Nanda Evawandry, M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menuai Mimpi Bersama MediaGuru

Menuai Mimpi Bersama MediaGuru

Mimpi tidak pernah menyakiti siapa pun jika dia terus bekerja tepat di belakang mimpinya untuk mewujudkannya semaksimal mungkin.”

(F. W. Woolworth)

Mimpi, mungkin saja akan dimiliki setiap orang, tetapi tak semua orang yang dapat mewujudkannya. Akan merugilah jika ada orang yang tidak berhasrat mewujudkan mimpi itu, apalagi tak punya mimpi sama sekali. Ck. Ck.. Kasihan

Semula aku pun tak mengira mimpiku akan bisa kuwujudkan. Bermula dari sebuah informasi dari whatsapp teman, aku diberi tahu ada sebuah pelatihan yang akan diadakan di hotel Pusako Bukittinggi, pada tanggal 29 September sampai 1 Oktober 2017. Dia mengirimkan link-nya agar aku bisa mendaftar secara online.

Akhirnya aku mendaftar. Tekadku begitu kuat untuk mengikuti MediaGuru Writing Camp (MWC) yang diinformasikan oleh temanku tersebut. Informasi ini tak kuhentikan hanya untukku saja. Kuajak dan aku share juga informasi ini kepada teman-temanku yang lain dalam MGMP tempat aku bernaung.

Aku berhasil membawa 7 orang temanku untuk ikut juga. Kami berdelapan berangkat ke Bukittinggi dengan travel carteran. Tekad kami sama kuat, ingin mewujudkan mimpi. Akan tetapi tekadku lebih kuat, karena mimpi ini sudah kumiliki sejak dari sekolah dasar.

Travel yang kutumpangi terus melaju menuju sebuah hotel, hotel Pusako namanya. Di hotel ini aku akan mengikuti kegiatan Mediaguru Writing Camp (MWC) ke-3. Sebuah ajang pelatihan menulis buku, dimana pesertanya tidak hanya guru, akan tetapi juga diikuti oleh berbagai latar belakang profesi, termasuk pengawas sekolah.

Setelah melapor ke resepsionis hotel, aku mendapat kamar 111, sebuah kamar yang terletak di lantai dua. Segera saja langkah kuayun menuju kamar 111, kuletakkan ransel yang berisi pakaianku untuk tiga hari. Ada pintu kaca yang membatasi kamar dengan teras, ketika kubuka pembatas itu, dari kejauhan terlihat ruangan tempat kegiatan akan dilangsungkan.

Acara pembukaan MWC pun dimulai dengan serangkaian ceremonial yang biasa pada setiap acara pembukaan. Malam harinya, setelah shalat magrib dan makan malam, kegiatan pun dilanjutkan. Sebuah pertanyaan meluncur dari seorang narasumber bernama Aleck Murman atau lebih beken dengan panggilan Pak Leck, “ Apakah diantara Bapak Ibu yang di ruangan ini sudah bisa menulis?” Rata-rata kami para peserta menjawab belum. Dengan senyuman Pak Leck mengangkat sebuah gelas berisi sepertiga air putih, kemudian dia memberi instruksi agar kami menulis tentang gelas berisi air dalam sepuluh menit. Sontak saja semua kami menulis, asyik menulis, hingga waktunya sudah melebihi sepuluh menit. Pak Leck berkomentar ringan, “Katanya ngga bisa nulis, buktinya malah ngga mau berhenti ketika saya katakan selesai.”

Banyak jurus-jurus jitu yang lahir dari seorang Pak Leck. Menurut beliau tidak ada yang sulit dalam menulis, tulis apa yang ingin anda tulis, jangan pikirkan ejaan dan kesalahan-kesalahan dulu, tulis saja terus. Kemudian, jika menemui kesulitan untuk mencukupkan halaman buku, tambahkan saja sub judulnya. Agar lebih mudahnya, untuk buku pertama ini, tulis dulu tentang diri sendiri (hehehe Pak Leck tau aja).

Banyak sekali kata-kata maupun kalimat-kalimat pembakar motivasi dalam ruangan pertemuan hotel Pusako itu. Setiap kata yang mengalir dari narasumber, alumni MWC 1 dan 2, dan CEO Media Guru penuh makna. Sentuhan mereka melalui kata-kata yang terangkai apik lewat kalimat motivasi tersebut mampu menarik bulir-bulir air keluar dari kelopak mata. Ada tawa, ada tekad, ada semangat, ada keinginan, dan ada ikrar mengisi ruang pertemuan tersebut. “Saya hanya bisa menghidupkan energi Bapak Ibu 20%, saya yakin 80%-nya akan muncul dari bapak Ibu sendiri”, begitu yang diucapkan Pak M. Ihsan. Benar saja, 187 peserta MWC seakan melesat bagai roket, panas hingga mendidih, terbakar karena siraman bensin motivasi Pak M. Ihsan, berkobar-kobar dalam suhu 100 derajat celcius hingga tertular virus untuk menyelesaikan sebuah buku hari itu juga.

Tiga hari sarat makna, 29 September – 1 Oktober 2017, merupakan awal pendobrakan benteng yang membelenggu kreatifitasku. Virus yang berisi energi positif telah membangunkanku dari tidur panjang tanpa mimpi. Tak ada mimpi, betapa gersangnya hidup yang dilalui. Meski kadang mungkin saja ada mimpi, tetapi tak tahu cara untuk mengurainya. Aku sangat beruntung menjadi bagian peserta yang ada dalam ruang pertemuan hotel Pusako itu. Aku bertekad virus ini baru akan berhenti jika ragaku tak punya nyawa lagi.

Sejak perjumpaan dengan MediaGuru di hotel Pusako itu, telah menumbuhkan kecintaan terhadap menulis, kecintaan kepada MediaGuru, yang telah berhasil mengantarku mewujudkan mimpi. Aku semakin tertarik dan selalu ingin mengambil setiap momen bersama MediaGuru.

Jakarta, 25 November 2018

Dari Perpustakaan Nasional

(Penulis adalah Peserta Temu Nasional Guru Penulis Indonesia)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post