Putriku

Pagi ini aku dikejutkan oleh teriakan putri bungsuku yang berusia 7 tahun, dia membawa setumpuk kertas dengan wajah penuh cat air berwarna warni. Tampak lucu melihatnya, namun senyum itu aku simpan ketika melihat ekspresi wajahnya yang kesal. Dia marah karena kucing kami bernama Micky telah merusak lukisannya. Aku ambil beberapa lukisannya dan menghibur dia dengan mengatakan gambarnya bagus, dia masih cemberut dan menunjuk beberapa jejak kaki Micky berwarna merah pada beberapa bagian gambarnya. Hampir dia akan membuang lukisan-lukisan itu, namun aku mencegahnya dan mengajak dia untuk mengambil peralatan gambarnya.

Di hadapannya aku mulai mengambil kuas dan menggoreskan cat warna kuning serta biru pada gambar jejak kaki Micky sehingga berubah menjadi gambar kupu-kupu cantik. Seketika matanya mulai berbinar, dia duduk disampingku dan memperhatikan aku mengambil beberapa warna yang lain. Dia mulai meniru dan mencobanya pada lukisan yang masih ada di tangannya, sejenak aku berhenti dan melihat dia menggores kuasnya dengan semangat. Tiba-tiba Micky kembali datang mendekat, aku perhatikan anakku berdiri menggendong kucing itu dan berkata, “Ma kasih Micky…kamu dah bikin gambarku jadi indah…aku gak jadi benci kamu dan minta mama buang kamu….”

Hampir aku tertawa mendengar ucapannya, namun aku tahan dan berpura-pura terkejut mendengar kata-kata dia akan membuang Micky. Dia tersenyum dan memainkan kaki Micky yang masih ada sisa cat merah, serta merta dia berkata, “Ma boleh gak aku pakai kaki micky untuk membuat cap digambarku?”