Dalam menjalani masa karantina, Salwa diletakkan di kamar khusus. Berisi tempat tidur lengkap, dispenser, meja dan kamar mandi. Pakaian untuk ganti diletakkan loker bawah meja. Selama satu Minggu ia akan menjalani masa isolasi dan akan terus diobservasi keadaannya. Makan siang, malam dan sarapan pagi diantar oleh ibu dapur. Setiap dua jam sekali keadaannya dipantau oleh perawat asrama. Keluarga tidak dikabari tentang hal ini, sebab dikhawatirkan mereka akan respon berlebihan. Dan akan menyebabkan imun mereka dan penderita akan turun. Sehingga akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Meskipun boleh memegang handphone selama isolasi, Salwa hanya bisa berkomunikasi dengan teman kuliahnya saja untuk menanyakan materi yang mereka terima setiap harinya. Sebenarnya inipun tak boleh dilakukan karena khawatir akan menambah beban pikiran. Diharapkan pasien bisa fokus untuk kesembuhannya dengan cara semangat tinggi ingin sembuh. Setiap pagi ia berjemur di depan jendela kaca kamar isolasi yang menghadap matahari pagi. Lumayan untuk mengeluarkan keringat tidak sehat yang ada dalam tubuh. Setelah itu baru sarapan pagi yang selalu ada telur rebus. Karena katanya harus konsumsi makanan yang mengandung protein untuk meningkatkan imunitas tubuh. Segelas susu tawar minuman wajibnya. Usai mandi pagi untuk mengisi waktu, Salwa mencoba untuk salat Dhuha. Alhamdulillah ia merasa lebih tenang dan semangat setelah melakukan salat Sunnah ini.Semoga keadaan kesehatannya segera pulih seperti semula. Harum bau bawang goreng dari dapur, mampir di hidungnya yang sejak dua hari lalu tak berfungsi sama sekali. Ini bertanda ia sudah bisa mencium dengan baik. Satu persatu Allah kembalikan kesehatannya. Terima kasih ya Allah, Kau beri aku kesembuhan walaupun secara perlahan. Di luar sana langit tampak biru cerah dengan awan yang putih seputih kapas. Panorama alam yang indah dan padu.