Nani Aida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KU TIKUNG DIRIMU DI SEPERTIGA MALAMKU (2)
Instagram aidachi

KU TIKUNG DIRIMU DI SEPERTIGA MALAMKU (2)

AKIBAT SEBUAH PENOLAKAN

Tantangan ke-32

Oleh : Nani Aida

Ku lirik lagi gerbang sekolah yang terlihat jelas dari teras gedung perpustakaan tempat ku duduk sekarang ini. Masih belum terlihat tanda-tanda dia datang. Ku lihat jam yang ada di gawaiku, sambil ku intip pesan yang masuk ke whatapp, tetap saja tidak ada pesan darinya. Ku hela napasku sambil ku pejamkan kedua mataku. Dalam hati ku berdoa, semoga kali ini dia bisa datang memenuhi undangan dan permintaanku.

Tiba-tiba dari jauh ku lihat Rani berjalan memasuki gerbang sekolah kami dengan beberapa buku di tangannya yang dia apit di dadanya. Ya, aku terpaksa membohonginya mengajak belajar bersama, padahal sebenarnya ada maksud lain yang sejujurnya ingin ku sampaikan padanya.

“Assalamu’alaikum Gibran maaf saya telat”

“Wa’alakumsalam, gak telat kok, cuma datangnya lebih lama aja. He…he…”

“Ah, kamu mah bisa aja. Sama kali telat sama datangnya lama”, katanya sambil senyum dikulum. Aku pun ikut tersenyum, bahagia banget rasanya masih bisa melihat senyumnya seperti itu.

“Loh, Indahnya belum datang ya ? Katanya kita belajar barengnya sama Indah juga”

“Kita ngobrol di sana aja yu, sambil menunggu Indah datang. Mungkin di jalannya macet kali”, kataku meyakinkannya sambil berdiri menuju tempat duduk yang ku maksud tadi.

“Ran, boleh bicara serius ngak ? Sejujurnya ada yang ingin disampaikan nih sama Rani”, kataku begitu kami telah sampai dan duduk dengan nyaman di bawah sebuah pohon.

“Ngomongin apa nih ?”, tampak raut muka bingung di wajah cerianya. Wajah yang selalu ku suka dan selalu ingin ku lihat setiap hari.

“Minta tolong dengarkan dulu sampai akhir ya, jangan menyela dulu sebelum aku selesai bicara”

“Mau ngomong apa sih, bikin takut aja !”, katanya sambil menatapku dengan tajam.

“Sejujurnya aku suka sama kamu Ran, sudah lama, sejak dari kita masih sama-sama kelas 1 dulu”

“Hah ??”, terlihat dia sedikit kaget dengan kejujuranku yang tiba-tiba.

“Maaf aku harus mengungkapkannya sekarang, karena aku pikir tidak ada waktu lagi. Sebentar lagi kita ujian, dan kita akan pisah untuk melanjutkan kulih dan kehidupannya masing-masing. Jadi sebelum aku menyesal, aku ungkapkan sekarang perasaan yang sudah lama ku pendam ini. Bagaimana Ran ?”

Ku lihat dia sedikit bingung dan kikuk, mungkin dia kaget dengan ungkapan cintaku yang mendadak. Dia terlihat memejamkan matanya sambil menundukkan mukanya. Dadanya terlihat menarik napas panjang, tanda gejolak hatinya yang lagi tidak menentu.

**********

Ku segera berbelok ke arah kanan, menuju ke ruang guru, ketika ku lihat wanita yang kemarin ku tembak menuju ke arahku dari koridor sebelah kiri. Entah kenapa kadang perasaan sedih, kecewa dan kesal berbaur menjadi satu, hingga membuatku enggan berpapasan dengannya untuk sementara waktu. Sejujurnya aku tidak bisa memaksanya. Terlebih alasannya karena ingin menjaga kesucian hatinya, yang hanya akan dia persembahkan pada kekasih halalnya kelak. Walau masih belum ku pahami keyakinannya yang begitu kuat akan agamanya, tapi ku hargai keputusannya. Tapi hati ini tetap masih terasa sakit jika mengingatnya.

Entah kenapa semangat belajarku pun menghilang entah ke mana. Duuh, aku harus bagaimana ini ? ujian sebentar lagi, tapi usahaku bukannya semakin giat untuk mendapatkan nilai terbaik, malah merosot turun ke level yang paling rendah. Apa yang harus ku lakukan ya allah, perih rintih sudut hatiku yang sedang terluka.

Bersambung

#TantanganGurusiana

#Cerbungku

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, patah hati. Ayo semangat Gibran. Masih bisa digapai kok, hanya soal waktu saja. Sukses selalu dan barakallahu fiik

20 Feb
Balas

He...he..., makasih Bunda selalu berkunjung

20 Feb



search

New Post