut kini menyelmutiku. kami dibawa dengan motor bertiga-tiga (1 motor 3 orang)melewati jalanan yang ramai, entah kenapa langit kini menjadi hitam kelam taka da lagi siluet bintang disana, apalagi bulat.semua gelap, segelao hatiku mala mini.setibanya di pondok kami disuruh baris dua bersahf di tengah aula pondok putra.berdiri, ya hanya itu yang kami lakukan seraya menunduk malu saat rombongan para santri yang selesai belajar malam pulang, apalagi ada robongan santriwati disana.kami tak benari mengangkat wajah, para keamanan pondok hanya duduk atau berkeliling disamping kami.seperti menunggu kehadiran seseorang.dan benar dugaanku, tepat 1 jam setengah kami berdiri akhirnya sosok‟dia‟ datang .bercelan pendek, menggendong tas kecil.tangan kanan memegang rokok sementara tangan kirinya memegang minuman yang telah beberapa mili diminum.wajahnya yang coklat matang menyatu dengan malam,lalu duduk di depan kami.sesekali menghisap rokoknya.1 menit kedepan hanya itu yang dia lakukan.

„‟santri goblok...!!gak tahu aturan…‟‟(akhirnya) dia berteriak seraya melempar pucuk rokonya, suaranya pecah ditengah hening malam. posisi kami semakin menunduk dalam-dalam.

„‟awakmu kui santri..kalian santri.;.punya aturan dan disiplin.memang acara pengajian itu baik, bahkan siapa coba yang tak ingin menghadirinya.keamanan-pun kalua ditanya ingin hadir gak, pasti njawab ingin.apalagi

para santri.tapi ingat para setan itu olebih licik dan cerdas darimu.mereka tak memasuki diskotik, perjudian.karna itu sarang mereka.tapi mereka masuk ke setiap akal mu‟min.masuk di shalatnya, di dzikirnya.di ibadahnya.hingga sesuatu yang dikira baik tak menahu telah terkontaminasi dengan asupan tipu daya setan .setan bisa merubah sesuatu yangt putih menjadi hitam dan merubah yang hitam menjadi putih.acara pengajian itu memang bik, tapi caramu datang kesana…kenapa kau kabur..?kenapa tak bilang dulu, konsultasi dulu paling tidak .masalah boleh tidaknya itu bisa nantinanti.kalian kalua seperti ini sama seperti budak setan.!!‟‟

Hamper semalaman kami akhirnya mendapat petuahnya. semua expentasi kami sirna, kaki kami bergetar terlalu lama berdiri. menahan rasa kelu. malam itu aku sadar, ucapan dia selalu benar. akulah yang kena bujuk setan.sok alim benar aku ini. sesuatu yang benar tak selalu baik untuk kita. tipu daya setan licik penuh muslihat.aku sekarang tahu hakikat kang santri itu ada pada pengendalian diri.

Surat bertahan

angin dingin terus menyiur,sesekali diikuti rintihan air hujan ,orang-orang berlarian menutup kepala mereka dengan apa saja yang mereka bawa,ada yang sibuk menutup kepala dengan papan bekas,buku-buku,bahkan ada yang menutup kepala mereka dengan tangan

kosong ,walau mereka tahu itu sama sekali tak membantu,membiarkan sekujur tubuh

merekah dibasahi oleh rintihan air hujan yang kian lama kian menderas,kini orang-orang memilih mencari tempat perteduhan darurat,paling tidak hingga hujan mulai

mereda.tapi mereka lama-lama sadar,jam terus

berputar ,waktu terus berlalumereka semakin resah seraya merapatkan jidat dan menatap penuh risau setiap jam mereka,hari ini hari paling ditunggu-tunggu penduduk kota floreance ,bagaimana tidak? Seorang big motivator akan hadir dikota mereka, walau disayangkan hujan membungkus kota, meresahkan keadaan antara sebuah kepastian, benar ada atau sebaliknya.

´´good morning sir sorry, apa acara tak tertunda? hujan benar-benar membungkus

kota, mungkin akan mengurangi peserta hari

ini...´´

tanya asisten pria itu, dengan nada yakin nan mantap tuannya menjawab,

´´acara tetap diadakan, suruh peserta tetap datang, apapun keadaannya saya akan hadir.

walau hujan linggis-pun…. ´´

asinten tuan itu hanya tertunduk ta´dzim, siap melakukan perintah, lantas menghubungi nomor-nomor disebrang untuk perihal pengonfirmasian dengan panitia acara, tuan anggit melanjutkan membaca bukunya, sementara mobil mereka mulai menjajahi jalanan kota floreance, sudah sekitar 10 menit lalu mereka disana seraya menikmati suasana kota di musim dingin, hitungan menit saja mereka sigera tiba di balai pertemuan kota, tuan anggit siap mengisi acara.

***

´´hadirin sekalian…. bisa kalian bayangkan, hidup ini seperti sebuah roda, roda apa saja...motorkah? mobilkah? atau bahkan roda pada kendaraan mainan punya putra putri anda sekalian…. ´´

seketika ruangan dipenuhi gelagak tawa, tuan anggit memberi isyarat diam, lantas meneruskan

´´tapi roda tetaplah roda...selalu berputar, antara satu titik dengan titik yang lainya tak pernah selamanya kekal di posisi sana, tapi ingat….!! di setiap roda ada seorang nahkodanya, pengemudinya, dan setiap pengemudi itu yang menentukan arah, dan kondisi roda tersebut, mau dibawa kemana ...??seperti kehidupan kehidupan tetaplah hidup, dan kita yang

menentukan…...´´

tuan angggit menghentikan ucapannya, menghela nafas seraya diikuti suara tepuk tangan para hadirin yang menggelegar, tuan anggit kembali di posisi nya, kali ini tatapannya lebih mantap, seolah memandang setiap mata yang ada, gestur tubuhnya seolah siap melengkapi setiap tuturnya.

´´terakhir dari saya...hidup ini juga punya nahkoda, siapa nahkodanya...? tuhan, maka ibaratkanlah sebelum kapalmu sampai di dermaga sebrang, sebelum mengendus daratan disana, jangan lengah...!!jangan lalai...!!pasang telinga, pasang mata, turuti perintah nahkoda, jangan bebal...!! niscaya kau akan sampai di daratan sana...okey, sudah larut malam, sekian dari saya, trimakasih….

Good luck...!!´´

tusn anggit berpamitan seraya membalik badan, diikuti gerakan tangannya melampai pelan, seolah berkata (sampai jumpa), para hadirin spontan bertepuk tangan, walau di hati mereka kecewa, kenapa harus disudahi, seakan-akan mereka siap mendengar sediap tutur kata nya semalaman suntuk-pun. bayangan tuan anggit hilang di balik tirai, lampu slase panggung mati, tanda acara benarbenar selesai.

´´apa tuan baik-baik saja...??butuh sesuatu...??´´ tanya ringkus asistenya seraya mengelap keringat tuan anggit.

´´tidak...tidak...boy, ambilkan saja aku handuk kecil, tunggu sebentar aku hendak ke kamar mandi dulu, setelah ini kita ke kota. siapkan saja semua...!!´´

seru tuan anggit diikuti gerakan menolaknya, si boy asisitennya segera memberinya handuk kecil, setelah saat berkutat dengan tas gendongnya. dengan anggukan mantap dia

menjawab

´´siap boss…. ´´

tuan anggit meninggalkan asisitenya,melangkah menuju kamar mandi yang berada tak jauh dari ruang kabin ,tuan anggit mengingat acara seminarnya tadi,walau hujan membungkus kota ,tapi itu sama sekali tak menghanguskan niat para peserta tuk menghadiri acara,ada yang sedari pagi tadi datang dengan dalih badan peneliti cuaca telah mengabarkan akan turun hujan di daerah floreance lewat media CNN kota,ada yang rela basah kuyup tetap memaksa lalu duduk diantara peserta tanpa peduli mereka terganggu dengan kehadiranya yang ikut membasahi mereka,bahkan ada yang rela berhujan-hujanan diluar demi ikut mendengar seminar mengingat ruang balai pertemuan yang tak lagi memadai,bagaimana tidak?tiket penjualan seminar tuan anggit telah dibuka semenjak 2 bulan lalu, dan ludes terjual 2 minggu setelahnya,walau banyak warga yang tak bisa datang langsung ke acara,beruntung CNN kota berbaik hati meliput seminar itu,menjadikan pemandangan setiap rumah dipenuhi mereka yang menonton acara seminar di tv-tv mereka,sungguh sensasional.

´´hidup bak roda…. hmmm´´ tuan anggit tersenyum siul, menatap dirinya yang berdiri di depan kaca, membayangkan dirinya dengan segala keadaan yang ada sekarang. mana dia sangka anak singkong sepertinya bisa seperti saat ini, anak-anak desa yang keseharianya hanya disibukkan dengan aktivitas rimba, tau terkadang berduyun sibuk mencari ikan, dikarenakan rumah panggungnya yang dekat dengan kapuas, bahkan tuk urusan sekolah pun tak terbayang darinya, dengan segala keterbatasan orang tuanya. tuan anggit berandai-andai.

´´demi sekolahmu nak..., mamak dan babak rela melakukan apa saja yang penting halal, dan kamu bisa sekolah, dan kamu kan ana

tunggal…. hanya kamu anak kami...´´

tuan anggit membayangkan perkataan mamaknya dulu saat masih di rumah panggungnya( lebih tepatnya gubuk panggung,karna tak pantas tuk disebut rumah)bahkan,suatu malam ia pernah mendapadi orang tuanya tak pulang hingga magrib menjelang,anggit yang kala itu sudah kelas 3 smp seketika menghela nafas panjang,dia masih ingat letak pembungkus nasi bekas sarapanya tadi pagi masih berada di dapur tak berpindah,bekas jejak kakinya basah sehabis mandi tadi pagi masih menempel mengkilat di lantai kayunya,sampai ia sadari rumahnya memang tak terjamah siapapun sejak ia berangkat sekolah dan mamak babaknya pergi bekerja,hatinya bergetar,matanya seolah tak tahan tuk merembaskan air mata,langkahnya mulai menyusuri ruang depan ,di hatinya bertanyatanya seperti inikah perjuangan mamak babakku untuk sekolahku..? .hitungan detik ia segera menghapus semua itu,ia berfikir maju,alangkah tidak senang jikalau mereka datang anggit menyambutnya dengan keadaan rumah yang berbeda,rapih,walau ia sadari perutnya yang sedari tadi terus berdemo minta diisi,mana dia hiraukan..toh,bukankah dia sudah terbiasa dengan keadaan itu.?hingga suara adzan isya´ terdengar dari surau desa.anggit menarik nafas dalam-dalam,seraya menatapi seisi rumahnya,yang menurutnya indah tertata rapih,lalu tanpa disadari pintu rumah dibuka,kepala mamak-serta babaknya menyembul dari balik pintu,segera tersenyum lebar,dan menyapa hangat,

´´assalamu´alaikum ...anggit...kau sudah pulang.? ´´

mamak menyapa dengan nada sedikit aneh menurutnya, juga diikuti seyum yang dipaksa babaknya, lalu anggit menyapa balik merek, anggit menyalami mereka, lalu memeluk mereka, tapi ada sesuatu yang mengganjal tentang mereka, yaitu tampilan mereka dengan batik yang mana tak pernah dilihatnya, ukuranyapun terlihat kombor-kombor, tapi anggit tak mau permasalahkan itu.

´´anggit, kita bawa sesuatu...sssttt. buat makan malam...´´

ujar ayahnya riang, suasana rumah dipenuhi tawa, malam itu menjadi malam nan indah, acara makan malam yang masuk ke inti memori anggit, hingga ia ingat ada buku yang harus dia ambil dari temanya, anggit pamit sebentar ke mamak dan babaknya.

´´mak, bak. anggit mau kerumah adit dulu, ambil buku, soalnya besok bukunya mau anggit pakai...´´ dengan cepat anggit meraih tangan orang tua mereka, dalih-dalih takut segera larut malam dan rumah adit sudah dikunci, tapi tak seperti biasanya, mamak dan babaknya seketika saling menatap, ada sesuatu di benak mereka, keduanya hendak melarang tapi terlambat, bayangan anggit segera meninggalkan rumah, menuju rumah adit.

´´ini bukumu …...maaf ya jadi sering meminjam kaya begini…. hhe...he...´´ canda adit setelah memberi bukunya, anggut ikut menyengir dan menjawab gurau, beberapa menit lalu anggit baru tiba memandang adit yang duduk memainkan gitar di beranda rumahnya.

´´bukankah sudah biasa dit…...ya gak apa apalah…. ´´

tak lama bayangan ibunya adit keluar dari kamarnya, mengenakan daster longgar, dan rambutnya yang dipenuhi penjepit-penjepit aneh, entah apa namanya. sementara adit seolah wajahnya berubah tak menginginkan kehadiran ibunya.

´´eh, ada anggit...kok kemari ...ada apa? ´´sapa ibunya adit terdengar nyaring, mungkin karena tabiat cerewetnya, seraya melangkah menghampiri mereka, anggit tersenyum langsung menyembunyikan bukunya, takut kalau adit dimarahi.

´´hmm...bukankah tadi mamak-babakmu kemari, astaga anak ini…!!tidakkah kau lihat wajah mereka yang kusut, letih, juga pakaian mereka, untung aku berbaik hati pada mereka meminjami baju dan mereka menumpang mandi disini…. hmmm.tpi tak apalah., ohya, kenapa kau kemari...? ´´

anggit terperanjat, sekujur tubuhnya tibaitiba lemas, waktu seolah berhenti, dia kaget sangat mendengar ocehan ibunya adit tadi, hingga buku yang dipegangnya jatuh, air matanya jatuh, dia berandai-andai, segitukah perjuangan mamak-babaknya, dan keinginan mereka tak ingin menampakkan keadaan buruk mereka pada anaknya, kala itu anggit spontan berlari kerumah, ibunya adit melihatnya heart sementara adit mengeleng geleng kepala kejadian ini pasti terjadi.

***

tuan anggit mengusap pelipisnya yang tanpa ia sadari telah merembaskan air mata,dia menatap kaca di wastafel, dia baru saja mengingat kejadian 10 tahun silam,dia menghela nafas mencoba melupakannya,bangkit dari masa lalu itu,tibatiba handphone-nya berdering,dia tahu itu pasti dari asistennya,,dia tak peduli,dan segera kembali ke mobil.10 menit setelahnya,handphone-nya terus berdering ditengan dirinya yang mulai hanyut dengan suasana kota,akhirnya tuan anggit menjawab

malas,suara disebrang langsung mnumpuknya,

´´haloo...ini anggit -kan...? pulang nak...sekarang mamak babakmu ingin

menghadiahkan sesuatu padamu...ini penting nak...´´

suara disebrang terdengar cepat, beberapa detik setelahnya telefon disebrang mati, tuan anggit tahu itu suara taukenya, karna belakangan orang tuanya mulai menikmati masa lansianya, tanpa berfikir lama anggit memutar arah, bersiap pulang.

Anak kami, anggit… mungkin saat kau baca surat ini kami sudah tidak disampingmu nak…. nak, tidak usah cemas atau khawatir dan kami harap juga tak begitu, mamak dan babak hanya dipanggil sebentar sama allah, tapi tenang nggit...besok -besok kita pasti bertemu, pasti. walau tak lagi di rumah istana kita, tapi kami janji kita pasti bertemu, kami hanya mengharap do´amu jua, dengan izin allah kita pasti bersatu kembali….

(walau di surga nanti)

´´mamak-babak tuan memesan untuk menyampaikan pesan ini 3 hari setelah pemakaman...´´tauke berkata lirih, setelah saat beberapa menit lalu tuan anggit tiba dan langsung disodorkan sepucuk surat itu, anggit

menangis seraya diam seribu kata, didalam hatinya bertanya.

Bahkan hingga akhir hayat menjemputnya mereka ingin aku tidak mengetahuinya, dengan alasan tak mau memberi kesedihan anaknya...harus seperti inikah?

Anggit kekal diposisinya mematung, bersedih tak percaya.

Halte saat hujan

(arrizal ocha)

Saat itu langit kota begitu gelap. Trotoar trotoar jalan sesak dengan mahasiswa dan pelajar yang berlalu lalang. Dugaanku benar. Siang ini hujan akan turun deras. Rintik rtintik mulai berjatuhan. Orang – orang yang berlalu lalang mempercepat langkahnya. Dalam hitungan detik gerimis berubah menjadi hujan. Aku berlarian melompat-lompat kecil di deapn emperan took. Kudekap bukuk di dadaku. Berusaha menyebrang jalan menuju halte yang hanya berjarak sepelemparan batu dari tempatku saat ini.

Suasana halte begitu sepi. Hanya seorang gadis duduk memojok di ujung halte. Ia menyeka pipinya dengan jemari kanannya saat melihatku duduk di ujung halte lainnya. Ia menunduk kalut. Wajahnay tertutup dengan rambutnya yh hitam panjang terurai. Ku perhatikan gerak gerikanya. Namun ia tetap tertunduk lesu. Ku geser posisi dudukku lebih dekat dengannya. Suasana begitu hening di antara kami.

Sedangkan hujan semakin deras. Aku bantu...?” kucoba memecah keheningan. Ia sedikit mengangakt badannya. Namun masih dengan kepala tertunduk ia mnegggeleng-geleng. Kupandangi ia. Wajahnya begitu pucat pasi. Sangat jelas bahwa ia selepas menangis menyisakan bekas memerah di hidung dan kelopak matanya. Suasana kembali hening diantara kami. Hanya terdengar suara rintikrintik hujan deras da sayup-sayup angin di sekitar halte.

Kuambil selembar tisu dari saku kemejaku. Dengan hati – hati kuberikan gadis itu. Ia mngambilnya lantas mendongakkan kepalanya.

Seraya terisak – isak. “Terima Kasih” aku hanya diam. Tak tau hendak kulakukan apa.

“Apa kau juga menunggu bis?” Ucap gadis itu terbata-bata. Aku menggeleng “Aku hanya ingin berteduh” Jawabku pelan. “Sepertinya kau sedang dirundung masalah?” tambahku. “Tidak” jawabnya pendekk. “Sudahlah, jangan berbihing. Terlihat jelas di matamu” Ucapku spontan mengisi keheningan. “Mungkin aku orang yang baru kau temui. Namun aku turut iba dengan keadaanmu. Jika kau sudi ceritakanlah saja padaku. Siapa tau aku bisa membantu. Lagipula hujan tak kunjung reda.” Ucapku berani. Namun tak ada satu katapun keluar dari mulut gadis itu. Begitu lama. Ia hanya melamun datar. Entah mendengarkanku atau tidak. “Terserah dirimu juga sih... aku tak mungkin memaksa. Lebih baiknya saja. Itupun jika kau sudi” Tambahku sembari mengangkat bahu. Seraya sedikit menjauh dari dekatnya. Aku takut ia malah terganggu dengan wujud diriku.

Suasana kembali lenggang. Begitu lama. Aku turut terdiam membisu. “Baiklah” Akhirnya sepatah kata keluar dari mulutnya. Aku menoleh, trsenyum tipis. Sudi juga akhirnya ia bercerita.

“Semua ini berawal saat aku duduk di kelas dua sekolah menengah. Sekolahku kedatangan seorang siswa pindahan dari luar kota. “Ray Kamikaze” begitu ia menyebut namanya. Hari itu hanya satu tempat kosong di kelas. Di pojok kelas. Tepat berada di samping tempat dudukku. Pemuda yang lumayan jangkung dengan rambut hitam pekat lurus yang melekat di kepalanya. Ia begitu lugu, pendiam, dan sangat misterius. Bahkan saking pendiamnya aku tak pernah sekalipun melihatnya berjalan bersama seseorang.”

“Hari – hari berjalan seperti biasa. Namun tidak bagi Ray. Ia begitu aneh. Tidak ada yang dikerjakannya selain memandang luar kelas dari jendela besar di sampingnya. Tak jarang pula guru di kelasku marah kepadanya karena ia tak pernah sekalipun memerhatikan penjelasan guru di depan. Ia hanya mencoret-coret sesuatu yang tidak jelas di dalam buukunya. Begitu setiap harinya.”

“Aku merasa sepertinya Ray sedang dirundung masalah. Aku mulai dekati ia. Ku ajak mengobrol dan bercanda. Meskipun terkadang ia menolak atau hanya menjawab pendek saat kutanya. Namun aku tak berhenti disitu. Jujur saja aku tak tega melihat salah satu temanku selalu dirundung sedih sepeti itu.

Sekaligus aku juga ingin tau apa yang sebenarnya terjadi hingga Ray seperti ini. Aku terus membujuknya.”

“Tak sia-sia. Lambat laun Ray mulai berubah. Ia tak lagi merundung sepi seperti biasanya. Ia mulai bercakap-cakap tak oenting denganku. Mulai tersenyum- senyum manis. Hari-harinya tak lagi diisi dengan menatap jendela. Kami begitu dekat. Hingga tak sedikit pula teman kelasku yang mengira bahwa aku memiliki hubungan spesial dengan Ray.

Namun aku selalu membantahnya. Menjelaskan bahwa kami hanya sahabat. Tak lebih. Hingga hari itu, Aku menjadi satusatunya teman bagi Ray. Namun meskipun kami dekat. Ray tak pernah menjawab saat aku Tanya masalahnya. Ia selalu terdiam membisu saat kutanya pertanyaan yang selalu berputar-putar di benakku itu. Namun aku tak lagi hiraukan itu. Bagiku melihat Ray tersenyum sudah cukup bagiku.”

“Persahabatan kami berjalan biasa. Satu

tahun terlalu cepat bagi kami.” Gadis itu memejamkan matanya, tersenyum. Mencoba menghayati cerita yang ia sampaikan. “Sampai liburan kenaikan kelas Ray mengajakku tuk berjalan-jalan di kota. Aku tak bisa menolaknya, entah ada apa ia tiba-tiba mengajakku.” Di bawah pohon beringin di taman kota. Jam 7 malam tepat” janjinya padaku. Bahkan setengah 7 pun aku sudah tiba disana. Ku duduk di bawah pohon seperti yang dijanjikan Ray. Kutunggu waktu demi waktu bergulir. Kutunggu kedatangan Ray. Namun a tak kunjung datang hingga jam tujuh lebih lima belas menit. Rasa kecewa timbul dalam diriku. Namun aku tak putus asa disitu. Aku percaya bahwa Ray akan datang. Ku hapus rasa kecewa itu dalam-dalam. Ku masih tetap tegar disini. Kembali ku tunggu bergulirnya waktu”

“Begitu lama. Sampai saat pukul

delapan aku mulai tak yakin lagi. Tepat saat kuhendak beranjak dari tempat dudukku. Seorang laki-laki datang mendekat ke arahku. Ku perhatikan gerak-geriknya. Ku tau betul cara jalan itu. Itu pasti Ray. Benar. Pakaiannya begitu rapi. Aku tak pernah melihat Ray terbalut kemeja serapi itu. Aku terbangun dari dudukku. “Maaf aku terlambat. Apa kau sudah menunggu lama...?” Ray tersenyum manis. Aku menggeleng.”

“Malam itu kami berjalan-berjalan menyusuri kota. Menikmati indahnya gemerlap lampu kota. Berbelanja, dan menuju kafe. Hingga larut malam.” Gadis itu kembali terdiam. Sedikit menyunggingkan senyum. Kemudian sedikit menunduk seperti hendak menangis. Aku tak berkomentar. Tapi aku yakin ia teringat akan seseorang dalam cerita itu. Sedangkan hujan masih terus mengguyur. Suasana halte hening. Tak ada suara.

Tak lama gadis itu akhirnya menghela napas panjang. “Maaf. Aku akan meneruskannya. Aku masih ingat dengan jelas kata-kata yang diucapkan Ray saat itu.

“Terima kasih Nay, telah menjadi penyemangat jiwaku” aku mengangguk mencoba memberikan senyum terbaikku. Setelah malam begitu larut. Kami memutusakn tuk kembali ke rumah masingmasing. Itulah kali terakhir aku melihat Ray.

Setelah hari itu, sebulan berlalu. Tibalah hari pertama masuk sekolah. Pagi benar aku datang. Sudah lama aku tak bertemu Ray. Ku lihat trmpasat duduk Ray. Kosong. Bahkan hingga bel masuk kelas berbunyi tempat itu tetap kosong. Aku heran tek kepalang. Kemana Ray pergi. Ah mungkin ia hanya telat. Ku terus menunggunya. Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari berlalu, bahkan tahun demi tahun berlalu. Namun Ray tak kunjung datang. Dan tempat itu tetap kosong.

Mulai hari itu aku tak melihat Ray lagi. Ada penyesalan sebenarnya. Kenapa aku tak meminta alamat rumahnya atau nomor teleponnya. Aku bertanya pada teman-teman ku tapi taka da satu pun yang tau wujud Ray. Tiga tahun berlalu. Namun taka da hasil secuil pun yang aku dapat.

Hingga bulan lalu aku tak sengaja melintas depan sebuah rumah. Rumah yang begitu sepi. Kulihat papan atas pintunya. Begitu jelas “Ray Kamikaze” tertulis disitu. Ku ketuk pintunya berkali-kali. Ku kecewa. Tak ada seorang pun keluar. Ku coba menunggu sejenak. Seorang laki-laki separuh baya menghampiriku. Ku tau ia keluar dari rumah sebelah. “Cari siapa mbak” tanyanya. “Ray, pak” Jawabku pendek. Ia mengerutkan dahinya, “Ray Kamikaze?”. aku mengangguk cepat. Ia meng o lama. “Ia sudah pindah dari tiga tahun lalu mbak”. Jelasnya datar.

“Kemana Pak?” tanyaku spontan. Dadaku berdegup kencang. Tak sabar.

“Saya tidak tau pasti alamatnya mbak.

Tapi saya tau ia pindah ke kota seberang sana” Tanpa basa-basi lagi aku meminta ijin tuk pergi. kucium tangannya berterima kasih.

“Esoknya kukemas barangku bersiap

tuk pergi ke kota seberang. Selepas itu aku berangkat. Membawa asa yang sudah lama terpendam. Bermodal tiket Bis Ekonomi ku berangkat. Dua jam berlalu, Bis itu berhenti. Ku turun, ku sususri suasana kota yang penuh dengan hilir mudik kendaraan. Entah kemana aku berjalan. Tanpa alamat yang jelas sedikit membuatku bingung dengan luasnya kota.”

“Kutanya setiap orang yang kutemui. Namun taka da seorang pun yang mengenal Ray Kamikaze, hingga dua hari lamanya. Lagi-lagi tak ada hasil yang kudapat. Ku putuskan tuk pulang ke kota asalku. Kurasakan kecewa yang menyengat di dadaku.

Tak kukira aku akan pulang dengan tangan hampa. Dengan rasa sesak di dada ku berjalan perlahan-lahan menuju halte bis. Aku hanya menundukkan kepala sepanjang jalan.”

“Tiba tiba “Bruuukk...” tak terasa aku menabrak seseorang. Membuat segala barang bawaannya berceceran. Tanpa piker panjang kubantu rapikan barang-barang orang itu. Ia mengomel memarahiku pinta beribu-beribu maaf tak henti-hentinya. Tapi ku tercengang seketika saat ku tatap wajah orang itu. Mulutku menganga lebar tak mampu tertutup bak terkunci. Jantungku berdegup kencang bak gendering yang ebnderang. Mataku tak berkedip tak percaya. “Ray...?” ucapku terbata-bata. Orang itu mendongak menatapku. Aku tersenyum lebar. Bahagia. Saking bahagianya sampai hamper kupeluk saja Ray. Hatiku menari-nari raing. A=tak kukira di ujung penantianku di ujung pencarianku. Aku bertemu denagn Ray tanpa sengaja. Aku sangat yakin itu Ray. Rambut lurusnya. Kulit putihnya. hidung lancipnya. Tak sedikitpun aku lupa.”

“Namun tak kukira. Ray memicingkan matanya. Ia kerutkan dahinya. Dan kalimat pertama yang menyeruak dari mulutnya adalah “Siapa...? kau kenal diriku?” membuat dadaku menyempit seketika. “Aku Nayla, Ray. Sudah lupakah kau akan diriku...?” jawabku terbata-bata. “Nayla...? darimana kau kenal diriku?” ucapnya angkuh bagaikan berucap kepada orang asing yang tak dikenalnya.

Bulir-bulir air mata menetes di pipiku.

“Kau...kau. Ray Kamikaxe kan...?” tanyaku tersedak-sedak. Aku tak percaya. Ia mengangguk jelas. “Maaf ya. paling anda salah orang” ia kemasi barang-barangnya. Segera pergi menjauh dari hadapanku. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Duduk tersungkur memeluk kedua kaki dari pinggir jalan. Ku tutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Kurasakan air mataku mengalir deras dari ujung mataku. Kucoba hentikan. Namun tak bisa. Aku malah tersedak-sedak. Membuat orang-orang yang lewat oinggir jalan bingung menatap terasa tak dapat kurasakan lagi. Aku tak dapat berkata-kata lagi. Dunai terasa gelap dimataku. Sempurna sudah ekgagalanku. sirna seketika seluruh harapanku.”

Gadis itu berhenti dari ceritanya. Namun tangisannya makin menjadi-jadi. Aku miris melihatnya. Mataku turut berkaca-kaca. Tak kusangak begitu perihnya perasaan gadis itu. Hujan sudah mulai reda. Menyisakan genangan-genangan air di trotoar jalan. Tepat sekali sebuah bis berhenti di depan kami.

Gadis itu beranjak dari temapt duduknya.

Meminta ijin padaku tuk segera memasuki bis. Aku memberi senyum tipis kepadanya. Seraya berpesan “Tetap tegarlah… jangan patah semangat”. Ia membalas senyumku. Dibalik segala kesedihan di hatinya. Ia memasuki bis, meninggalkan aku sendiri di halte. Emresapi segala makna di balik cerita gadi tadi. “Begitu hujan yang berarti” gumamku.

(arrizal ocha)

Namaku Faris. Umurku 23 tahun. Baru

saja diriku lulus dari universitas ternama di kota. Pada tahun ini tidak banyak yang

kulakukan kecuali menyegarkan kembali

otakku sedari penat memikirkan tugas-tugas

mahasiswa yang menumpuk kemarinJika kau tanya hobiku. Aku lebih suka -kemarin. travelling, berjalanSelama itu akan menambah wawasan dan -jalan entah kemana.

pengetahuanku tenatang segala suak travelling. Karena cita-citaku adalha hal. aku sangat

bepergian ke segala penjuru dunia. Karena

Sang Pengejar Pelangi terlalu banyak hal yang belum aku ketahui

tentang seluk-beluk setitap negara di bumi tuhan yang luas ini.

Beberapa minggu kemarin akku memutuskan tuk pergi menuju sebuah desa terpencil di kaki pegunungan yang kabarnya penduduk desa itu masih terbelakang dan lumayan primitive. Perjalanan ini menjadi perjalanan paling aneh sekaligus tak akan terlupakan dalam sejarah kehidupanku. Sebuah kejadian yang jarang terjadi dalam perjalanan kehidupan seorang pengembara sepertiku.

beberap ratus meter lagi tuk sampai di desa tujuanku. Tapi tiba-tiba langit yang semula ternag berubah menjadi mendung. Ternyata dugaanku benarnahwa aku akan terjebak hujan di tenagh perjalanan. Tetesan air pertema membasahi tanah di sekelilingku, aku emndongakkan keapal keatas langit. Rintik air mulai turun dengan cepat. Aku berlari berteduh di bawah pohon di samping sawah.

Dan dalam sekejap. Gerimis itu berubah menjadi hujan yang sanagat deras. Burungburung kecil berterbangan tak karuan kesanakemari mencari tempat yang teduh. Sedangkan para petani tersenyum bahagia. Matanya terkejap-kejap melihat sawahnya diguyur air dari langit ini. Anak-anak kecil tertawa kegirangan. Berlarian keluar dari ruamhnya. Padi-padi sawah juga bergoyang-goyang seakan-akan diberi minum oleh para dewidewi langit.

Tak lama berselang, seorang terlihat berlarian di tengah hujan menuju arahku.

Wajahnya terlihat bermasam-masam.

Perawakannya terlihat begitu aneh.

Rambutnya ikal panjang terurai sebahu. Mukanya kotor meskipun dipaksakan tuk tersenyum. Pakaiannya begitu lusuh tsk tertata rapi.dan yang paling aneh adalah saat kulihat ia menenteng sebuah kendi di punggungnya.

Sesampainya di dekatku, mulai jelas bahwa ternyata ia hanya remaja biasa. Napasnya terengah-engah selepasnya berlarian. Tubuhnya sedikit merunduk. Akibat dari kendinya itu.

“boleh numpang berteduh...?” sapanya ramah

Aku hanya mengangguk mengiyakan sembari menggeser posisiku agar remaja itu lebih leluasa tuk mengambil posisinya. Setelah itu suasana menjadi hening dianatar kami. Entah apa yang ada di pikiranku tenatng orang ini. Tapi untuk memcah keheningan maka kuputuskan tuk bertanya.

“Hendak kemana kau?”

Dia diam. Menatapku sejenak.

“Tak perlu lah kakak tau...”

Remaja itu terlihat kurang senang saat kubertanya. Kucoba tuk membujuknya.

“Tak apalah... ceritakan saja kenapa?‟‟

“Karena jika ku jawab kakak pasti akan tertawa”

Dengan angkuh, remaja itu mengalihkan pandangannya dariku. Menatap sawah yang diguyur hujan.

“Tidak tidak. Percayalah padaku. Kemana kau akan pergi?”

Namun remaja itu tetap terdiam. Setelah berpikir lumayan lama. Akhirnya remaja itu menjawab.

“Aku sedang mengejar ujung pelangi”

Seketika itu langsung kutatap wajahnya lekat lekat. Mulutku menganga lebar. Rasa heran dan bingung pun bercampur aduk did alam pikiranku. Prasangka-prasangkaku akan dia orang yang tidak waras pun menyeruak di benakku. Yang kutahu, seprimitif-primitifnya orang desa, jika otaknya masih waras aku yakin ia tak akan mau tuk mengejar pelangi.

“Kau serius Boy?”

Namun bocah itu hanya terdiam. Sepertinya itu jawaban iya bagiku.

“Ya Ampun. Apa pula yang

membujukmu tuk melakukan ini Boy...Boy...” Bagi orang-orang pesisir pantai sepertiku. Apnggilan Boy sudah menjadi kebiasaan kami tuk emmanggil orang baru yang tak kami tau namanya. Itu sebagai hal yang memudahkan kami tuk lebih akrab dengan orang-orang yang baru kami temui.

“Entahlah ceritanya begitu Panjang” jawabnya singkat. Kemudian remaja itu merunduk. Menghadap tanah. menghela nafas. entah apa yang dipikirkannya. aku terdiam membisu. Namun kuputuskan membujuknya tuk menceritakannya. “Tak apalah Boy. Ceriatakan saja... mungkin saja lah diriku ini membantu masalahmu. Lagipula hujan juga tak kunjung reda. Bujukku pelan kepadanya.

Kemudian suasana kembali elngang. Remaja itu diam ebebrapa menit. Eu biarkan saja ia melamun memandang langit yang amsih berwarna hitam dengan hujan-hujan yang turun denga lebat. Berselang ebebrapa lama akhirnay ia sudi juga tuk menceritakannya padaku.

“Mimpi sedikit lebih dari sekedar obsesi. Seperti kebanyakan mimpi. Perjalananku untuk emndapatkan pelangi penuh dengan keraguan. Aku sendiri sebenarnya mengakui bahwa ini memang ekbodohan yang jelas dan irasional. Meskipun demikian, ku terus mencarinya, melawan segala keraguan selama lima tahun. Aku tahu lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Tapi aku juga sadar bahwa sebauh mimpi indah yang besar tak cukup dicapai hanya denag waktu yang singkat.”

“Lima tahun kau habiskan hanya untuk mengejar pelangi?” potong diriku yang masih tak percaya.

Lagi-lagi ia hanya mengangguk mengiyakan.

“Semua ini juga bukan hanya karena impianku semata. Seorang ayah adalah segalanya bagiku. Ia satu-satunya orang yang menyayangiku. Satu-satunya orang yang emngasihaniku di bumi ini. Karena dialah yang mengasuhku dan mengajariku segala hal sejak kecil. Aku seudha kehilangan sosok ibu sejak aku berumur 2 tahun.

Ayahku dulu adalah seorang pemburu handal. Taip harinya ia mampu memburu banak banyak sekali hewan buruan. Dan membagikannya kepada tetangga dan orangorang sekitar. Oleh karena itu ayahku diagung-agungkan, dipuja-puja dan selalu dihargai oleh kebanyakan penduduk desa. Namun ia jatuh sakit 5 tahun yang lalu.

Dan segala hal yang kulakukan dan kukorbankan saat ini bermula dari sini. Tepatnya 6 tahun yang lalu. Setahun sebelum ayahku sakit. Ia menemukan kejanggalan saat ia sedang berburu. Ia menemukan cahaya bersinar yang berwarna-warni di ujung hutan. Dan itu sangat jelas. Saat dilihatnya ke atas. Cahay itu terurai panjang berkelap-kelip dari alngit. Sesegera itu ia berlari menghampiri ujung cahaya itu. Ia sangat yakin bahwa itu ujung pelangi. dilihatnya sebuah kendi tegak di ujung cahaya itu. Ia sabet saja kendi itu hilang dan masuk ke kendi itu. ayahku heran tak kepalang. Sebuah keajaiban apa pula yang ia dapat. Ia tengok ke dalam kendi itu, cahaya indah warna-warni bersinar berdesak-desakan satu sama lain di dalamnya.

Selekas itu pula ayahku pulang dengan wajah yang berseri-seri. Ia peluk lekat-lekat kendi di deoan dadanya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana membawa sebauh pelangi ke ruamh. Jalan demi jalan ia lalui. Penduduk desa menatapnya dengan penuh heran. Tak biasanya ayah pulang tanpa membawa hewan buruan, malah kendi yang ditentengnya.

Sesampainya di rumah. Ayah memanggil dan memberitahuku bahwa ia membawa sesuatu special hari itu. Dan kemudian menjelaskan oadaku bagaimana ia emndapatkkan sebuah kendi yang bercahaya itu. Kuamati baik-nbsik isi kendi itu. Ku terpesona melihatnya. Kua ambilnay dari genggaman ayah. Dan kuletakkan di sudut rumah. Namun begitu terkejutnya aku saat kuletakkanya diatas tanah. tiba-tiba kendi itu mengeeluarkan cahaya yang berwarana-warni meliak-liuk macam pelangi hingga keatap rumah kami. Kucoba tuk menyentuhnya. Tapi tak gunanya juga, akrena ternayata pelangi itu tak mampu tuk disentuh atau dipegang oleh siapapun, termasuk ayahku.

Namun berita buruk bagiku. Tak lama setelah itu, ayahku sakit keras. Bahkan tak mampu tuk bangun dari ranjangnya. Setiap malam ia mengernag-erang kesakitan. Dan setiap siang ia tertawa-tawa layaknya orang tak waras. Sudah kupanggilkan semua dukun dan dokter yang ku kenal. Tapi taka da sedikitpun berubahdari ayah. Orang-orang pun mulai iba dengan keadaan ayah. Dan yang paling parah. Beberapa minggu setelah itu, cahaya pelangi diatas kendi itu kandas seketika. entah apa penyebabnya. Ditambah lagi tiadanya pasokan makanan lagi yang tersisa di rumah membuat keadaan kami bertambah buruk pula. Setipa harinya aku harus meminta belas kasih tetanggaku tuk memberi makan ayah.

Lambat laun penyakit ayahku semakin parah. Erangan dan tawanya juga semakin keras. Aku semakin takut. Hingga pada suatu hari tiba-tiba ayah memanggilku. Jarang sekali ayah berbicara, apalagi memanggilku. Kuhampiri panggilannya dan terduduk di samping ranjangnya. Kucermati kata demi kata yang keluar dari mulutnya.

“JI...O… A…ya…h... su…da…h…tak…la……ma….la…. i..” “O…lo….ng…A…yaa….h…. i….

ngg…in.”

Kemudian ayah berhenti lumayan lama. Ku mulai penasaran. Ku amati lekat bibirnya. Dengan hati yang miris. Kutunggu beberapa kata lagi dari ayah. Kupandangi wajahnya. terlihat sebuah wajah yang tak berdosa yang teramat ekcewa denag dirinya sendiri. Hatiku kembali tergores, tak sadar tetes demi tetes air mengalir dari kedua mataku. Dadaku tersa menyempit.

“P…. eee.”

Akhirnya suara pelan keluar dari mulut ayahku.

“Laaa…”

“Nggg…. ii..”

“Pelangi...?” tanyaku penuh heran. Jadi ayah menginginkan pelangi. Yang berarti ia setidaknya ingin melihat pelangi lagi di dalam rumah kami. Maka sejak itu aku berburu pelangi. Aku beranggapan bahwa Ayah sangat menginginkan sebuah pelangi seperti yang ia dapatkan sedia kala. Aku bercita-cita setidaknya aku mampu menunjukkan kepada ayah bahwa aku memang anak yang berguna, sebelum se=uatu saat ia menutup mata selamanya.

Ku tenteng kendi kosong yang sebelumnya berisikan pelangi itu kemanamana. Kususuri segala lembah dan gunung di sekitar daerahku. Hujan selalu menjadi permulaan dari segala pertualanganku. Hari demi hari kulalui. Bulan demi bulan kujalani, hingga tahun demi tahun berlalu. Namun hingga sekarang taka da hasil sepeserpun yang kudapat.

Sempat putus asa dengan semua ini. Namun saat kulihat keadaan ayahku yang terbaring lemas diatas ranjang. Sungguh tak kuasa lagi aku. Keadaan ayah yang seperti itu melecutku tuk terus menggapai sebuah anganku itu. Terlebih lagiolokan warga di desaku yang terus menerus menyebutku anak gila yang ak berguan. Tapi lagi-lagi aku tak akan putus asa. Karena sebenarnya jika kita percaya pada apa yang kita lakukan bahwa itu benar, semua ejekan atau olokan itu tak akan mampan bagi kita.

Aku tetap termangun meski pemuda itu sudah selesai dengan ceritanya. Mulutku tak mampu berucap apa-apa. semua itu seudah sangat jelas bagiku. Dan cerita panjang lebarnya itu sudah cukup bagiku tuk emnjelaskan alasannya mengejar pelangi.

Entah apa yang terjadi. Tapi setahuku hujan sudah mulai reda saat remaja itu sudah selesai dengan ceritanya. Dan yang pasti pelangi selalu muncul setelah derasnya hujan. Tak berpikir lama denag semangat dan senyum yang menyungging di bibirnya pemuda itu beranjak dari duduknya. Ia juga tak lupa tuk menyapaku sebelum bernagkat.

“Mari ya... terima kasih... Doakan aku dan ayahku ya...?”

Aku mengangguk tersenyum. Tapi

masih ada hal yang mengganjal di dadaku.

“Siapa namamu?”

“Jio.” jawabnya lantang sambal berlari melambaikan tangan. Aku balas melambai.

Tak lama berselang sosok Jio sudah tak terkihat lagi dari pandanganku. Aku kembali meneruskan perjalananku denag mernenung. Begitu banyak hal yang kudapat dari kisah hidup Jio tadi. Sebuah perjuangan, sebuah asa, sebuah impian. Tak pernah putus asanya

dalam mengejar impiannya. Aku salu

dengannya. Hal yang dikira banyak orang

bahwa hal itu sangat mustahil. Tapi ia tak peduli hal itu, apapun yang terjadi ia tetap mengejar impiannya.

“Hmmm... sebuah hari yang indah.”

Tentang penulis

(Nanang)NURROCHIM. pemuda kelahiran sragen, 18 november itu dibesarksn di desa wisata bayanan, menempuh sekolah dasar di desa kelahirannya, dan melanjutkan studinya di SMP WALISONGO di kota yang sama. Penulis saat ini sedang menempuh masa studinya di pondok modern Darussalam gontor, sebagai siswa akhir KMI 2019. untuk sementara ini terbitan bukunya terbatas, dan penulis tak mau dan tak bisa dihubungi. atau kalau „kepepet‟ bisa numpang di e-mailnya: [email protected]. Dan akun FB

dengan nama yang sama. syukron

Special thanks to:

Teman kelas(v-f): Farhan shadik(riau), koncar. S(kebumen), galuh nur( bogor), ihsan nur (bogor), rendy dwi( padang), fedra hardiyan( Tangerang),

m.nurhidayatullah(Cirebon), m.drikral alam(tenggarong), fuad fadlil( jogja), adam majid(medan), agma arjuna n(cianjur), fahrudin majid(Jakarta), alif apta(Surabaya), diaz m. idhar(bogor), m.naufal rizki(gresik), sofyan hadi(brebes), dinul mukti(P.O), arief .w(pekalongan), ihsan baihaqi(Sidoarjo), halim azhari(batam), shihata(tuban), roy‟is(Surabaya), tedi reza(bandung), arnazam(gresik), mufadhol ammar(Bekasi), amirul(kalimantan), sami nur(Jakarta), nafi‟(Bekasi), afif alie(Bekasi), andhika(magetan), alif‟bapet‟(Jakarta), ahmad setiawan(Bekasi), robi arsyadani(jambi), zaky(kediri), ilham aulia(magelang), raihan deden(batam), nur.k anwar(Bekasi).

Itqan group islamadina: jahhid fitra alamsyah(Bekasi), arrizal ocha(lumajang), dimas dwi gustanto(Bekasi), rifal fadhillah(jakarta), raihan ihsan(Jakarta), febrian ihza(pemalang), ismail rijal(bali), faishal Chandra(jogja),

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post