Namaku Salwa, aku memiliki seorang kakak perempuan sekarang masih kuliah dan dua orang adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Sejak mama dan papa bercerai kami hanya tinggal bersama papa. Sedangkan mama memilih pulang ke kampung rumah orang tuanya. Karena mama menganggap rumah yang kami tempati adalah milik papa. Aku baru saja menjadi mahasiswi di sekolah tinggi kesehatan di kota ini. Dan dalam satu tahun pertama aku harus tinggal di asrama. Pada hal selama ini aku dan kak Nia selalu bergantian menjaga adik-adik kami sejak mama pergi. Sedangkan papa seperti tak peduli kepada anak-anaknya. Ia sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kami. "Pa .. anterin Salwa PCR dong untuk syarat masuk asrama." Ujar ku pagi ini memberanikan diri minta ditemani papa.

"Papa tak punya waktu untuk hal yang tidak penting seperti itu, lagi pula kamu bisa pergi sendiri."Jawab papa dengan raut wajah yang tidak menyenangkan mengeluarkan uang dari dompetnya dan meletakkan dimeja makan.

"Terimakasih Pa, Salwa akan pergi dengan gojek saja nanti."ujar Salwa seraya mengambil uang tersebut dan pamit kepada papanya. Ia berusaha untuk menyimpan rasa kecewanya. Seharusnya kewajiban seorang ayah untuk menemani anak perempuannya kemanapun pergi. Tapi papa sepertinya tak mau waktunya diganggu oleh urusan anak-anaknya. Alhamdulillah hasil PCR keluar dua hari kemudian dengan hasil negatif. Berarti dua hari lagi Salwa akan masuk asrama.