Nani Sulyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
UN Dan UK

UN Dan UK

Siang tadi, saya mengobrol dengan si sulung. Seperti biasa obrolan ringan antara ibu dengan anak gadisnya yang beranjak dewasa. Dia menceritakan tentang seorang temannya yang mengambil cuti kuliah satu semester karena mengejar passionnya menjadi disc jockey/DJ di Bali.

"Padahal, dia anak orang kaya banget, lho Bu. Pokoknya kaya bangeeet.. Kuliahnya juga di SBM ITB. Uang kompensasi cutinya, hampir sama dengan uang kuliah S-2 satu semester. Kata aku mah, ngapain juga ya?"

Saya tersenyum. Tidak mengomentari, karena sepertinya dia pun tak butuh dikomentari.

"Kalo temen aku yang satu lagi, dia juga cuti. Tapi dipake ngambil extension..."

Obrolan kami mungkin hanya sekitar sepuluh menit menjelang jemputan GO-JEKnya tiba di rumah. Pada akhir celotehnya, saya memungkasnya dengan beberapa kalimat saja. "Setiap manusia akan mendapati ujian kehidupan untuk bisa naik tingkat...."

***

Saya sempat menulis pesan untuk para murid di akun fb saya menjelang mereka melaksanakan Ujian Nasional/UN. Saya bilang:UN bukanlah yang terberat, selain itu, masih ada ujian di kehidupan yang jauh lebih berat.

Ujian Nasional boleh jadi memiliki jenis soal yang setara se-Indonesia, peduli siswa belajar atau tidak, sudah paham atau belum, dalam kondisi sehat atau sakit. UN, ya tetap UN for all.

Di dalam kehidupan (saya lebih suka menyebutnya demikian), Alloh tidak membuat kita menjadi peserta UN. Ujian yang Alloh berikan sangat individual dan unik. Dalam terminologi saya, istilahnya kasuistik. Soal ujian untuk kita bersifat khas dan hanya kita yang dapat menjawabnya.

Mungkin memang ada kemiripan, akan tetapi, sekali lagi, sebab kita pun diciptakan sebagai pribadi yang unik, maka tak ada ujian yang sama persis. Sama halnya dengan anak kembar, tetap saja Alloh Maha Mencipta pembedanya.

Kita boleh menjadikan problem orang/keluarga lain sebagai referensi, pembanding, agar memiliki kemampuan untuk memprediksi, namun pada akhirnya, formula solusi permasalahan yang kita hadapi haru diciptakan/dikreasikan oleh kita sendiri.

Kita, sama halnya dengan para siswa, melangsungkan ujian sebagai prasyarat kenaikan tingkat/kelulusan. Kita akan merasakan kelegaan dan kebanggaan jika mampu melewatinya. Air mata haru dan bahagia biasanya menjadi pelengkap peristiwa tersebut.

Saya kira kita pernah mengalaminya, atau bahkan sedang mengalaminya. Diuji karena persoalan anak, suami/istri, karier, ekonomi, dan sebagainya.

Saya pun merasakan bahwa saat ini saya sedang diuji. Saya bahkan merasakan ujian setiap saat. Ada beberapa mata ujian yang belum lulus.

Saya tak tahu apakah lima menit mendatang atau esok hari akan disodorkan soal yangbaru? Entah. Hanya Sang Pemilik Kalam yang tahu.

Sebelum Ujian Nasional para siswa masih diberi kesempatan untu belajar terlebih dahulu. Bagaimana dengan kita? Pada saat awal pernikahan kita dulu, bukankah kita pun tak pernah mendapatkan materi perkuliahan 'berumah-tangga'? Bahtera pernikahan kita dilarungkan begitu saja ke samudra kehidupan. Kita menjadi pembuat keputusan untuk sepaket permasalahan menyangkut pasangan, karier, anak, orang tua bahkan mertua. Intinya, kita berlayar sambil belajar. Atau sebaliknya, belajar sambil berlayar.

Pembicaraan saya berputar-putar ya, sejak tadi.

Saya sebenarnya sedang berbicara pada diri sendiri. Saya perhalus deh, saya sedang meyakinkan pada diri sendiri bahwa setiap keluarga (mungkin) pernah didera ujian. Namun, ada yang tertampilkan ke permukaan, sehingga rekan di sekitarnya menyadarinya, tetapi ada yang melipat dan menyimpannya di bawah kasur, diam-diam. Itu saja.

Untuk membantu mencari solusi permasalahan yang kita hadapi, terkadang, kita memang butuh pandangan dari orang lain, mungkin rekan yang berpengalaman dan biasanya di-sepuh-kan. Diyakini wejangannya hasil dari pengalamannya menjalani manis-pahitnya/asam-garamnya kehidupan.

Saya pun biasanya meminta doa beliau. Saya memintanya juga kepada orang yang dekat. Bukankah kita tak pernah tahu doa mana yang sampai kepada-Nya, juga terucap dari bibir siapa? Makin banyak yang mendoakan, memberikan dampak ketenangan bagi saya.

Minta didoakan agar saya dikuatkan menjalani.ujian.

Lho, kok jadi serius. Tulisanmu seperti benang kusut begini sih, Nan. Sudah ah, tissuenya sudah habis.

Ada yang mau menyanyikan lagu 'Badai Pasti Berlalu'untuk saya?

Langit Lembang, 120617.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

tulisannya keren banget. Informatif dan mengandung pesan kehidupan yang luar biasa

13 Jun
Balas

Makasih Leck

13 Jun

Diih, merinding bacanya, Bu Nani hebat.

13 Jun
Balas

Ah, itu mah karena kedinginan kales..makasih say

13 Jun

Subhanallah, keren Bu! Panggeuing diri!

13 Jun
Balas

Hatur nuhun bu

13 Jun

Mantappp bu...

13 Jun
Balas

Tengkyu say

13 Jun

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

13 Jun
Balas

Nah, ini kesimpulannya. Terima kasih

13 Jun

Semua ujian pasti berlalu, Bu. Tetap semangat dan salam kenal.

12 Jun
Balas

Terima kasih, salam kenal kembali

13 Jun

Betul sekali ibu... Badai pasti beelalu

13 Jun
Balas

Nyanyi dulu uuk ah

13 Jun



search

New Post