Sekitar 18 tahun yang lalu, ketik saya baru dikaruniai anak satu, dan waktu itu belum memiliki kendaraan roda empat. Suami mengajak pergi mudik ke Lampung dengan menggunakan kendaraan roda dua, anak saya Arfan yang waktu itu berusia sekitar empat tahun diajak serta mudik dengan sepeda motor.

Perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke kampung halaman suami Pringsewu Lampung sekitar 6 jam dari rumah. Setelah turun dari kapal laut tepatnya di pelabuhan Bakauheni Lampung, perjalanan panjang akan dimulai.

Dari Bakaheuni itu sekitar 4 atau 5 jam lagi baru sampai rumah mertua. Kami menikmati perjalanan dengan menggunakan roda dua dengan sesantai mungkin. Kalau sekiranya lelah kami berhenti dulu di warung yang ada di pinggir jalan.

Suka dukanya banyak sekali selama kami melakukan perjalanan mudik dengan sepeda motor. Terkadang anak saya arfan yang sepertinya sudah mulai lelah karena perjalanan yang cukup jauh dan lama.

Dia sering mengeluh capek, mah aa capek, pantat aa panas. Haduh nak sabar ya sebentar lagi sampai begitu saya menghiburnya. Terkadang dia bertanya "Mah rumah Mbah ko jauh ya, kapan sampainya?"

Lagi lagi saya sedikit berbohong dengan mengatakan sebentar lagi sampai. Kenangan lain yang tidak pernah terlupakan ketika bagasi buatan yang dari kayu yang diikat dengan tali rafia untuk menyimpan tas pakaian.

Pernah pas tanjakan daerah Tarahan yang cukup terjal, kayu penyangga tas pakaian itu patah dan pastinya tas pada berjatuhan. Untungnya waktu itu kita konvoi dengan teman yang lain.

Jadi karena dia posisi ada di belakang motor saya, dia teriak memberitahukan kalau kayu penyangga tas patah. Jadi terpaksa kami berhenti dulu membetulkan kayu tersebut dengan menggunakan yang baru.

Itulah suka duka dan menjadi kenangan indah Ketika mudik dengan menggunakan kendaraan roda dua. Kenangan yang tidak pernah terlupakan.

Dan syukur alhamdulilah sekarang kami sudah diberikan kenikmatan mudik dengan menggunakan kendaraan roda empat, syukur alhamdulilah 😘❤️