MULUTMU ADALAH HARIMAUMU (TANTANGAN GURUSIANA HARI KE-11)
Pernah tidak sih Anda diajak menggunjing teman, saudara, keluarga, anak, guru anda, tetangga, pimpinan anda, suami, istri, atau mertua anda (ups). Seratus persen saya menjawab pasti pernah, meskipun hanya sekali atau dua kali, atau berkali- kali (mungkin lho ya). Hayo, siapa yang bilang tidak pernah, artinya kalian termasuk orang terbaik di dunia.
Sebenarnya, menggunjing atau istilah kerennya ghibah itu bukan hal yang baru. Sejak jaman Ken Arok sampai sekarang, dunia pergunjingan tumbuh dengan subur. Bagaimana tidak, manusia itukan makhluk sosial makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Nah, mereka diharuskan berkumpul dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kalau tidak mau srawung (berkumpul)dengan orang lain, anda bisa memenuhi kebutuhan sendiri? Tentu tidak. Coba sana, membuat baju sendiri, rumah, televisi, hp, membuat bahan makanan sendiri, tentu tidak bisa. Maka dari itu, manusia harus berinteraksi dengan orang lain (teori sosiologinya muncul deh).
Kembali lagi ke ghibah, aktivitas ini juga bagian dari interaksi sosial lho. Tapi interaksi sosial yang memunculkan pertentangan, pertikaian, konflik, bahkan kekerasan. Kog bisa? Bisa saja. Coba kita lihat kenyataan di lapangan, bagaimana orang menggunjing. Apa yang mereka gunjing, pastinya keburukan orang lain, kejelekan orang lain, apapun yang orang lain punya dan lebih dari pada umumnya pasti digunjing. Di awali dengan kata heh. Heh, siniah saya kasih tahu setelah naik jabatan si Marimar mobinya baru, sepeda motornya baru, rumahnya baru, jangan-jangan suaminya baru juga. Kemudian ditimpali yang satunya, heh itu paling hasil korupsi, dan seterusnya sampai pindah tema kembali (hahaha).
Parahnya lagi ketika seseorang yang diajak menggunjing orang lain kemudian melaporkan kepada korban pergunjingan tadi. Wow, terjadilah rasa hati yang terkoyak bagi korban yang sudah dilapori. Antagonisme akan muncul, rasa ingin ngelabrak (baca caja konfirmasi) ke orangnya langsung semakin membara (betul tidak, hahaha). Menurut hemat saya, janganlah dilaporkan toh kita juga ikut mengiyakan pastinya dalam proses itu. Atau kalau ingin menjadi konflik, itu faktor lain mungkin orang itu mempunyai tujuan tersendiri.
Disisi lain, menggunjing itu hal yang sangat tidak baik, tidak dianjurkan oleh agama. Ibarat memakan bangkai saudara kita sendiri. Tapi hal ini tidak bisa kita hindari, tapi masih bisa dong diminimalisir. Setidaknya berinteraksi dengan siapapun boleh, asalkan menyesuaikan kita berbicara dengan siapa. Jangan menganggap orang lain seperti diri kita yang kemudian kita ajak bicara A sampai dengan Z tetapi kemudian berbicara lain kepada orang lain. Berbicara seperlunya saja dengan banyak orang, tapi jangan anti sosial ya, kemudian tidak mau bergaul dengan orang lain. Itupun juga kurang baik, nanti dikira sombong, individual, atau apalah karena kita hidup tidak sendiri dan banyak netizen yang nanti memberikan komentar kepada kita entah baik ataupun buruk.
Jadi kita harus ingat peribahasa mulutmu adalah harimaumu. Peribahasa ini biasanya dikonotasikan negatif bahwa apapun yang kamu katakan bisa menyakiti orang lain. Dalam konotasi positif bisa diartikan bahwa setiap kata-kata kita itu memiliki kekuatan yang nantinya berefek besar pada diri dan orang lain, entah itu efek positif ataupun negatif. Bukannya saya tidak pernah menggunjing orang lain, tapi tentu saja ini menjadi pengingat atau reminder untuk diri saya sendiri dalam berinteraksi dengan orang lain harus bagaimana.
Rembang, 29 Mei 2020
SALAM LITERASI
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul. Semoga menjadi pengingat kita
Nggih mam
Mantul, bu.
Trimakasih bu
Astaghfirullah.....Semoga Allah memperkecil kesempatan untuk hal Ghibah ini...
Belajar menghindarinya bu
Simalakama bund
Nggih buk
Astaghfirullahal 'aziim. Terasa banyak sekali Bu.. semoga Allah mengampuniku
Sama ibuk, saya juga . Semoga saya bisa menghindari nya