Nanik Wijayanti

Nanik Wijayanti, guru Bahasa Indonesia di SMAN 2 Sidoarjo, menulis dengan menggunakan nama Kinanthi....

Selengkapnya
Navigasi Web

Berbalas Pantun sebagai Solusi Alternatif Mengomunikasikan Teks Puisi

4 minggu

Berbalas Pantun sebagai Solusi Alternatif Mengomunikasikan Teks Puisi Nanik Wijayanti SMAN 2 Sidoarjo

Dalam silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia Wajib SMA/ SMK tahun 2016 disampaikan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan sintesis dari tiga pendekatan, yaitu pedagogi genre, saintifik, dan CLIL. Alur utama model adalah pedagogi genre dengan 4M (Membangun konteks, Menelaah Model, Mengonstruksi Terbimbing, dan Mengonstruksi Mandiri). Kegiatan mendapatkan pengetahuan (KD-3) dilakukan dengan pendekatan saintifik 5M (Mengamati, Mempertanyakan, Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan Mengomunikasikan).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan 5M mengisyaratkan pembelajaran bahasa Indonesia diakhiri dengan mengomunikasikan ke depan kelas, sedangkan jenis komunikasi bergantung dengan strategi pembelajaran yang dipilih guru. Dalam kebiasaan sehari- hari, seringkali para guru menyaksikan bahwa tanpa dikomando, seringkali siswa ramai di kelas, walaupun guru sudah berada di dalam kelas, terlebih lagi apabila guru tidak berada di kelas. Aktivitas yang mengesankan bahwa mereka akan menjadi pakar berbicara yang tangguh di masa depan. Mereka terlihat asyik bergurau, ngobrol, ngerumpi,dan sebagainya. Sungguh mengesankan bahwa mereka merupakan calon-calon pembicara yang hebat pada masa mendatang.

Akan tetapi, betapa mengecewakan karena kebanyakan akan spontan terdiam apabila diminta bercerita ke depan kelas, bertanya kepada guru tentang materi pembelajaran yang belum dipahami, menyampaikan pendapat, dan sebagainya. Gejala di atas pada umumnya berawal dari (a) rasa malu berbicara di muka umum, (b) kekurangan kosa kata, (c) kekurangan wawasan, (d) tidak terbiasa/ tidak terlatih.

Masalah klasik yang harus segera dicarikan solusinya dan sebaiknya diawali sejak dini. Keterampilan berbicara yang meliputi bercerita, mengumumkan, bertelepon, melaporkan ,berwawancara, berdiskusi, membawakan acara, berpidato, dan pada puncaknya adalah musikalisasi puisi dan bermain peran (drama) adalah beberapa kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa dalam aspek keterampilan bericara-- di samping aspek keterampilan yang lain yaitu membaca,mendengarkan, dan menulis--.

Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan Teks puisi dalam silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia wajib kelas X kurikulum 2013 tahun 2016 sebagai berikut:

3.1 Menganalisis unsur pembangun puisi

3.2 Menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya.

Unsur pembangun puisi dalam silabus adalah diksi, imaji, diksi, kata konkret, gaya bahasa, rima/irama, tipografi, tema/makna (sense); rasa (feeling), nada (tone), dan amanat/tujuan/maksud (itention). Dalam silabus tersebut juga disampaikan bahwa kita selayaknya berbangga hati karena bangsa Indonesia memiliki kekayaan karya sastra khususnya dalam puisi. Berbagai jenis puisi dapat ditemukan dalam karya sastra Indonesia. Begitu beragamnya bentuk dan jenis puisi di Indonesia, maka dilakukan penggolongan berdasarkan waktu kemunculan puisi tersebut, cara pengungkapannya, keterbacaan sebuah puisi, dan lain-lain. Berdasarkan waktu kemunculannya, puisi dapat digolongkan atas tiga kelompok yaitu: (1) puisi lama, (2) puisi baru, dan (3) puisi modern. Modul ini pembahasannya dibatasi pada dua jenis puisi yaitu (1) puisi lama (pantun) dan (2) Puisi baru.

Puisi lama lahir sebelum kesusastraan Indonesia mendapat pengaruh dari kebudayaan barat. Masyarakat pada masa itu yang cenderung statis dan bersifat kolektif, melahirkan bentuk puisi yang sangat terikat oleh berbagai aturan. Puisi lama harus mengandung rima, memiliki jumlah larik tertentu, bahkan jumlah suku kata dalam satu larik terutama dalam pantun harus mengikuti ketentuan. Ada beberapa jenis puisi lama yaitu: (1) mantra, (2) bidal, (3) pantun dan karmina, (4) talibun, (5) seloka, (6) gurindam, serta (7) syair. Seusai dengan judul tulisan di atas yang membahas satu diantara puisi lama yaitu pantun, maka pembahasan teks berikut ini juga tidak terlepas dari Kompetensi Inti 4 yaitu menulis puisi (pantun), yang kemudian ditindaklanjuti dengan mempresentasikan hasilnya dengan cara berbalas pantun.

Pantun adalah sebuah karya yang tidak hanya memiliki rima dan irama yang indah, namun juga mempunyai makna yang penting. merupakan karya yang dapat menghibur sekaligus mendidik dan menegur. Pantun merupakan ungkapan perasaan dan pikiran, karena ungkapan tersebut disusun dengan aneka kata sedemikian rupa sehingga sangat menarik untuk didengar atau dibaca. Dengan adanya pantun, menunjukkan bahwa indonesia memiliki ciri khas tersendiri untuk mendidik dan menyampaikan hal yang bermanfaat.

Menurut Zaidan Hendy, 1990 (dalam biosastra), pantun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) tiap bait terdiri atas empat baris kalimat, 2) tiap baris terdiri atas 4-6 kata atau 8-12 suku kata, 3) baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi, sampiran melukiskan alam dan kehidupan sedangkan isi pantun berkenaan dengan maksud pemantun, 4) bersajak silang atau a-b-a-b, artinya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat, 5) pantun digunakan untuk pergaulan. Maka pantun selalu berisikan curahan perasaan, buah pikiran, kehendak, kenangan dan sebagainya, 6) tiap bait pantun selalu dapat berdiri sendiri, kecuali pada pantun berkait, 7) pantun yang baik, bermutu ada hubungannya antara sampiran dan isi.

Contoh: Air dalam bertambah dalam, hujan di hulu belum lagi teduh. Hati dendam bertambah dendam, dendam dahulu belum lagi sembuh

Sedangkan menurut para sastrawan luar negeri, ada dua pendapat mengenai hubungan antara sampiran dan isi pantun. Pendapat pertama dikemukakan oleh H.C. Klinkert pada tahun 1868 yang menyebutkan bahwa, antara sampiran dan isi terdapat hubungan makna. Pendapat ini dipertegas kembali oleh Pijnappel pada tahun 1883 yang mengatakan bahwa, hubungan antara keduanya bukan hanya dalam tataran makna, tapi juga bunyi. Bisa dikatakan jika sampiran sebenarnya membayangkan isi pantun. Pendapat ini dibantah oleh van Ophuysen yang mengatakan bahwa, sia-sia mencari hubungan antara sampiran dan isi pantun. Menurutnya, yang muncul pertama kali dibenak seseorang adalah isi, baru kemudian dicari sampirannya agar bersajak. Dalam perkembangannya, Hooykas kemudian memadukan dua pendapat ini dengan mengatakan bahwa, pada pantun yang baik, terdapat hubungan makna tersembunyi dalam sampiran, sedangkan pada pantun yang kurang baik, hubungan tersebut sematamata hanya untuk keperluan persamaan bunyi.

Pendapat Hooykas ini sejalan dengan pendapat Dr. (HC) Tenas Effendy yang menyebut pantun yang baik dengan sebutan pantun sempurna atau penuh, dan pantun yang kurang baik dengan sebutan pantun tak penuh atau tak sempurna. Karena sampiran dan isi sama-sama mengandung makna yang dalam (berisi), maka kemudian dikatakan, “sampiran dapat menjadi isi, dan isi dapat menjadi sampiran.” Ada beberapa macam pantun ( Ariani, 2016: 11) yaitu : 1) Pantun Anak – anak adalah pantun yang berhubungan dengan kehidupan pada masa kanak – kanak. Pantun ini dapat menggambarkan makna suka cita maupun duka cita, 2) Pantun Orang Muda, yaitu pantun yang berhubungan dengan kehidupan pada masa muda. Pantun ini biasanya bermakna tentang perkenalan, Hubungan Asmara dan rumah tangga, Perasaan (kasih sayang, iba, iri, dll), dan nasib, 3) Pantun Orang tua, yaitu pantun yang berhubungan dengan Orang Tua. Biasanya tentang Adat Budaya, Agama, Nasihat, dan lain- lain.

Sedangkan berdasarkan isinya adalah 1) Pantun jenaka, yaitu pantun yang berisikan tentang hal – hal lucu dan menarik, 2) Pantun nasihat, yaitu pantun yang berisikan tentang nasihat, bertujuan untuk mendidik, dengan memberikan nasihat tentang moral, budi perkerti, dan lain- lain, 3) Pantun teka –teki , yaitu pantun yang berisikan teka teki, dan biasanya pendengar atau pembaca diberi kesempatan untuk menerka teka – teki pantun tersebut, 4) Pantun kiasan, yaitu pantun yang berisikan tentang kiasan yang biasanya untuk menyampaikan suatu hal secara tersirat. Solusi yang digunakan penulis untuk memotivasi keberanian siswa berbicara di depan kelas dalam teks puisi adalah mengomunikasikan hasil pemahaman membaca puisi yang diakhiri dengan berbalas pantun.

Langkah- langkah mengomunikasikan adalah: (a) Masing- masing kelompok menulis ringkasan pemahaman mereka terhadap puisi yang meliputi puisi lama, baru, dan modern. (b) Kemudian, mereka pun menulis aneka macam puisi lama. Satu diantara puisi lama yaitu pantun, akan digunakan sebagai materi berbalas pantun ketika kelompok tersebut harus mengomunikasikan hasil pemahaman tentang puisi ke depan kelas. (c) Setelah penulisan pantun terselesaikan, langkah berikutnya adalah merumpangi bagian tertentu,misalnya merumpangi sampiran saja,isi saja,atau satu sampiran satu isi. (d) Langkah terakhir adalah membacakan pantun rumpang tersebut agar diisi oleh kelompok lain secara lisan,dengan menyampaikan ucapan pengantar misalnya .”Isilah sampiran pantun jenaka berikut ini....” Pantun Jenaka ................................... ................................... Duduk tergelak anak katak Melihat monyet pakai rok mini.

Solusi alternatif yang mampu membuat suasana kelas terkesan hidup. Siswa yang pemalu pun akan terdorong untuk menjawab, sedangkan siswa yang memiliki kosa kata berlebih, adakalanya mengisi pantun rumpang dengan kalimat- kalimat yang menggoda teman bahkan gurunya. Suatu hal yang tidak harus ditanggapi dengan kemarahan,tapi sebagai kiat siswa mencurahkan kreativitas yang mengundang tawa riang teman-temannya,misalnya

Pantun Percintaan Pergi berburu berkain batik Batik dilipat lupa dibawa ....................................... ....................................... Ada yang menjawab dengan Temanku Anita yang cantik Aku tahu dia pacarnya Arga Tapi ada pula yang menjawab Ibu guruku yang cantik Sudahkah ada yang punya * Bahan Bacaan

Ariani, Farida, dkk. 2016. Menulis Puisi dan Apresiasi Drama. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud.

... http://bissastra.blogspot.co.id/2009/04/ciri-dan-cara-menulis-pantun.html

Grapura, Lubis.2007. Berbagai Bentuk Puisi dan Pantun. https://lubisgrafura.wordpress.com/2007/08/28/berbagai-bentuk-puisi-dan-pantun/ diunggah 2007. Diakses 18 Oktober 2008.

... https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-puisi-lama. Diakses 18 Oktober 2018.

Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah/ Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/SMK/MA/MAK) mata pelajaran Bahasa Indonesia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post