Zidan masih duduk terpaku melihat kondisi di sekitar tempat tinggalnya sudah hancur lebur, Zidan baru saja pulang ke Gaza, setelah beberapa tahun dia merantau menimba ilmu.

Hari ini dia ingin melihat langsung kondisi kota di mana dia dilahirkan. Selama ini Zidan ikut Pamannya dari sejak kedua orang tuanya meninggal dunia karena kekejaman kaum zionis.

Hari ini Zidan mengalami dan melihat sendiri masyarakat Gaza, Palestina, telah mengalami Sabtu paling mematikan dalam 15 tahun terakhir, ada 300 orang tewas dalam 24 jam akibat serangan Israel.

Diantara mereka yang tewas, ada yang merupakan seorang ibu dan dua bayi kembarnya yang berusia 3 bulan, serta 3 anak perempuannya. Serangan Sabtu kemarin terjadi di Khan Younis, kawasan selatan Gaza.

Zidan juga menyaksikan sendiri empat rumah yang kena serangan, setidaknya 10 orang tewas di lokasi tersebut.

Para anggota regu penyelamat masih berusaha mencari orang yang berhasil selamat dari reruntuhan bangunan yang porak-poranda dirudal Zionis.

Salah satu warga Gaza yang tidak lain masih kerabat Zidan yang bernama Sabreen Abu Daqqa kaget karena begitu bangun dia sudah berada di rumah sakit. Dia masih sulit menerima kabar duka bahwa tiga anaknya telah tewas.

Anak keenamnya masih belum ditemukan. Zidan mendampingi Sabreen dengan berupaya memberikan kekuatan dan membesarkan hatinya, hati Zidan ikut hancur melihat kepiluan yang tengah dialami oleh kerabatnya tersebut. Sambil menangis Sabreen memeluk Zidan dan berkata.

"Semuanya yang di atas saya hancur. Anak-anakku sudah pergi meninggalkan aku sendirian, kini aku tidak memiliki keluarga. Istri dan anakku telah pergi" kata Sabreen sambil menangis dengan suara yang lemah di rumah sakit.

Zidan jadi teringat peristiwa sewaktu dia, melihat kedua orang tuanya meregam nyawa di hadapannya setelah mengalami luka bakar yang cukup parah. Dan kondisi ini masih sama tidak berubah Gaza masih terus diserang Israel.

Setiap hari dia harus menyaksikan mayat-mayat bergelimpangan, darah berceceran di mana-mana, anak-anak kecil yang belum berdosa harus mengalami kepedihan yang teramat mendalam karena harus kehilangan kedua orangtuanya dan sanak saudarnya, dan mereka juga mengalami luka yang cukup serius.

Disujud panjangnya Zidan menengadahkan tangannya dengan memohon kepada sang pencipta alam "Sampai kapankah situasi ini akan terus terjadi.

"Ya Allah lindungilah kami dari serangan brutal Israel. Bukakanlah mata hati mereka, karena hanya dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang bisa menghentikan aksi brutal mereka.

Berikan kami sedikit kedamaian, kami ingin negeriku hidup damai, bebas merdeka seperti negara-negara lain. Menikmati hidup secara normal tanpa harus dihantui rasa ketakutan akan serangan bom.

Kami juga ingin hidup layak seperti yang dirasakan oleh masyarakat di negara lain, Ya Rabb hanya kepadamu kami bersujud dan memohon, kabulkanlah doa dan harapan kami ini, amiiin ya Allah 😭