Nani Aida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
(BUKAN) LANGKAH YANG TEPAT

(BUKAN) LANGKAH YANG TEPAT

(BUKAN) LANGKAH YANG TEPAT

Tantangan ke-26

Oleh : Nani Aida

“Bu Irma, Rima ada di rumah tidak ?”, tiba-tiba suara Bu Sulis mengagetkan Bu Irma yang sedang asyik menyiangi kangkung. Sengaja dia langsung membersihkan belanjaan yang baru di belinya dari abang sayur yang lewat di depan rumah. Sekalian nunggu tukang ikan lewat. Kebetulan persediaan ikan di kulkas sudah habis dimasak kemarin sore.

“Tidak ada, lagi pergi belajar kelompok di rumah temannya Bu. Ada apa ya Bu ?”, jawabnya penasaran. Tidak biasanya Bu Sulis nanya-nanya tentang Rima anakku, bisiknya dalam hati.

“Tadi di jalan saya ketemu anak yang boncengan sama anak laki-laki, ketawa-ketawa di jalan sambil motornya lenggak lenggok. Anak perempuannya mirip Rima Bu. Tadi mereka hampir saja tertabrak mobil. Untung saja tadi mobilnya remnya tokcer, jadi selamat deh mereka”

**********

“Mah, boleh ya Mah. Kali ini beneran mau belajar kelompok Mah. Bukan mau main kayak kemarin lagi. Beneran Mah”, rengek Rima. Bu Irma tetap tak bergeming. Dia diam saja tanpa kata. Duduk asyik sambil menonton televisi. Seaakan-akan tidak ada siapa pun di sekitarnya. Keberadaan Rima bagai tidak ada di sana.

Rima bergeser duduknya mendekati sang ibu. “Kalau Mamah ngak percaya, nih telpon aja Fauziah temen aku. Tanyain bener ngak aku akan belajar kelompok bareng dia di rumahnya”

“Mah, ayoolah. Boleh ya Mah. Nanti kalau nilai rapotku jelek Mamah pasti marah. Tapi aku mau belajar kelompok malah ngak boleh. Gimana sih Mah. Aku harus bagamana doong”, protes Rima dengan nada suara yang sedikit tinggi.

“Ya udah Mamah ijinin, tapi diantar juga ditungguin Kak Joni ya….”, akhirnya Bu Irma mengalah juga.

“Yach…, kalau ditungguin ngak enak sama temen-temen Mah. Lagian lama, emang Kak Joninya mau apa nungguin seharian ?”

“Ya udah kalau mau dianter cepetan, Kakak mau ada rapat himpunan, takut telat”, tiba-tiba Joni, kakaknya Irma masuk ke ruang tamu tempat Bu Irma dan Rima berada.

**********

Bu Irma mondar mandir di depan pintu di teras rumahnya. Pikirannya gelisah dan khawatir. Anak keduanya, Rima belum pulang juga. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 11.15 malam. Ini sudah kejadian yang kesekian kalinya anaknya pulang malam setelah kejadian yang diceritakan oleh Bu Sulis. Setiap kali Bu Irma tidak mengijinkan, Rima selalu punya alasan yang tepat untuk diterima, sehingga lagi-lagi Bu Irma mengijinkannya.

Sebenarnya Bu Irma bukan melarang anaknya bergaul atau mau mengurungnya di rumah. Sebagai orang tua, dia hanya khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap anaknya. Mereka masih usia SMP, belum waktunya pacaran. Apalagi sampai boncengan ke mana-mana berdua. Di tambah lagi usia yang masih labil, berbahaya juga dalam berkendara. Emosi mereka yang belum stabil membuat mereka terkadang ugal-ugalan di jalanan.

Kekhawatiran kini sudah berubah menjadi kekesalan. Bu Irma mengambil gawainya. Dengan ragu-ragu dia memencet salah satu nama yang ada di daftar kontaknya. Lama panggilannya tidak diangkat. Bu Irma semakin emosi dan kemarahannya semakin kentara. Di pencetnya terus gawainya hingga berkali-kali. Tiba-tiba, sambungan gawainya terhubung, “Hallo, ini Muhammad Yusuf ya ?”

“Iya, maaf ini siapa ? dan ada apa ya ?”, jawab seseorang di seberang sana dengan suara parau tanda baru bangun tidur atau mungkin baru mau tidur tapi terganggu oleh suara dering panggilan di gawainya yang terus menerus.

“Ini Mamahnya Rima. Jangan pura-pura tidak tahu kamu ya… Di mana anak saya sekarang hah ? Kamu bawa ke mana dia ? Kenapa sampai jam segini belum pulang ?” cerocos Bu Irma tanpa jeda dan tidak memberi kesempatan sedikit pun lawan bicaranya untuk bersuara.

“Mah…, mah…, itu Rima datang mah diantar pacarnya yang waktu itu bonceng dia”, suara Joni spontan membuat Bu Irma menghentikan aktivitas menelponnya. Tak dia hiraukan suara seseorang di seberang sana yang kebingungan.

Pandangan mata Bu Irma langsung tertuju ke jalanan depan rumahnya. Antara percaya dan tidak. “Siapa dia ?”, ucap Bu Irma dengan mata tertuju ke jalanan, di mana di sana ada anak laki-laki yang baru saja mengantar anaknya kembali. “Yusuf Mah”

“Maksud kamu Muhammad Yusuf yang katanya pacar kamu itu “, serta merta Bu Irma kaget. Kalau yang mengantar anaknya Muhammad Yusuf, lantas yang barusan dia telpon dan sampai sekarang masih tersambung siapa ? Muhammad Yusuf yang mana ? Deg, tiba-tiba hatinya Bu Irma dilanda rasa ngak enak dan perasaan bersalah.

“Temen kamu yang namanya Muhammad Yusuf ada berapa orang nak ?” dari pada penasaran, akhirnya terlontar juga pertanyaan itu dari mulut Bu Irma.

“Dua orang Mah. Ada apa mah ? Mamaaah…, jangan bilang Mamah menelpon Yusuf yang satunya lagi ya buat nanyain aku”, pekik Rima membuat Bu Irma semakin merasa bersalah.

**********

“Tabayyunlah ketika kita berniat menyelesaikan suatu masalah. Jangan sampai malah menambah masalah baru dan membuat kita menyesal karena kita salah langkah atau salah menilai seseorang”

#TantanganGurusiana

#Cerpenku

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ketika sedang gusar, memang terkadang lupa dengan tabayun yah Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

14 Feb
Balas



search

New Post