Nanik Megawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Gurunya guru

Gurunya guru

Jika ada pertanyaan "Bedakah mencetak kue dengan mencetak generasi?" Sudah pasti semua orang akan memberikan jawaban yang sama yaitu BERBEDA. Tapi jika ada pertanyaan "apa bedanya mencetak kue dengan mencetak generasi?". Tentu saja akan melahirkan jawaban-jawaban yang beragam dan unik. Hal itu dikarenakan pada setiap pemikiran seseorang tidak sama termasuk juga saya, jadi jawabannya akan sesuai dengan persepsi masing-masing. Bagi saya jawabannya simpel saja bisa kita lihat dari penggunaan resepnya. Saat kita membuat kue bisa jadi kita menggunakan satu resep untuk menciptakan beragam varian kue, berbeda dengan menciptakan generasi yang kadang kala untuk satu generasi kita dituntut menggunakan resep yang bervariasi agar mereka menjadi seperti harapan kita serta orang tua. Artinya untuk menumbuhkan akhlakul karimah pada seseorang kita membutuhkan banyak cara.

Guru yang mempunyai makna dalam yakni digugu lan ditiru adalah salah satu fasilitas yang bisa membantu untuk menumbuhkan akhlakul karimah pada seseorang. Bahkan banyak orang tua yang berpendapat bahwa anak-anak mereka akan lebih percaya dan lebih patuh kepada gurunya dari pada orang tuanya. Jika kita sudah memberanikan diri mengambil keputusan untuk menjadi seorang guru, maka kita juga harus siap dengan segala tantangan yang akan kita hadapi setelahnya. Kita juga harus siap memutar otak untuk setiap saat merenungkan apa yang akan kita lakukan kedepannya agar siswa kita benar-benar menjadi anak yang berkembang sesuai harapan.

Tahun ini merupakan perombakan yang pertama kali dilakukan oleh lembaga kami dimana pada tahun sebelumnya memberlakukan kelas homogen berdasarkan kesiapan belajar dan tingkat kemampuan yang mana pada setiap kelas terdapat siswa yang mempunyai kemampuan yang hampir sama. Sebaliknya di tahun pelajaran kali ini lembaga kami memberlakukan sistem kelas heterogen. Hal itu tentunya kami lakukan berdasarkan banyak pertimbangan, salah satunya adalah untuk merubah mindset bahwa pada setiap anak mempunyai kecerdasan yang unik. Jadi pada hakekatnya tidak ada anak yang bodoh atau kurang pintar. Tidak mudah bagi kepala sekolah untuk mengambil keputusan perombakan ini karena membutuhkan pemahaman dan tujuan yang sama diantara stakeholder pada suatu lembaga.

Perubahan ini merupakan sebuah tantangan bagi seorang guru terutama bagi mereka yang terbiasa mendidik siswa dengan kemampuan sesuai harapan bahkan bagi saya sendiri yang terbiasa dengan siswa yang serba unik. Apalagi kelas satu merupakan kelas awal peralihan dari taman kanak-kanak yang merupakan masa bermain menuju ke masa yang mulai terdapat penerapan peraturan. Sekolah secara maksimal melakukan pengembangan keprofesionalan guru mulai dari seminar, IHT, FGD bahkan yang lebih spesifik yakni komunitas praktisi perfase. Hal ini bertujuan agar semua guru lebih siap menghadapi tantangan baik dari intern maupun ekstern.

Sekolah sudah melakukan pembagian kelas dengan bantuan tenaga psikolog lembaga berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelumnya. Para guru juga sudah melakukan observasi pada guru sebelumnya mengenai calon siswa terkait karakter siswa. Sepertinya Allah memberikan hadiah yang lebih buat saya tahun ini karena ternyata calon siswa yang ada dikelas saya merupakan siswa yang mempunyai catatan khusus dari guru sebelumnya. Sebagai seorang guru saya harus menerima dengan senang hati dan dengan bismillah saya optimis mampu melakukan perubahan menuju ke yang lebih baik bagi mereka. Dengan semangat yang bertambah kamipun mengumumkan pembagian kelas tersebut kepada orang tua melalui POMG. Saat wali murid membaca pengumuman tersebut, maka saat itu juga tantangan mulai muncul. Ada beberapa wali murid yang merasa khawatir jika anaknya ada di kelas saya dengan alasan karena semua anak yang menurut mereka mempunyai label "nakal" itu semua ada di kelas saya, bahkan ada yang memaksa untuk memindahkan anaknya ke kelas lain. Hal ini tentunya menurunkan semangat saya yang awalnya optimis jadi sayapun juga merasa khawatir. Akhirnya saya berusaha konsultasikan masalah kekhawatiran ini pada kepala sekolah dengan harapan salah satu dari mereka bisa pindah kelas. Akan tetapi takdir berkehendak lain, ternyata kepala sekolah tetap teguh dengan keputusan yang sudah berlaku bahkan extrimnya beliau lebih menyarankan lebih baik pindah sekolah dari pada pindah kelas. Jadi tantangan awal bagi saya bukan datang dari calon siswa tetapi malah dari calon wali yang mana saya harus berusaha keras untuk meyakinkan mereka bahwa saya InsyaAllah mampu menciptakan kenyamanan bagi putra putri mereka di kelas. Tantangan ini menjadi pengalaman dan pembelajaran baru bagi saya. Melalui komunikasi POMG saya meyakinkan para orang tua dan masyaAllah, ternyata Allah memberikan kesempatan kepada saya lewat orang tua yang percaya.

Awal ajaran baru sudah dimulai dengan kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa) artinya tantangan baru juga akan dimulai karena saya masih belum sepenuhnya paham karakter mereka masing-masing. Apalagi sebelumnya sudah ada kode kuning menuju ke merah dari wali murid. Saya berfikir harus lebih intensif dalam memahami karakter mereka agar bisa tau langkah apa yang harus saya lakukan kedepannya. MasyaAllah selang beberapa hari ternyata Allah memberikan saya kejutan yang tak terduga dimana saat saya berfikir semua siswa sudah mulai enjoy dengan saya, temannya, bahkan kondisi sekolah tetapi malah ada siswa yang mogok sekolah dikarenakan dia terkena pukul oleh salah satu temannya tanpa sepengetahuan saya. Sontak saya mendapatkan shock terapi pada waktu itu karena orang tuanya langsung menghadap ke kepala sekolah. Kalimat thoyyibah tak henti-hentinya saya baca agar hati tetap tenang dan bisa membicarakan masalah ini dengan kepala dingin. Setelah melalui pembicaraan yang panjang orang tuanya memohon untuk sementara ananda di pindah kelaskan karena di kelas sebelahnya ada temannya waktu TK. Singkat cerita selang beberapa hari Alhamdulillah anak tersebut dengan sendirinya minta untuk kembali lagi ke kelas 1A. Moment tersebut saya gunakan dengan baik untuk melakukan evaluasi bersama siswa. Kemudian saya melakukan penguatan peraturan kelas dengan kesepakatan baru bersama mereka berharap ada sebuah perubahan kedepannya.

Alhamdulillah satu tantangan sudah purna dan menjadi pengalaman baru lagi bagi saya. Sembari belajar secara detail karakter mereka satu persatu saya tetap waspada karena tidak menutup kemungkinan akan muncul tantangan yang lebih hits. Selama saya belajar tentang karakter mereka saya memperoleh banyak informasi dimana ada yang terlalu pendiam, terlalu aktif, suka cari perhatian, usil, belum bisa mengenal konsep diri, bahkan ada yang terlalu dimanja sehingga apa yang ia mau harus langsung terpenuhi saat itu juga. Dari itu saya benar-benar belajar tentang bagaimana cara atau bisa dikatakan resep yang bervariasi untuk menjadikan mereka lebih baik.

Seperti apa resepnya........

Mohon tunggu tulisan saya selanjutnya🤭

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap. gurunya guru artinya nenek/kakek guru, hehe... salam sukses Bu Nanik

06 Dec
Balas

Keren bun pengalaman unik

06 Dec
Balas

Trimakasih atas bimbingan untuk anak2 kami ustdazah.semangat dan sehat selalu

06 Dec
Balas



search

New Post